Struktur Perekonomian Provinsi Banten

58 - 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pandeglang Lebak Tangerang Serang Tangerang Cilegon provinsi Gambar 5.1. Grafik Pertumbuhan PDRB menurut kabupatenkota, 2001 – 2008

5.2 Struktur Perekonomian Provinsi Banten

Sumbangan sektoral dalam PDRB adhb digunakan sebagai salah satu ukuran dalam melihat struktur perekonomian suatu wilayah. Jika suatu sektor sumbangannya relatif besar maka sedikit gangguan dalam sektor ini akan mengakibatkan masalah pada perekonomian diwilayah tersebut. Namun demikian, sektor dengan kontribusi yang kecil tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab mungkin sekali sektor tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan dan akan menjadi andalan wilayah di waktu yang akan datang. Hal lain yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan pola perekonomian ini adalah kenyataan adanya tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dalam perjalanan suatu wilayah dari sektor primer ke sektor sekunder kemudian ke sektor tersier. Berdasarkan PDRB adhb dapat dilihat perubahan struktur ekonomi yang terjadi di provinsi banten. Perubahan struktur ekonomi relatif tidak banyak 59 berubah. Perubahan yang terjadi dari tahun 2001 ke tahun 2008 terlihat pada sektor industri dan sektor pertanian mengalami penurunan, sedangkan sektor perdagangan dan jasa serta pengangkutan mengalami peningkatan. Tabel 5.3 Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor di Provinsi Banten Tahun 2001-2008 Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian 9.64 9.36 9.08 9.01 8.86 8.54 7.77 7.93 Pertambangan Dan Penggalian 0.1 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.1 0.11 Industri Pengolahan 52.61 53.03 51.82 50.77 50.16 49.75 49.7 47.8 Listrik, Gas Dan Air Bersih 4.08 4.2 5.16 5.1 5.07 4.87 4.23 4.04 B A N G U N A N 2.58 2.45 2.45 2.47 2.58 2.73 2.89 3.03 Perdagangan, Hotel Dan Restoran 17.73 17.36 17.21 17.27 17.11 17.13 17.45 18.97 Pengangkutan Dan Komunikasi 7.29 7.47 7.73 7.79 8,00 8.58 9.38 9.24 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 1.78 1.46 1.68 2.63 3.16 3.29 3.34 3.54 Jasa-Jasa 4.21 4.56 4.76 4.85 4.97 5.02 5.12 5.32 PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber: PDRB BPS, 2008 Pada tahun 2008, secara umum di Provinsi Banten terdapat tiga sektor yang memberikan sumbangan terbesar yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan pengangkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya yaitu pertambangan dan penggalian gambar 5.2. 60 1. PERTANIAN, 8.38 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH, 4.06 5. B A N G U N A N, 3.25 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN, 20.1 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI, 9.29 8. KEUANGAN, PERSEWAAN JASA PERUSAHAAN, 3.83 9. JASA-JASA, 5.71 3. INDUSTRI PENGOLAHAN, 45.25 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 0.11 Gambar 5.2. Struktur Ekonomi Provinsi Banten menurut Lapangan Usaha, 2008 5.3 Tingkat Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Banten Adanya sejumlah kabupatenkota yang memiliki PDRB per kapita yang sangat tinggi, yang antara lain disebabkan oleh keberadaan industri di daerah tersebut menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi antar kabupatenkota di Provinsi Banten. Untuk melihat ketimpangan antar propinsi dapat digunakan indeks Williamson. Adapun hasil perhitungan Indeks Williamson di provinsi banten dapat dilihat pada gambar 5.3. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks ketimpangan antar kabupatenkota di Provinsi Banten dari tahun 2001 - 2008 cukup besar, yaitu berada pada kisaran 0,63-0,67. Berdasarkan hal tersebut, dapat diartikan bahwa antar kabupaten di Banten terjadi ketimpangan pendapatan yang cukup besar. Hal ini tidak terlepas dari perbedaan kemampuan tiap daerah yang berimplikasi terhadap nilai tambah bruto PDRB dalam perekonomian antar daerah. 