Latar Belakang Studi Peran Interaksi Bakteri Patogen Dan Lingkungan Terhadap Penyakit Ice-Ice Pada Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii.

merangsang banyak bakteri tumbuh di sekitarnya Largo 2002. Dua jenis bakteri telah dilaporkan bersifat patogen bagi Kappaphycus sp., yakni Vibrio-Aeromonas complex dan Cytophaga-Flavobacterium Largo et al. 1995a. Pertumbuhan bakteri pada talus menyebabkan pertumbuhan rumput laut melambat, perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa talus menjadi putih dan membusuk, dan akhirnya hancur dan rontok. Serangan penyakit ice-ice pada rumput laut yang semakin meluas di lokasi budidaya, mendorong untuk dilakukan upaya penanggulangan atau dihasilkannya varietas rumput laut tahan penyakit ice-ice. Selain itu, jenis bakteri penyebab utama dan populasi bakteri pada rumput laut yang terserang penyakit ice-ice dapat bervariasi antarperairan. Secara faktual, kajian tentang penyakit ice-ice dan pengendaliannya termasuk uji daya tahan rumput laut terhadap penyakit ice-ice adalah masih sangat minim. Sebagai langkah awal produksi rumput laut yang tahan penyakit ice-ice telah dilakukan pengembangan metode introduksi gen penyandi enzim lisozim Handayani et al. 2014, dan enzim superoksida dismutase Triana et al. 2016. Daya tahan rumput laut transgenik tersebut perlu diuji tantang menggunakan patogen penyebab ice-ice. Oleh karena itu, pada penelitian disertasi ini dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri dari rumput laut yang terserang ice-ice Riset Tahap 1. Hasil isolasi dan identifikasi ini diharapkan dapat menentukan jenis bakteri yang menjadi penyebab utama terhadap penyakit ice-ice. Pada riset tahap 2 dilakukan uji patogenisitas bakteri yang diperoleh dari riset tahap 1. Selanjutnya, pada riset tahap 3 dikaji interaksi suhu dan bakteri patogen terhadap tingkat keparahan penyakit ice-ice pada K. alvarezii.

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

Penyakit ice-ice yang menyerang rumput laut jenis Kappaphycus sp. diduga disebabkan oleh kondisi suhu dan salinitas yang tidak stabil atau perubahan kondisi lingkungan lainnya secara mendadak di lokasi budidaya. Pada saat stres lingkungan terjadi, Kappaphycus sp. mengeluarkan substansi organik enzim hidrolitik yang menyebabkan talus berlendir dan diduga merangsang berbagai jenis bakteri tumbuh di sekitar talus Largo 2002. Dua jenis bakteri telah dilaporkan bersifat patogen bagi Kappaphycus sp., yakni Vibrio-Aeromonas complex dan Cytophaga-Flavobacterium Largo et al. 1995a. Selanjutnya bakteri yang berbeda diisolasi dari rumput laut K.alvarezii. Bakteri jenis Vibrio, Flavobacterium, Pseudomonas, Plesiomonas diisolasi dari rumput laut K.alvarezii yang terserang penyakit ice-ice di Pulau Seribu, Indonesia Aris 2011. Bakteri jenis lain seperti Acinetobacter, Flavobacterium, Bacillus, Pseudomonas, Enterobactericea dan Vibrio juga diisolasi dari rumput laut K.alvarezii yang terserang penyakit ice-ice di daerah Jeneponto, Bantaeng, dan Barru Sulawesi Selatan,Indonesia Zainuddin et al. 2014. Spesies bakteri patogen berbeda dari perairan yang berbeda sangat dimungkinkan terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di perairan yang banyak dilakukan budidaya K. alvarezii. Identifikasi bakteri dapat dilakukan secara biokimia, menggunakan kit API, dan secara molekuler. Ketiga metode tersebut digunakan pada riset ini untuk meningkatkan akurasi penentuan spesies. Pada penelitian terdahulu, uji patogenisitas kandidat bakteri penyebab ice- ice dilakukan menggunakan talus yang disinfeksi dengan antibiotik. Adanya bakteri dalam jaringan yang berasosiasi dengan penyakit ice-ice sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, pada penelitian uji patogenisitas dalam disertasi ini digunakan mikropropagul hasil kultur jaringan. Bakteri yang cepat dan menyebabkan bleaching yang parah pada talus dipilih untuk riset selanjutnya. Hingga saat ini diyakini bahwa faktor lingkungan utama yang menginduksi penyakit ice-ice adalah suhu, danatau salinitas. Studi komprehensif yang mempelajari interaksi faktor lingkungan dan bakteri patogen penyebab ice- ice belum dilaporkan. Oleh karena itu, tema riset tersebut menjadi riset tahap akhir pada disertasi ini. Dengan pertimbangan keterbatasan jumlah dan ukuran mikropropagul yang kecil, maka pada riset tahap akhir digunakan talus K. alvarezii yang didesinfeksi dengan antibiotik. Alur dan kaitan antartahap penelitian disertasi ini ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram alir kaitan antar tahap penelitian disertasi ini

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi peran bakteri dan faktor suhu dan salinitas terhadap timbulnya penyakit ice-ice pada K. alvarezii. Secara rinci tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri dari rumput laut yang terserang penyakit ice-ice 2. Mengkaji patogenisitas isolat bakteri untuk menentukan kandidat bakteri penyebab utama penyakit ice-ice 3. Mengevaluasi interaksi faktor lingkungan suhu dan salinitas dan patogen terhadap munculnya serangan penyakit ice-ice pada rumput laut K. alvarezii.