IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. RENDEMEN MINYAK NILAM
Rendemen  penyulingan  minyak  nilam  merupakan  perbandingan  antara bobot  minyak  nilam  yang  diperoleh  dengan  bobot  bahan  baku  nilam
digunakan.  Rendemen  yang  dihasilkan  dengan  penyulingan  kohobasi menghasilkan  rendemen  sebesar  2,29    basis  kering  sedangkan  rendemen
yang  dihasilkan  penyulingan  non  kohobasi  sebesar  2,2    basis  kering. Rendemen  yang  dihasilkan  penyulingan  kohobasi  lebih  tinggi  dibandingkan
dengan penyulingan non kohobasi. Hal tersebut dapat disebabkan karena pada air kohobasi masih terdapat minyak yang tersisa dan teruapkan kembali ketika
masuk ke dalam ketel suling sehingga dapat meningkatkan rendemen. Semakin besarnya nyala api maka kecepatan penyulingan bertambah besar
sehingga  jumlah  uap  air  yang  berkontak  dengan  bahan  akan  lebih  besar  dan memungkinkan  penguapan  minyak  yang  lebih  banyak.  Besarnya  nyala  api
dapat  diketahui  dari  laju  destilat  selama  penyulingan  berlangsung. penyulingan  kohobasi  memiliki  laju  destilat  yang  lebih  besar  dibandingkan
dengan penyulingan non kohobasi. Rendemen hasil penyulingan lebih rendah dibandingkan dengan rendemen
hasil  pengujian  kadar  minyak  atsiri  menggunakan  clavenger.  Perbedaan  ini dapat dikarenakan perbandingan antara daun dan batang yang berbeda karena
pengambilan  bahan  untuk  penyulingan  dilakukan  secara  acak  dan kemungkinan masih adanya minyak yang tertinggal pada bahan yang disuling.
Hal  tersebut  terbukti  dengan  masih  terdapatnya  minyak  nilam  pada  ampas hasil penyulingan dengan pengukuran kadar minyak menggunakan clavenger.
Pada  penelitian  Panjaitan  1993,  penyulingan  minyak  nilam  dengan metode  uap  dan  air  selama  4  jam  menghasilkan  rendemen  sebesar  1,72    -
1,95    basis  kering.  Dari  hasil  tersebut  dapat  diketahui  bahwa  pada penyulingan  dengan  metode  uap  dan  air  lama  penyulingan  berpengaruh
terhadap  rendemen  yang  dihasilkan.  Semakin  lama  waktu  penyulingan  maka semakin tinggi rendemen yang dihasilkan dan semakin besar penguapan fraksi
minyak  yang  bertitik  didih  tinggi.  Sedangkan  penyulingan  nilam  dengan
metode  uap  Steam  Distillation  pada  penelitian  Widiahtuti  2009 menghasilkan rendemen yang lebih tinggi yaitu 2,55  basis kering selama
6  jam.  Penyulingan  dengan  uap  dapat  menghasilkan  rendemen  yang  lebih tinggi  dan  dengan  waktu  yang  lebih  singkat.  Hal  tersebut  disebabkan  karena
pada penyulingan dengan uap digunakan tekanan secara bertahap dari tekanan yang  rendah  hingga  tekanan  lebih  besar  dari  1  atm  sehingga  uap  akan
berpenetrasi  ke  dalam  bahan  lebih  efektif  dan  menghasilkan  rendemen  yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat.
Tabel 2. Jumlah minyak tersuling Jam ke -
Jumlah Minyak gram Penyulingan
Kohobasi Penyulingan
Non Kohobasi 1
436.95 404.20
2 132.38
142.74 3
59.57 72.28
4 45.44
54.45 5
23.32 42.73
6 22.08
29.48 7
36.57 32.10
8 19.79
15.11 Total
776.07 793.08
Pengukuran    minyak  yang  tersuling  dilakukan  setiap  satu  jam  sekali  dari jam  pertama  penyulingan  hingga  jam  kedelapan.  Jumlah  minyak  tersuling
setiap  jam  dapat  dilihat  pada  Tabel  2.  Pada  awal  penylingan  minyak  yang tersuling  cukup  tinggi  yaitu  436,95  gram  pada  penyulingan  kohobasi  dan
404,2 gram pada penyulingan non kohobasi. Pada jam-jam berikutnya jumlah minyak  semakin  menurun  hingga  pada  akhir  penyulingan  diperoleh  total
minyak  untuk  penyulingan  kohobasi  sebanyak  776,07  gram  dan  pada penyulingan non kohobasi 793,08 gram. Laju penyulingan merupakan jumlah
minyak  yang  tersuling  selama  periode  waktu  tertentu.  Pengukuran  bobot minyak  nilam  tersuling  dilakukan  setiap  satu  jam  sekali.  Pada  awal
penyulingan  laju  minyak  yang  tersuling  sangat  tinggi  selanjutnya  menurun
dengan  semakin  lamanya  waktu  penyulingan.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik profil minyak hasil penyulingan
Jumlah  minyak  tersuling  pada  jam  pertama  mencapai  50  dari  total minyak yang diperoleh selama penyulingan. Tingginya laju penyulingan pada
waktu-waktu  awal  karena  pada  tahap  awal  penyulingan  minyak  di  sekitar permukaan nilam yang akan tersuling. Selain itu pada tahap awal penyulingan,
minyak  yang  mempunyai  titik  didih  rendah  akan  tersuling  lebih  dahulu  serta dapat  pula  disebabkan  karena  besarnya  jumah  minyak  yang  bertitik  didih
rendah. Selanjutnya laju penyulingan akan menurun secara tajam, karena laju difusi minyak dari bagian dalam semakin sulit dan juga karena jumlah minyak
yang tersedia di dalam bahan semakin kecil dan minyak dengan bobot molekul yang  tinggi  lebih  sulit  diperoleh.  Dengan  demikian  semakin  lama  waktu
penyulingan maka jumlah minyak nilam yang dihasilkan semakin sedikit baik pada penyulingan kohobasi maupun non kohobasi.
B. KINERJA ALAT PENYULINGAN