penduduk, terlihat bahwa penyebaran penduduk di Provinsi Banten tidak merata. Hal ini terlihat dari timpangnya tingkat kepadatan penduduk per kabupatenkota
di Provinsi Banten. Tingkat kepadatan tertinggi pada tahun 2008 berada di Kota Tangerang 8.192 jiwakm2 yang mempunyai luas wilayah paling kecil 187km2
sebagaimana terlihat pada tabel 4.2, sedangkan terendah di Pandeglang 398jiwakm2 dengan luas wilayahnya terbesar kedua 2.746,91km2.
4.3 Kondisi
Perekonomian
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu wilayah adalah perkembangan pendapatan per kapita
penduduknya. Pendekatan yang umum digunakan untuk mengetahui pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah adalah melalui nilai PDRB per kapita. PDRB
per kapita disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tetapi yang sering digunakan adalah PDRB per kapita atas dasar harga berlaku karena
dipengaruhi oleh perubahan harga sehingga lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada tahun tertentu.
PDRB per kapita merupakan besaran PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB per kapita
menggambarkan rata-rata besarnya penciptaan nilai tambah bruto tiap penduduk pada suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. Dalam melakukan pendekatan
angka pendapatan perkapita dengan menggunakan data PDRB per kapita, diasumsikan nilai tambah yang masuk dan keluar seimbang atau dengan kata lain
penciptaan nilai tambah yang terjadi di Provinsi Banten kemudian dibawa ke luar sama dengan jumlah nilai tambah yang masuk ke Provinsi Banten.
Tabel 4.3 PDRB Per Kapita Provinsi Banten ADHB dan ADHK 2000 Menurut KabupatenKota 2006-2008
Rupiah
Kabupaten Kota Atas Dasar Harga Berlaku
Atas Dasar Harga Konstan 2006 2007 2008 20006 2007 2008
1 2 3 4 5 6 7
Kab. Pandeglang 5,240,283 5,662,067 6,333,830 3,288,630 3,392,252 3,490,803
Kab. Lebak
4,595,988 4,982,349 5,467,796 2,867,496 2,940,986 3,000,163 Kab.
Tangerang 8,329,950 8,915,643 9,826,884 5,221,193 5,409,729 5,584,230 Kab.
Serang 7,055,442 7,590,967 8,260,899 5,942,551 6,181,973 6,410,195
Kota Tangerang
23,705,998 26,090,041 29,176,549 15,478,362 16,245,618 17,018,718 Kota
Cilegon 43,715,477 47,447,935 52,426,983 30,068,855 31,118,636 32,151,783
Provinsi Banten 10,610,241 11,407,775 12,756,903 6,650,331 6,902,711 7,168,033
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2008
Mengamati perkembangan PDRB per kapita kabupaten atau kota yang ada di Provinsi Banten selama periode 2006-2008, menunjukkan adanya kenaikan setiap
tahunnya. Hal ini dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional yang stabil sehingga berimbas terhadap membaiknya kegiatan perekonomian di Banten.
Kenaikan yang terjadi tiap tahunnya menunjukkan bahwa secara nominal berarti pendapatan masyarakat Banten pada umumnya mengalami peningkatan, meskipun
kenaikan tersebut masih dipengaruhi inflasi. Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa Kota Cilegon, Tangerang,
Serang dan Kabupaten Tangerang selalu menempati empat besar nilai PDRB per kapita tertinggi tiap tahunnya. Hal ini dapat terjadi karena pusat industri dan
perekonomian Provinsi Banten terletak di wilayah tersebut, terutama Cilegon dan
Kota Tangerang. Sedangkan untuk wilayah Lebak dan Pandeglang yang merupakan sentra kegiatan pertanian di Provinsi Banten, kecilnya nilai PDRB per
kapita dapat disebabkan karena penciptaan nilai tambah pada sektor pertanian tidak sebesar seperti pada sektor industri yang merupakan primadona di Provinsi
Banten. Dari hasil pemaparan di atas dapat dilihat adanya kesenjangan nilai PDRB
per kapita antara wilayah Banten, dalam hal ini Pandeglang dan Lebak dengan wilayah Banten lainnya, yaitu Serang , Cilegon dan Tangerang. Faktor-faktor
penyebab lain selain perbedaan struktur ekonomi kedua wilayah tersebut diantaranya adalah perbedaan sumber daya dan faktor produksi yang dimiliki,
khususnya sumber daya manusia. Serang , Cilegon dan Tangerang sebagai wilayah industri, jelas membutuhkan tenaga terdidik dan terampil. Sebaliknya,
daerah pertanian kurang diminati oleh tenaga kerja yang berpendidikan tinggi sehingga banyak tenaga kerja berkualitas dari wilayah banten selatan yang
melakukan migrasi ke daerah industri karena tertarik dengan banyaknya lapangan pekerjaan dan kompensasi yang akan didapat. Akibat dari perbedaan kualitas
tenaga kerja ini maka berakibat pada terjadinya perbedaan tingkat produktivitas pekerja dalam menghasilkan output yang tentu saja berimbas pada proses
penciptaan nilai tambah.
Tabel 4.4 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2000 Menurut KabupatenKota Tahun 2006-2008
KabupatenKota Tahun
2006 2007 2008 1 2
3 4
Kab. Pandeglang 4.00
4.14 3.62
Kab. Lebak 3.15
4.90 4.06
Kab. Tangerang 6.88
6.90 6.22
Kab. Serang 4.82
5.10 4.43
Kota Tangerang 6.85
6.86 6.37
Kota Cilegon 5.64
5.48 5.02
Banten 5.57 6.04
5.82
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2008
Selain itu, strategi yang diterapkan pemerintahan sebelumnya dalam melaksanakan pembangunan ekonomi selama ini terlalu terfokus pada usaha
mengejar angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari tahun ke tahun, namun seperti diketahui pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat tidak akan secara
langsung menaikkan kesejahteraan penduduk khususnya mereka yang berpendapatan rendah. Namun dalam rentang waktu tiga tahun terakhir telah
terjadi perkembangan yang mengembirakan, dimana laju pertumbuhan ekonomi yang tak lain merupakan laju PDRB atas dasar harga konstan wilayah Pandeglang
dan Lebak telah tumbuh cukup signifikan tiap tahunnya seiring dengan wilayah Banten.
Pertumbuhan ekonomi wilayah Banten diharapkan dapat meningkatkan nilai PDRB per kapita pada tahun mendatang sehingga dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakatnya. Selain itu luas wilayah Provinsi Banten yang tidak terlalu besar diharapkan dapat membuat Pemerintahan Provinsi Banten dapat lebih
berkonsentrasi dalam usaha pemerataan hasil-hasil pembangunan di daerahnya.
4.4 Pembangunan Pendidikan