ANALISA MUTU HASIL DAN PEMBAHASAN

D. ANALISA MUTU

Setelah proses penyulingan, dilakukan pengujian mutu terhadap minyak nilam yang dihasilkan sesuai dengan prosedur Standar nasional Indonesia. Parameter yang diukur antara lain bobot jenis, indeks bias, bilangan asam, bilangan ester dan kelarutan dalam alkohol. Perbandingan mutu minyak nilam hasil penyulingan metode kohobasi dan non kohobasi dengan spesifikasi mutu minyak nilam berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 06-2385- 2006 disajikan dalam Tabel 13. Mutu minyak nilam hasil penyulingan dapat dikatakan baik karena hasil perhitungan menunjukkan setiap parameter uji masuk dalam SNI 06-2385-2006. Tabel 13. Perbandingan mutu minyak nilam hasil penyulingan No. Parameter Kohobasi Non Kohobasi SNI 06-2385-2006 1. Penampakan warna minyak nilam Kuning kecokelatan Kuning muda Kuning muda- cokelat kemerahan 2. Bobot jenis t = 25 °C 0,9583 0,9582 0,950 – 0,975 3. Indeks bias nD 20 1,5075 1,5073 1,507-1,515 4. Putaran optik - 64,5 - 62,47 - 48° - - 65° 5. Bilangan asam 3,18 3,19 Maksimal 8 6. Bilangan ester 8,75 5,55 Maksimal 20 7. Kelarutan dalam etanol 90 1 : 7 – 1 : 1 1 : 7 – 1 : 1 Maksimal 1 : 10 1. Penampakan Warna Parameter warna ditentukan secara visual terhadap minyak nilam yang hasil penyulingan menurut. Pada umumnya warna minyak yang lebih muda lebih disukai daripada warna minyak yang gelap. Gambar 18 menunjukkan minyak hasil penyulingan dengan sistem kohobasi dan non kohobasi. Penyulingan Kohobasi Penyulingan Non Kohobasi Gambar 19. Minyak nilam hasil penyulingan dari kiri ke kanan minyak jam pertama hingga jam kedelapan Standar Nasional Indonesia SNI 06-2385-2006 untuk warna minyak nilam yang memenuhi syarat yaitu kuning muda sampai coklat kemerahan. Warna kuning pada minyak nilam merupakan warna alami pada minyak nilam. Secara visual dapat dilihat bahwa penyulingan dengan sistem kohobasi menghasilkan minyak dengan warna yang lebih gelap dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan dari penyulingan non- kohobasi. Selain itu dengan semakin bertambahnya waktu penyulingan warna minyak menjadi semakin gelap. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kadar dan jumlah komponen dalam minyak tersebut. Pada penyulingan kohobasi warna yang gelap dapat dikarenakan penggunaan air pengisi ketel secara berulang-ulang. Selain itu semakin lama waktu penyulingan maka semakin banyak komponen fraksi berat seperti patchouli alkohol sehingga warnanya lebih gelap. 2. Bobot Jenis Bobot pada suhu ter jenis ditentuk didalam minya G Pada G hasil penelitia penyulingan b ini disebabkan banyak fraksi komponen yan Menurut Stand pada rentang n Minya yang sesuai maupun penyu pertama lebih nilam jam ket Selain itu dap penyulingan k kohobasi. Sec 0.9 0.91 0.92 0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.99 1 1.01 B o b o t Je n is ot jenis didefinisikan sebagai perbandingan ma tertentu dengan massa air pada suhu yang sa tukan oleh komponen-komponen kimia ya yak nilam. Gambar 20. Grafik perbandingan nilai bobot je Gambar 20 dapat dilihat bahwa bobot jeni itian cenderung meningkat dengan semakin baik pada penyulingan kohobasi maupun no an dengan semakin lamanya penyulingan mak si berat yang tersuling. Semakin tinggi kadar ang ada dalam minyak maka nilai bobot jenis ndar Nasional Indonesia nilai bobot jenis miny g nilai 0,950 – 0,975 pada suhu 25 o C. yak nilam hasil penyulingan hanya minyak p i dengan standar baik pada penyulingan de yulingan non kohobasi. Minyak nilam hasil p ih rendah dibandingkan dengan standar sed etiga hingga jam kedelapan nilainya lebih be dapat dilihat bahwa nilai bobot jenis minyak kohobasi lebih tinggi dibandingkan dengan p ecara keseluruhan minyak nilam yang dih Jam ke- massa suatu bahan sama. Nilai bobot yang terkandung jenis nis minyak nilam n lamanya waktu non kohobasi. Hal aka akan semakin ar fraksi berat dan is semakin tinggi. nyak nilam berada pada jam kedua dengan kohobasi l penyulingan jam edangkan minyak besar dari standar. ak nilam dengan penyulingan non ihasilkan dengan Kohobasi Non Kohobasi penyulingan Nasional Indo 3. Indeks Bias Nilai ind komponen mi rantai karbon karbon, semak yang datang. H hubungan anta lama penyulin G Menurut berada pada re untuk minyak kohobasi mem berkisar anta penyulingan