Titik Sudaryani dan Endang Sugiarti 1998, masih belum seragam di seluruh dunia. Masing-masing negara baik penghasil maupun pengimpor menentukan
standar  mutu  minyak  nilam  sendiri.  Standar  minyak  nilam  Indonesia  disusun dalam  Standar  Nasional  Indonesia  SNI  06-2385-2006.  Parameter  mutu
minyak nilam berdasarkan berbagai standar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi persyaratan mutu minyak nilam
No. Karakterisasi
Satuan Standar
1. Warna
- Kuning
muda -
coklat kemerahan
2. Bobot jenis 25°C25°C
- 0,950 - 0,975
3. Indeks bias nD
20
- 1,507 – 1,515
4. Kelarutan  dalam  etanol  90
pada suhu 20 °C ± 3 °C -
Larutan  jernih  atau  opalensi ringan  dengan  perbandingan
volume 1 : 10
5. Bilangan asam
- Maksimal 8
6. Bilangan ester
- Maksimal 20
7. Putaran optik
- - 48° - - 65°
8. Patchouli alcohol C
15
H
26
O Minimal 30
9. Alpha copaene C
15
H
24
Maksimal 0,5 10.  Kandungan besi Fe
mgkg  Maksimal 25 Sumber : SNI 06 – 2385 – 2006
B. PENYULINGAN MINYAK ATSIRI
1. Perlakuan Pendahuluan
Hasil panen berupa nilam basah yang terdiri dari daun, ranting, dan batang  sebaiknya  dijemur  dibawah  sinar  matahari  sekitar  4  jam  sehari
selama  2  –  3  hari.  Panjemuran  daun  nilam  dilakukan  dengan  meletakkan daun  di  atas  gelaran  tikar  atau  lantai  semen  yang  bersih.  Penjemuran
sebaiknya  dilakukan  pada  lahan  terbuka  agar  memperoleh  sinar  matahari secara  langsung.  Daun  nilam  dijemur  sambil  diangin-anginkan  dengan
ketebalan  lapisan  maksimal  20  cm.  Lapisan  daun  harus  dibolak-balik sebanyak 2 – 3 kali sehari hingga diperoleh kadar air sebesar 15 . Kadar
air  yang  terkandung  dalam  daun  ini  harus  dipertahankan  sampai  proses penyulingan berlangsung. Setelah itu, daun dan ranting dipotong dirajang
sepanjang  10  –  15  cm  yang  dapat  dilakukan  secara  manual  atau menggunakan mesin perajang Mangun, 2002.
2. Proses Penyulingan
Penyulingan  dapat  didefinisikan  sebagai  proses  pemisahan komponen-komponen  suatu  campuran  yang  terdiri  atas  dua  cairan  atau
lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih  komponen-komponen  senyawa  tersebut.  Titik  didih  didefinisikan
sebagai  suhu  pada  tekanan  atmosfer  atau  pada  tekanan  tertentu  dimana suatu cairan berubah menjadi uap. Suatu cairan yang terdiri dari beberapa
senyawa  atau  komponen  maka  masing-masing  memiliki  titik  didih  yang berbeda,  maka  cairan  tersebut  memiliki  kisaran  titik  didih.  Proses
penyulingan  sangat  penting  diketahui  oleh  penyuling  minyak  atsiri.  Pada dasarnya terdapat dua jenis penyulingan, yaitu :
• Penyulingan  suatu  campuran  yang  berwujud  cairan  yang  tidak  saling
bercampur, hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan. Keadaan ini terjadi  pada  pemisahan  minyak  atsiri  dengan  uap  air  yang  sering
disebut juga hirdrodestilasi. •
Penyulingan  suatu  cairan  yang  tercampur  sempurna  hingga  hanya membentuk  satu  fasa.  Pada  keadaan  ini  pemisahan  minyak  atsiri
menjadi  beberapa  komponennya,  sering  disebut  fraksinasi  tanpa menggunakan uap air Sastrohamidjojo, 2004.
Terdapat tiga macam cara penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh  minyak  nilam  yaitu  penyulingan  dengan  air  water
distillation ,  penyulingan  uap  dan  air  water  and  steam  distillation  dan
penyulian uap langsung steam distillation. a.