61 0.6 0.61 0.62 0.63 0.64 0.65 0.66 0.67 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 indeks indeks Gambar 5.3. Grafik Indeks Ketimpangan di Provinsi Banten, 2001-2008 Dari tahun 2001-2008, indeks williamson menunjukkan peningkatan yang terus meningkat, hal ini menunjukkan semakin terjadi ketimpangan di Provinsi Banten, Pada tahun 2001 mulai diberlakukan Undang-undang Otonomi Daerah. Dengan adanya otonomi daerah setiap wilayah mempunyai kewenangan untuk mengatur daerahnya masing-masing. Daerah yang mempunyai potensi yang besar dan kelembagaan yang solid akan lebih cepat berkembang dibandingkan daerah lainnya. Masing-masing daerah bersaing untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Pada awal pelaksanaan otonomi daerah ketimpangan regional meningkat, hal ini disebabkan karena perbedaan kesiapan dari masing- masing daerah dalam menghadapi otonomi daerah. Pada tahun-tahun selanjutnya, setiap daerah mulai dapat mengembangkan daerahnya masing-masing dalam rangka mendorong prases pembangunan ekonomi di era otonomi daerah. Tingkat ketimpangan pada tahun-tahun berikutnya setelah awal pemberlakuan otonomi 62 daerah berangsur-angsur meningkat, sampai pada tahun 2008, nilai indeks williamsonnya adalah 0,67. Ketimpangan akibat proses pembangunan pada permulaannya cenderung meningkat, dan akan mencapai titik puncak, setelah itu, apabila proses pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur-angsur ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun. Hubungan antara tingkat pembangunan ekonomi Provinsi Banten dengan ketimpangan antar kabupatenkota dihasilkan korelasi yang positif dengan dengan tingkat hubungan positif sebesar 0,96. Tabel 5.4 Matrik Korelasi antara Indeks Ketimpangan dan Pertumbuhan Ekonomi Korelasi Indeks Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi Indeks_ketimpangan Pearson Correlation 1 0,960 Sig. 2-tailed 0,000 N 8 8 Pertumbuhan_ekonomi Pearson Correlation 0,960 1 Sig. 2-tailed 0,000 N 8 8 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Selain melihat angka ketimpangan dengan indeks williamson, ketimpangan yang terjadi dapat dilihat juga dengan analisis Klassen Typology. Melalui analisis Klassen Typology, dapat dilihat bagaimana pengklasifikasian setiap kabupatenkota di Banten. Dalam Studi ini, Analisis Klassen Typologi digunakan untuk membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu 63 pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Berdasarkan pengolahan data, kita dapat membagi kabupatenkota di Provinsi Banten menjadi 4 klasifikasi sesuai dengan Klassen Typologi. Data yang digunakan rata-rata dari pertumbuhan PDRB dan PDRB per Kapita tahun 2001-2008 Keterangan: Tabel 5.5 Klasifikasi Daerah Menurut Klassen Typology Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Kota Tangerang Kota Cilegon Kab tangerang Kab Pandeglang Kab Lebak Kab Serang Pengklasifikasian berdasarkan Klassen Typology ini bersifat dinamis karena sangat tergantung pada perkembangan kegiatan pembanguan pada propinsi yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa dalam periode waktu penelitian yang berbeda, pengklasifikasian akan dapat berubah sesuai dengan perkembangan laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan per kapita di masing-masing daerah pada saat itu. Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang masuk dalam daerah yang relatif tertinggal karena jangka waktu penelitian yang dilakukan adalah 2001 – 2008 terlihat rata rata pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitanya dibawah rata rata Provinsi Banten. 64

5.4 Pengaruh Belanja Modal Pemerintah BM, Angkatan Kerja AK