Dimana : Q
= Energi yang dilepakan oleh uap air, J U
= konstanta Pindah Panas Kondensor Wm
2
.°K A
= Luas area pindah panas kondensor
,
m
2
∆ T
LMTD
= selisih suhu rataan logaritmik °K
C. STUDI BANDING KINERJA ALAT
Studi banding ini dilakukan setelah penelitian utama selesai dilaksanakan. Studi banding dilakukan terhadap sistem penyulingan yang sejenis pada
tempat penyulingan rakyat minyak nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara. Hal-hal yang dibandingkan antara lain kapasitas, rendemen,
dan kinerja alat prototipe dengan penyulingan rakyat. Data-data penyulingan rakyat diperoleh berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan sumber
yang berkaitan dengan penyulingan rakyat di kabupaten Pakpak Bharat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. RENDEMEN MINYAK NILAM
Rendemen penyulingan minyak nilam merupakan perbandingan antara bobot minyak nilam yang diperoleh dengan bobot bahan baku nilam
digunakan. Rendemen yang dihasilkan dengan penyulingan kohobasi menghasilkan rendemen sebesar 2,29 basis kering sedangkan rendemen
yang dihasilkan penyulingan non kohobasi sebesar 2,2 basis kering. Rendemen yang dihasilkan penyulingan kohobasi lebih tinggi dibandingkan
dengan penyulingan non kohobasi. Hal tersebut dapat disebabkan karena pada air kohobasi masih terdapat minyak yang tersisa dan teruapkan kembali ketika
masuk ke dalam ketel suling sehingga dapat meningkatkan rendemen. Semakin besarnya nyala api maka kecepatan penyulingan bertambah besar
sehingga jumlah uap air yang berkontak dengan bahan akan lebih besar dan memungkinkan penguapan minyak yang lebih banyak. Besarnya nyala api
dapat diketahui dari laju destilat selama penyulingan berlangsung. penyulingan kohobasi memiliki laju destilat yang lebih besar dibandingkan
dengan penyulingan non kohobasi. Rendemen hasil penyulingan lebih rendah dibandingkan dengan rendemen
hasil pengujian kadar minyak atsiri menggunakan clavenger. Perbedaan ini dapat dikarenakan perbandingan antara daun dan batang yang berbeda karena
pengambilan bahan untuk penyulingan dilakukan secara acak dan kemungkinan masih adanya minyak yang tertinggal pada bahan yang disuling.
Hal tersebut terbukti dengan masih terdapatnya minyak nilam pada ampas hasil penyulingan dengan pengukuran kadar minyak menggunakan clavenger.
Pada penelitian Panjaitan 1993, penyulingan minyak nilam dengan metode uap dan air selama 4 jam menghasilkan rendemen sebesar 1,72 -
1,95 basis kering. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada penyulingan dengan metode uap dan air lama penyulingan berpengaruh
terhadap rendemen yang dihasilkan. Semakin lama waktu penyulingan maka semakin tinggi rendemen yang dihasilkan dan semakin besar penguapan fraksi
minyak yang bertitik didih tinggi. Sedangkan penyulingan nilam dengan