n 20 o C. Dari g penyulingan s 1.5 1.502 1.504 1.506 1.508 1.51 1.512 1.514 In d e k s B ia s kohobasi maupun non kohobasi sesuai d donesia. indeks bias minyak nilam berhubungan denga inyak hasil penyulingan. Indeks bias ditentuk on yang menyusun suatu senyawa. Semakin akin besar kerapatannya sehingga sukar mem . Hal ini menyebabkan nilai indeks bias menja ntara nilai indeks bias minyak nilam hasil peny lingan disajikan pada Gambar 21. Gambar 21. Grafik perbandingan nilai indeks rut Standar Nasional Indonesia nilai indeks bia rentang nilai 1,507 – 1,515 pada suhu 20 o C. N ak nilam hasil penyulingan dengan kohoba emenuhi standar. Nilai indeks bias penyul tara 1,5050 – 1,5120 pada suhu 20 o C s non kohobasi berkisar antara 1,5046 – 1,5 grafik diatas dapat dilihat bahwa semak semakin meningkat pula nilai indeks bias. Ha Jam ke- i dengan Standar gan perbandingan ukan oleh panjang in panjang rantai embiaskan cahaya njadi besar. Grafik nyulingan dengan ks bias bias minyak nilam . Nilai indeks bias basi maupun non ulingan kohobasi sedangkan pada 1,5121 pada suhu akin lama waktu al tersebut terjadi Kohobasi Non Kohobasi karena pada awal penyulingan minyak nilam mengandung fraksi ringan dengan semakin lama penyulingan maka minyak dengan fraksi berat semakin banyak yang tersuling. Sepeti halnya nilai bobot jenis, nilai indeks bias dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan komponen- komponen yang terkandung di dalamnya. Besar kecilnya nilai indeks bias berhubungan dengan perbandingan komponen-komponen dan senyawa yang terkandung di dalamnya. Indeks bias dipegaruhi oleh panjangnya rantai karbon dan banyaknya ikatan rangkap. Banyaknya fraksi ringan dalam minyak akan menurunkan kerapatan minyak, sehingga indeks bias menjadi kecil. Jika kerapatan minyak semakin kecil maka akan mudah membiaskan cahaya yang datang sehingga nilai indeks biasnya kecil. Semakin panjang rantai karbon, semakin besar kerapatannya dan semakin banyak minyak mengandung senyawa dengan ikatan rangkap atau fraksi-fraksi berat, maka kerapatan minyak akan semakin besar. Jika kerapatan minyak semakin besar, maka akan sulit membiaskan cahaya yang datang dan akan menyebabkan nilai indeks bias menjadi lebih besar. 4. Putaran Optik Kisaran nilai yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia SNI 06-2385-2006 untuk nilai putaran optik minyak nilam adalah - 48 o – - 65 o . Nilai putaran optik pada minyak nilam yang dihasilkan hanya minyak pada jam pertama dan kedua saja yang sesuai dengan standar sedangkan untuk minyak jam ketiga sampai kedelapan tidak sesuai dengan standar tetapi secara kseluruhan minyak nilam hasil penyulingan sesuai dengan standar. Minyak nilam ada pula yang tidak memutar bidang polarisasi, tetapi seluruh minyak nilam hasil penelitian ini memutar bidang polarisasi ke arah kiri levo rotary dengan tanda negatif -. Ga Gamba hasil penelitia sebelah kiri di optik aktif ke semakin men tersebut diseb banyak kandu minyak untuk 5. Bilangan Asam Sebag bebas yang t oksidasi dan terhadap bilan 10 20 30 40 50 60 70 80 P u ta ra n O p ti k Gambar 22. Grafik perbandingan nilai putaran o bar 22 menunjukkan grafik nilai putaran opti itian setiap jam. Kecenderungan minyak nila disebabkan oleh adanya patchouli alkohol yan ke kiri - yang cukup besar. Nilai putaran oti eningkat dengan semakin lamaya waktu pe ebabkan karena semakin lama penyulingan dungan patchouli alkohol dalam minyak sehing k memutar bidang polarisasi ke kiri semakin b sam agian besar minyak atsiri mengandung sejumla terbentuk secara alami atau yang dihasilk n hidrolisa ester. Grafik hubungan antara lam angan asam minyak nilam dapat dilihat pada G Jam ke- n optik ptik minyak nilam ilam memutar ke ang memiliki daya otik minyak nilam penyulingan. Hal an maka semakin ingga kemampuan besar. lah asam organik ilkan dari proses lama penyulingan Gambar 23. Kohobasi Non Kohobasi Gam Nilai m 8. Nilai bilan kohobasi mau masuk ke dal sampai kedela dilihat bahwa bilangan asam dilihat bahwa kohobasi lebih tersebut dapa semakin ban kemungkinan Selain pengeringan menyebabkan bahan dikerin ester. 