Pengaruh Belanja Modal Pemerintah BM, Angkatan Kerja AK

64

5.4 Pengaruh Belanja Modal Pemerintah BM, Angkatan Kerja AK

dan Angka Melek Huruf AMH terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Banten Pengujian kesesuai model dalam persamaan pengaruh belanja modal, angkatan kerja dan angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi dilakukan dalam dua tahap yaitu membandingkan pooled model dengan fixed effects model kemudian dilanjutkan dengan membandingkan fixed effects model dengan random model. Pengujian dilakukan dengan variabel bebas pengaruh belanja modal, angkatan kerja dan angka melek huruf. A. Membandingkan OLSpooled model dengan fixed effects model Pemilihan pooled model atau fixed effects model dilakukan dengan uji F. Dari uji yang dilakukan nilai F statistik yang diperoleh yaitu 474,72. Sedangkan nilai F tabel pada taraf α =1 adalah 0,00. Nilai F statistik lebih besar dari pada nilai F tabel , hal ini berarti terdapat heterogenitas individu pada model data panel persamaan pengaruh ketiga faktor terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika dalam model terdapat heterogenitas individu maka fixed effects model akan memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan OLS pooled model. B. Membandingkan fixed effects model dengan random effects model Untuk membandingkan apakah fixed effects model atau random effects model yang lebih sesuai digunakan, maka dilakukan uji tes Hausman. Statistik uji tes Hausman mengikuti distribusi statistik Chi Square dengan degree of freedom sebanyak jumlah variabel bebas dari model. Uji kesesuaian model data panel dengan fixed effects dan random effects 65 menggunakan tes Haussman menunjukkan nilai p-value 2 χ 0,05; hal ini berarti model persamaan pengaruh Pengaruh Belanja Modal BM, Angkatan Kerja AK dan Angka Melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki heterogenitas individu tetapi tidak secara random. Dengan demikian fixed effects model lebih sesuai digunakan. Pengujian asumsi dilakukan untuk memastikan bahwa model yang dipilih telah memenuhi asumsi yang telah ditentukan, antara lain: A. Otokorelasi Model yang dipilih harus memenuhi asumsi terbebas dari otokorelasi. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan menghitung nilai statistik uji Durbin Watson. Berdasarkan hasil penghitungan, didapatkan nilai statistik Durbin Watson sebesar 1,344, dengan nilai d L sebesar 1,383 dan d U sebesar 1,666, maka nilai statistik Durbin Watson berada pada daerah otokorelasi positif, sehingga dapat diasumsikan model terdapat otokorelasi positif. Tabel 5.6. Nilai Statistik Model Pengaruh Angkatan Kerja, Belanja Modal Pemerintah dan Angka Melek Huruf terhadap Pertumbuhan Ekonomi Weighted Statistics R-squared 0.996272 Mean dependent var 23.52561 Adjusted R-squared 0.995507 S.D. dependent var 14.12421 S.E. of regression 0.060580 Sum squared resid 0.143127 F-statistic 1302.718 Durbin-Watson stat 1.344756 ProbF-statistic 0.000000 66 Mengingat metode fixed effect tidak membutuhkan asumsi terbebasnya model dari serial korelasi, maka uji tentang otokorelasi dapat diabaikan Nachrowi dan Usman, 2006. B. Multikolinieritas Pengujian asumsi selanjutnya adalah pengujian multikolinieritas, dimana model yang dipilih harus terbebas dari multikolinieritas, atau dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi tinggi antara variabel-variabel independen. Berdasarkan matriks korelasi pearson antar variabel independen terlihat bahwa korelasi antar variabel cukup rendah, sehingga dapat disimpulkan model telah memenuhi asumsi terbebas dari multikolinieritas, sehingga dapat disimpulkan bahwa model memenuhi asumsi terbebas dari multikolinieritas. Tabel 5.7. Matriks Korelasi Antarvariabel Independen Correlation Matrix PDRB BM AK AMH PDRB 1.000000 0.577013 0.298183 0.479800 BM 0.577013 1.000000 0.495548 0.245071 AK 0.298183 0.495548 1.000000 -0.501738 AMH 0.479800 0.245071 -0.501738 1.000000 C. Heteroskedastisitas Pengujian asumsi terakhir adalah uji heteroskedastisitas yang dilakukan dengan White test. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai R 2 sebesar 0,997129, sehingga nilai statistik uji White adalah sebesar 5,973. 67 Nilai chi-square table dengan derajat bebas 6 pada taraf keberartian 5 adalah sebesar 1,635, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang artinya terdapat heteroskedastisitas dalam model yang dipilih. Untuk mengatasi adanya heteroskedastisitas dalam model maka metode estimasi yang dipilih diperbaiki dengan metode Generalized Least Squared GLS atau disebut juga metode cross section weight. Untuk menguji validitas model pengaruh belanja modal, angkatan kerja dan angka melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi, dilakukan serangkaian uji antara lain: A. Uji F Uji F dilakukan dalam penelitian ini, untuk melakukan uji hipotesis koefisien regresi secara bersamaan. