Sel-sel kayu daun lebar pada dasarnya disusun oleh lima macam sel-sel pokok yaitu: 1. Pori atau sel pembuluh Vessel cells; 2. Sel serabut Fibers; 3.
Sel parenkim Parenchyma; 4. Sel trakeida Tracheida; 5. Sel ephitel Epithelial cells.
Sifat-sifat yang sama terdapat pada semua kayu, pada dasarnya dapat dibagi atas empat macam: 1. Semua batang pohon tersusun predominan dalam
arah vertikal artinya kayu yang dihasilkan tersusun sebagian besar oleh sel-sel yang arahnya sejajar sumbu batang; 2. Kayu-kayu mempunyai struktur seluler,
komposisi kimianya sama yaitu terdiri atas selulosa, hemiselulosa dan lignin; 3. Semua kayu mempunyai sifat anisotrapik, artinya sifat-sifat fisiknya berlainan
menurut sumbu simetrinya sumbu aksial, radial, dan tangensial. Keadaan ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa di dalam dinding sel, bentuk
memanjang dari sel-sel kayu dan pengaturan aksial dan radial dari sel-sel dalam batang; 4. Kayu mempunyai sifat higroskopis yaitu sanggup melepaskan dan
menghisap uap air menurut perubahan dalam kelembaban relatif dan suhu udara di sekitarnya, karena sifat higroskopis inilah maka kayu dapat menyusut atau
mengembang tergantung dari kadar air yang dikandungnya Pandit 1991 dalam Herliyana 2007.
2.10. Kayu Karet Kayu H. brasilensis termasuk famili Ephorbiaceae. Di Indonesia kayu
karet banyak terdapat pada perkebunan rakyat di Sumatera, Jawa dan Kalimantan untuk diambil getahnya. Pohon karet pertama kali dibudidayakan di Indonesia,
Malaysia dan Singapura pada tahun 1876 Siswanto dan Mudji 2002 dalam Fitriyani 2010.
Jumlah pohon per hektar berkisar antara 175 − 200 pohon. Batang bebas
cabang berkisar 2 − 4 m, tidak silindris dengan diameter setinggi dada rata-rata 30
cm. Menurut Martawijaya 1972 kayu karet memiliki ciri-ciri, kayu teras yang masih segar berwarna keputihan dan lama-kelamaan berubah menjadi cokelat
muda, sedangkan kayu gubal berwarna putih. Batas kayu gubal dan kayu teras tidak jelas. Serat kayunya lurus, tekstur agak kasar dan rata. Jari-jari halus dan
kadang lebar, pori-pori kayu terlihat jelas dengan mata biasa dalam bentuk soliter atau berkelompok dalam deretan radial 2
− 4 pori tersebar merata. Kayu karet termasuk dalam kelas kuat II
− III dan memiliki berat jenis 0,61. Sifat dasar lainnya yang menonjol dari kayu karet adalah kayunya mudah
digergaji dan permukaan gergajinya cukup halus, serta mudah dibubut dengan menghasilkan permukaan yang rata dan halus. Kayu karet juga mudah dipaku, dan
mempunyai karakteristik pelekatan yang baik dengan semua jenis perekat. Sifat yang khas dari kayu karet adalah warnanya yang putih kekuningan ketika baru
dipotong, dan akan menjadi kuning pucat seperti warna jerami setelah dikeringkan. Selain warna yang menarik dan tekstur yang mirip dengan kayu
ramin dan perupuk yaitu halus dan rata, kayu karet sangat mudah diwarnai Eksanto 1996.
Tabel 2. Komposisi kimia kayu karet Jenis Analisa
Kadar Selulosa total
60,0-68,0 Alpha selulosa
39,0-45,0 Pentosan
19,0-22,0 Lignin
19,0-24,0 Abu
0,65-1,30
Sumber: Boerhendy dan Agustina 2006
2.11. Kayu Sengon
Kayu P. falcataria L Nielsen termasuk famili leguminosae. Sebaran alaminya di Irian Jaya dan Kepulauan Maluku. Sumber benih terdapat di Kediri
Jawa Timur. Tumbuh pada ketinggian 0-1200 m dpl dengan curah hujan 2400- 4800 mmtahun. Jenis ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, drainase baik.
Toleran terhadap tanah asam, padat dan terpaan angin Pandit dan Ramdhan 2002.
Warna teras dan gubalnya sukar dibedakan, warna kayunya putih abu-abu kecoklatan atau putih merah kecoklatan pucat. Tekstur agak kasar sampai kasar,
arah serat terpadu dan kadang-kadang lurus, sedikit becorak. Kekerasan agak
lunak dan ringan. Pori bentuknya bulat sampai oval, tersebar, soliter dan gabungan pori yang terdiri dari 2-3 pori jumlahnya sedikit 4-7 per mm
2
diameter tangensialnya sekitar 160-340 mikron dan bidang perforasi sederhana. Parenkim
umumnya menyinggung pori sepihak scanty sampai selubung vasicenteric, kebanyakan parenkim apotrakeal sebar yang terdiri 1-3 sel membentuk garis-garis
tangensial diantara jari-jari. Jari-jari umumnya sempit terdiri dari 1-2 seri jumlahnya terdiri dari 6-12 per mm arah dan komposisi seragam yang terdiri
hanya dari sel baring Pandit dan Ramdan 2002. Berat jenis rata-rata 0,33 0,24
− 0,49, kelas awet IV-V dan kelas kuat IV- V. Daya tahannya terhadap rayap kayu kering termasuk kelas III, sedangkan
terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas II-IV. Berdasarkan percobaan dengan cara dikubur jenis kayu sengon termasuk kelas awet IV-V Abdurahim et
al 1989. Kayu sengon dapat digunakan sebagai bahan bangunan perumahan terutama di pedesaan, peti, papan partikel, papan serat, papan wool semen, kelom,
dan barang kerajinan lainnya Pandit dan Ramdan 2002.
Tabel 3 Komposisi kimia kayu sengon Jenis Analisa
Kadar Selulosa total
49,4 Pentosan
15,6 Lignin
26,8 Abu
Silika 0,6
0.2
Sumber: Atlas Kayu Jilid 2
2.12. Keawetan Alami Kayu