6. Bilangan Este 2 4 6 8 10 12 14 16 B il a n g a n A sa m ambar 23. Grafik perbandingan nilai bilangan i maksimal bilangan asam menurut SNI 06-23 angan asam minyak nilam yang dihasilkan pa aupun non kohobasi pada jam pertama hing alam standar sedangkan minyak nilam untu elapan tidak masuk ke dalam standar. Dari gra a semakin lama waktu penyulingan maka sem amnya. Dengan semakin lamanya waktu pen wa nilai bilangan asam minyak nilam deng bih tinggi dibandingkan dengan penyulingan no pat disebabkan karena pada penyulingan de anyak uap yang bersentuhan dengan mi n proses hidrolisa akan lebih besar. in itu apabila bahan yang digunakan telah me dan penyimpanan yang terlalu lama, an bilangan asamnya semakin tinggi karena ringkan dan disimpan terjadi proses oksidas ter Jam ke- n asam 2385-2006 adalah pada penyulingan ingga jam kelima tuk jam ke enam grafik diatas dapat makin tinggi nilai enyulingan dapat ngan penyulingan non kohobasi. Hal dengan kohobasi minyak sehingga mengalami proses a, maka dapat na diduga selama asi dan hidrolisis Kohobasi Non Kohobasi Bilangan terutama yang ester yang di 2006 adalah 2 minyak nilam Ga Berdasarka memperlihatka penyulingan. kohobasi selur dengan penyu melebihi stand Lama peny ester terdapat lama penyulin berat dan bilan Komponen dan eugenol y Semakin lama yang tersuling senyawa ester 5 10 15 20 25 B il a n g a n E st e r n ester cukup penting peranannya dalam ng berkaitan dengan aroma. Besar nilai ma ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia 20. Berikut ini adalah grafik hubungan nila m dengan lama penyulingan. ambar 24. Grafik perbandingan nilai bilangan rkan Gambar 24 dapat dilihat bahwa nilai tkan kecenderungan meningkat dengan berta . Minyak nilam yang dihasilkan dengan p luruhnya sesuai dengan standar sedangkan untu yulingan kohobasi pada minyak nilam jam ked ndar. nyulingan mempengaruhi besarnya bilangan e at dalam fraksi berat yang menguap pada suhu lingan dan suhu semakin tinggi untuk menyul langan ester semakin tinggi. en penentu aroma minyak adalah benzaldehid l yang memilliki titik didih tinggi dan merupak ma waktu penyulingan komponen tersebut s ing sehingga bilangan ester semakin tinggi. S er dalam minyak akan semakin baik aroma min Jam ke- m minyak atsiri, aksimal bilangan a SNI 06-2385- ilai bilangan ester an ester lai bilangan ester tambahnya waktu penyulingan non ntuk minyak nilam kedelapan nilainya ester. Kandungan u tinggi. Semakin uling maka fraksi id, sinnamaldehid pakan fraksi berat. t semakin banyak Semakin banyak inyak tersebut. Kohobasi Non Kohobasi 7. Kelarutan dalam alkohol 90 Minyak atsiri larut dalam alkohol dan jarang sekali larut dalam air, oleh karena itu nilai kelarutannya diketahui dengan melarutkan dalam alkohol 90 . Semakin banyak jumlah alkohol yang ditambahkan maka semakin sukar minyak tersebut larut dalam alkohol. Minyak yang banyak mengandung komponen oxygenated hidrocarbon mudah larut dalam alkohol dibandingkan dengan minyak yang banyak mengandung terpen. Minyak nilam mudah larut dalam alkohol karena komponen utama dalam minyak nilam adalah patchouli alkohol yang termasuk golongan terpen-O. Kelarutan minyak hasil penyulingan dalam alkohol 90 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kelarutan minyak nilam dalam alkohol 90 Jam ke- Kelarutan Penyulingan Kohobasi Penyulingan Non Kohobasi 1 1 : 7 1 : 7 2 1 : 1 1 : 4 3 1 : 1 1 : 1 4 1 : 1 1 : 1 5 1 : 1 1 : 1 6 1 : 1 1 : 1 7 1 : 1 1 : 1 8 1 : 1 1 : 1 9 1 : 1 1 : 1 Guenther 1947, bahwa komponen kimia yang terkandung dalam minyak atsiri menentukan kelarutan minyak tersebut dalam etanol. Biasanya minyak dengan kandungan oxygenated hydrocarbon tinggi akan lebih mudah larut dalam etanol dibandingkan dengan minyak atsiri dengan kandungan senyawa terpen tinggi. Salah satu komponen yang termasuk dalam golongan oxygenated hydrocarbon adalah patchouli alkohol dengan gugus fungsi -COH alkohol, yang artinya memiliki kepolaran yang hampir sama dengan pelarut alkohol etanol. Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa dengan semakin lamanya waktu penyulingan akan meningkatkan kelarutan minyak nilam dalam alkohol. Minyak nilam pada jam pertama sulit larut dengan alkohol sedangkan pada jam berikutnya lebih mudah larut dalam alkohol. Hal tersebut dapat disebabkan karena dengan semakin lamanya waktu penyulingan maka akan meningkatkan kandungan patchouli alkohol dalam minyak nilam dan senyawa-senyawa oxygenated hydrocarbon lainnya.

E. PENYULINGAN RAKYAT