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai F statistik sebesar 1302,7, dengan nilai probF statistik sebesar 0,0000. Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara siginifikan terhadap variabel dependen, karena nilai F-hitung F-tabel sehingga kita menolak hipotesis nul. Hal ini diperkuat pula dengan nilai prob F-statistik sebesar 0,000. B. Koefisien Determinasi Sesuai dengan teori statistik, dimana nilai koefisien determinasi R 2 mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas. Model dari persamaan pengaruh belanja modal, angkatan kerja dan angka melek huruf dalam penelitian ini 68 memiliki R 2 sebesar 0,996, yang berarti model mampu menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 99,6 persen Setelah dilakukan pengujian dan diperoleh model yang paling sesuai, maka dilakukan estimasi dari persamaan tersebut. Estimasi menunjukkan bahwa semua variabel belanja modal pemerintah, angkatan kerja dan angka melek huruf berhubungan secara positif dengan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel angka melek huruf tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena angka melek huruf berhubungan pertumbuhan ekonomi tetapi dalam jangka yang lebih panjang, yaitu selain melek huruf perlu adanya tingkat pendidikaan yang lebih tinggi sehingga nantinya akan mampu meningkatkan produktivitas dari penduduk tersebut . Hasil estimasi dari variabel-variabel bebas tersebut, angkatan kerja mempunyai nilai elastisitas yang terbesar yaitu sebesar 0,73 berikutnya angka melek huruf tidak signifikan dan belanja modal sebesar 0,11. Tabel 5.8. Hasil Estimasi Persamaan Pengaruh BM, AK dan AMH terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Banten Variabel bebas Variabel tidak bebas : PDRB ADHK 2000 perkapita Koefisien Nilai Statistik t Prob. 1 2 3 4 Belanja Modal 0.114747 7.175779 0.0000 Angkatan Kerja 0.730816 7.583097 0.0000 Angka Melek huruf 1.325431 1.698842 0.0973 R-squared 0.996272 Adjusted R-squared 0.995507 Keterangan: signifikan pada 1 = α , signifikan pada 5 = α , tidak signifikan 69 Model dari persamaan pengaruh belanja modal pemerintah, angkatan kerja dan angka melek huruf mempunyai nilai Adjusted R-squared koefisien determinan sebesar 0,9955 yang berarti model mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi sebesar 99,55 persen. Sedangkan pada masing-masing variabel bebas belanja modal pemerintah, angkatan kerja dan angka melek huruf yang signifikan dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Variabel belanja modal dengan tingkat elastisitas sebesar 0,11 artinya setiap kenaikan Belanja Modal sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,11 persen. 2. Variabel angkatan kerja dengan tingkat elastisitas 0,73 artinya setiap kenaikan angkatan kerja sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,73 persen. Dari kedua variabel yang signifikan tersebut, yang paling besar pengaruhnya yaitu angkatan kerja dengan tingkat elastisitas 0,73. Angka elastisitas ini tergolong cukup besar. Jika dilihat dari data yang digunakan maka penggunaan data angkatan kerja sangat tepat, sehingga memberikan nilai yang signifikan dan dengan tingkat elastisitas yang tinggi. Di Provinsi Banten angkatan kerja berdasarkan lapangan usaha yang terbesar adalah perdagangan, pertanian dan industri, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga lapangan usaha ini juga termasuk sektor unggulan maka dengan didukung angkatan kerja yang besar sangan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten Belanja modal pemerintah dengan tingkat elastisitas 0,11 mempunyai peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan ekonomi. Peningkatan kegiatan 70 ekonomi yang nantinya menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peranan pemerintah yang menyediakan berbagai fasilitas umum, dimana fasilitas fasilitas tersebut dapat diadakan oleh pemerintah melalui belanja modal yang ada di setiap kabupatenkota sejak otonomi daerah bergulir. Sehingga untuk lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi masing masing daerah dapat lebih mengawasi dan mengontrol penggunaan dana tersebut dalam pembangunan, agar lebih tepat pada perencanaannya. 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN