4.5 Gambaran Umum keadaan Tenaga Kerja
Pengangguran hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumit yang sulit ditangani pemerintah. Krisis ekonomi berkepanjangan yang dialami Indonesia
telah membuat sektor andalan yang banyak menyerap tenaga kerja seperti industri dan jasa kolaps. Kemudian dengan alasan untuk tetap survive di era krisis, banyak
pengusaha yang melakukan efisiensi dengan melakukan tindakan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya. Atau bahkan jika sudah tidak sanggup lagi
menanggung beban, banyak pabrik yang tutup akibat bangkrut atau dinyatakan pailit. Kejadian-kejadian di atas ditambah dengan minimnya penciptaan lapangan
kerja akibat rendahnya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan tidak tertampungnya angkatan kerja baru semakin menambah jumlah pengangguran di
Banten.
Tabel 4.8 Jumlah Partisipasi Penduduk Dirinci Berdasar Jenis Kegiatan Menurut KabupatenKota di Provinsi Banten Tahun 2007 - 2008
Orang
KabupatenKota Jenis Kegiatan
Bekerja Pengangguran Angkatan
Kerja 2007 2008 2007 2008 2007 2008
1 2 3
4 5 6 7 1 Kab. Pandeglang
412,219 416,319
45,901 52,119
458,120 468,438
2 Kab. Lebak 449,252
474,846 63,324
56,807 512,576
531,653 3 Kab. Tangerang
1,282,821 1,405,901 233,357
252,574 1,516,178 1,658,475 4 Kab. Serang
575,751 602,539
119,020 118,983
694,771 721,522
71 Kota Tangerang 543,704
642,049 139,587
146,906 683,291
788,955 72 Kota Cilegon
119,914 127,241
31,573 29,171
151,487 156,412
Provinsi Banten 3,383,661 3,668,895
632,762 656,560 4,016,423 4,325,455
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2008
Dengan meningkatnya jumlah pengangguran, seharusnya telah membuat pemerintah mencurahkan perhatian penuh terhadap masalah pengangguran dan
melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menanggulanginya, untuk mengatasi
pengangguran, yakni padat karya produktif, memperluas perkebunan melalui transmigrasi, usaha mandiri dan TKPMP tenaga kerja pemuda mandiri
profesional. Selain itu Depnakertrans bekerjasama dengan departemen terkait akan merumuskan kebijakan dan langkah penanggulangan melalui perluasan
lapangan kerja, peningkatan mutu sumber daya manusia, peningkatan kesejahteraan pekerja serta membina hubungan industrial yang harmonis guna
menciptakan iklim yang kondusif untuk mendorong investasi usaha. Proses penciptaan lapangan pekerjaan sangat berhubungan dengan
pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi angka pertumbuhan ekonomi maka semakin marak kegiatan perekonomian yang berarti semakin banyak pula tenaga
kerja yang diperlukan untuk mengerakkan roda perekonomian. Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin tercapai tanpa adanya dorongan
yang besar dari investasi dan ekspor.
Tabel 4.9 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Penduduk Berumur 10 tahun ke atas Menurut KabupatenKota Di Provinsi Banten
Tahun 2007 - 2008
KabupatenKota 2007 2008
1 2 3
1 Kab. Pandeglang 64.77
65.44 2 Kab. Lebak
66.87 67.62
3 Kab. Tangerang 62.13
65.89 4 Kab. Serang
58.87 60.14
71 Kota Tangerang 58.24
66.00 72 Kota Cilegon
59.39 59.99
Provinsi Banten
61.57 64.80
Sumber: BPS Provinsi Banten
Untuk Provinsi Banten, gambaran tentang proporsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja bekerja atau mencari pekerjaan dapat diketahui melalui angka
TPAK seperti yang tercantum dalam tabel 4.9 Dari tabel tersebut diperoleh bahwa TPAK Banten pada tahun 2008 adalah sebesar 64,80 persen. Artinya porsi
penduduk usia kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi di provinsi ini hanya 64,80 persen dari total penduduk usia kerja penduduk 10 tahun keatas.Jika
diamati menurut wilayah, pada tahun 2008 tampak bahwa penduduk Lebak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi mempunyai porsi paling tinggi dengan TPAK
sebesar 67,62 persen. Sedangkan Kota Cilegon TPAK-nya masih di bawah 60 persen, yaitu sebesar 59,99 persen.