Penyulingan Air Penyulingan  dengan  air  merupakan  penyulingan  yang  paling
sederhana  dibandingkan  dengan  cara  penyulingan  yang  lain. Pengolahan  dilakukan  dengan  memasak  bahan  dalam  air  hingga
mendidih  dalam  satu  tangki  atau  ketel  penyuling.  Komposisi  air  dan bahan  yang  disuling  dibuat  hampir  berimbang,  tergantung  kapasitas
muat  ketel.  Proses  penyulingan  dengan  cara  ini  membutuhkan  waktu lama  karena  bahan  yang  disuling  tercampur  menjadi  satu  dengan  air
sehingga proses pergerakan uap air bergerak lambat Mangun, 2002.
Penyulingan air mempunyai beberapa keuntungan yaitu alatnya yang  cukup  praktis  dan  dapat  mengeksraksi  minyak  dari  bahan  yang
berbentuk  bubuk  dan  bahan  yang  mudah  menggumpal.  Selain  itu penyulingan  dengan  air  juga  mempunyai  kelemahan  yaitu  ekstraksi
tidak  dapat  berlangsung  sempurna  walaupun  dirajang  dan  komponen minyak  yang  bertitik  didih  tinggi  dan  bersifat  larut  dalam  air  tidak
dapat  menguap  secara  sempurna,  sehingga  minyak  yang  tersuling mengandung komponen tidak lengkap Guenther, 1947.
b. Penyulingan Uap dan Air
Menurut  Tan  1962,  penyulingan  minyak  atsiri  untuk  jenis tanaman  semak  dan  daun  sebaiknya  dilakukan  dengan  metode
penyulingan  uap  dan  air  water  and  steam  distillation.  Cara penyulingan  uap  dan  air  merupakan  penyulingan  dengan  tekanan  uap
rendah  yang  tidak  menghasilkan  uap  dengan  cepat  sehingga panjangnya  waktu  penyulingan  menjadi  hal  yang  sangat  penting,
artinya hal tersebut baik jika ditinjau dari mutu dan rendemen minyak yang dihasilkan.
Mekanisme  penyulingannya  yaitu  bahan  yang  akan  disuling ditempatkan  dalam  ketel  suling  beberapa  sentimeter  diatas  air  dan
dipisahkan  dengan  air  menggunakan  saringan  sehingga  bahan  dengan air tidak berhubungan langsung. Penggunaan cara penyulingan uap dan
air  mempunyai  kelebihan  tersendiri  yaitu  suhu  yang  dihasilkan  tidak terlalu  panas  sehingga  kegosongan  minyak  dapat  dikurangi.  Namun,
tekanan  uap  yang  dihasilkan  relatif  rendah  sehingga  belum  dapat menghasilkan minyak dengan waktu yang cepat Mangun, 2002.
Pada  penyulingan  dengan  uap  dan  air  akan  dihasilkan  uap dalam  keadaan  basah.  Ketel  suling  harus  selalu  terisi  oleh  air,  maka
uap  yang  dihasilkan  tidak  mungkin  berupa  uap  kering,  tetapi merupakan uap jenuh atau basah. Air akan tercampur dalam uap pada
keadaan  perbandingan  tertentu,  sehingga  terbentuk  suatu  campuran antara uap dan air yang disebut uap basah Kulshrestha, 1989.
Untuk instalasi skala kecil penggunaan metode penyulingan air dan  uap  lebih  menguntungkan  karena  peralatannya  lebih  sederhana
dibandingkan  dengan  penyulingan  uap.  Sedangkan  untuk  instalansi skala  besar  skala  industri  penerapan  metode  penyulingan  uap  lebih
menguntungkan,  terutama  untuk  penyulingan  minyak  bertitik  didih tinggi Guenther, 1947.
c. Penyulingan Uap
Prinsip  dasar  sistem  penyulingan  dengan  uap  adalah penggunaan uap bertekanan tinggi yang dihasilkan dari ketel uap yang
letaknya  terpisah  dari  ketel  suling  Mangun,  2002.  Sistem penyulingan  ini  baik  digunakan  untuk  menyuling  minyak  atsiri  dari
biji-bijian,  akar  dan  kayu-kayuan  yang  umumnya  mengandung komponen minyak yang bertitik didih tinggi.
Penyulingan dengan uap sebaiknya dimulai dengan tekanan uap rendah  kemudian  secara  bertahap  tekanan  uap  dinaikkan.  Jika
permulaan penyulingan dilakukan pada tekanan tinggi maka komponen kimia  dalam  minyak  akan  mengalami  dekomposisi  sehingga  akan
menghasilkan  mutu  minyak  yang  kurang  baik.  Penyulingan  uap  pada suhu tinggi tidak selamanya menghasilkan minyak dengan mutu  yang
lebih  baik  walaupun  lama  penyulingannya  lebih  singkat  Ketaren, 1985.
C. PERALATAN PENYULINGAN