Tabel 4.10 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten Kota Di Provinsi Banten Tahun 2007 - 2008
KabupatenKota 2007 2008
1 2 3
1 Kab. Pandeglang 10.02
11.13 2 Kab. Lebak
12.35 10.68
3 Kab. Tangerang 15.39
15.23 4 Kab. Serang
17.13 16.49
71 Kota Tangerang 20.43
18.62 72 Kota Cilegon
20.84 18.65
Provinsi Banten 15.75 15.18
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2008
Sedangkan tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2008 tercatat sebesar 15,18 persen, turun dari tahun 2007 sebesar 15,75 persen. Pada tahun 2008 wilayah
dengan tingkat pengangguran tertinggi adalah Kota Cilegon, hal ini sejalan
dengan angka TPAKnya yang merupakan terkecil di Banten. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.10
4.6
Gambaran Belanja Modal Pemerintah
Belanja Modal Adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinventaris yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan
atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Table 4.11 Belanja Modal Pemerintah Kabupatenkota se Provinsi Banten pada Tahun 2006 – 2008
Juta Rupiah KabupatenKota 2006
2007 2008
1 2 3 4
1. Kab. Pandeglang 286,719.15
252,996.32 421,688.92
2. Kab. Lebak 97,277.70
268,856.58 271,531.36
3. Kab. Tangerang 456,941.98
516,512.92 594,459.01
4. Kab. Serang 201,298.22
207,076.51 207,822.13
5. Kota Tangerang 222,318.53
349,598.10 240,180.58
6. Kota Cilegon 117,492.11
147,784.48 187,981.40
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2008
Dengan melihat tabel diatas bahwa setiap tahun terjadi peningkatan belanja modal pemerintah tingkat kabupatenkota di Provinsi Banten, yang meskipun
terlihat tidak signifikan perubahannya misalnya pada tahun 2006 di Kabupaten Lebak anggaran belanja sebesar 97,277 milyar kemudian pada tahun 2007
meningkat yang hampir tiga kalinya yaitu sebesar 268,856 milyar. Dan untuk tahun 2008 belanja modal pemerintah terbesar adalah dari Kabupaten Tangerang.
Dengan begitu perlu adanya perencanaan yang matang mengenai kegiatan-
kagiatan di pengguna anggaran, yang dikategorikan sebagai belanja modal sehingga, perencanaan belanja untuk membiayai kegiatan dimaksud harus benar-
benar merupakan aspirasi dari tingkat pengguna anggaran, dan hasil akhirnya merupakan proses dari pembahasan yang betul-betul rasional. Perlunya penyiapan
sumber daya manusia pengelola keuangan di pengguna anggaran secara baik sehingga mampu mengikuti kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang selalu
berubah.
55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pembangunan Ekonomi di Provinsi Banten
Pertumbuhan ekonomi merupakan realisasi hasil pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada suatu daerah dalam suatu periode. Gambaran kinerja
ekonomi dapat dilihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Fluktuasi laju pertumbuhan ekonomi secara riil periode 2001 - 2008 di
Provinsi Banten dapat dilihat melalui penyajian laju pertumbuhan PDRB atas
dasar harga konstan. Tabel 5.1. Laju Petumbuhan PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha di
Provinsi Banten Tahun 2001-2008
Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian
4.74 1.61 2.96 2.07 2.66 0.63 4.22 3.18
Pertambangan Dan Penggalian
14.73 2.29 5.50 4.75 4.82 3.75 12.65 14.23
Industri Pengolahan
4.13 2.70 3.41 4.39 4.42 5.43 3.10 2.31
Listrik, Gas Dan Air Bersih
8.20 6.96 5.63 5.99 6.22 2.19 4.73 7.76
B A N G U N A N
0.26 5.45 5.51 9.71 9.52 5.18 13.10 6.92
Perdagangan, Hotel Dan Restoran
1.82 6.06 5.81 6.25 8.84 7.28 11.52 10.95
Pengangkutan Dan Komunikasi
8.73 7.15 6.64 9.65 8.16 10.31 6.71 7.27
Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan
8.82 14.61 50.82 21.39 11.98 8.23 13.24 16.45
Jasa-Jasa
3.96 6.56 4.84 6.10 6.46 9.44 9.62 12.33
PDRB
3.95 4.11 5.07 5.63 5.88 5.57 6.04 5.82
Sumber: PDRB BPS, 2008
Berkaitan dengan suatu sektor memiliki laju pertumbuhan relatif tinggi pada kurun waktu yang relatif panjang, maka diharapkan sektor ini mampu
mengangkat perekonomian di Provinsi Banten. Sebaliknya, bila suatu sektor