dianalisis Budiman 1987 diacu dalam Boerhendhy Agustina 2006.
Dilihat dari sifat fisik dan mekanis, kayu karet tergolong kayu kelas kuat II-III, yang
setara dengan kayu ramin, perupuk, akasia, mahoni, pinus, meranti, durian, ketapang, keruing, sungkai, gerunggang, dan nyatoh. Zat ekstraktif kayu karet
mengandung senyawa amirin dari golongan triterpena dalam bentuk getah lateks Fengel Wegener 1985.
Kandungan selulosa kayu karet yang tinggi memungkinkan penggunaan kayu karet sebagai alternatif bahan baku industri kertas. Komposisi kimia
kayu karet dapat dilihat pada Tabel 2. Kelemahan dari kayu ini adalah mudah pecah bila dipaku, mudah bengkok dan pecah bila dikeringkan, serta peka
terhadap serangan organisme perusak kayu terutama jamur pewarna bluestain. Namun, sifat yang menarik dari kayu karet adalah mudah
digergaji dengan hasil gergajian yang cukup halus, serta mudah dibubut dengan permukaan yang rata dan halus. Pandit dan Kurniawan 2008
menyatakan bahwa kayu karet umumnya digunakan sebagai bahan baku perabot rumah tangga, panel dinding, bingkai gambarlukisan, lantai parket,
peti kemas, finir, kayu lamina, dan inti papan blok. Tabel 2 Komposisi kimia kayu karet
Jenis Analisa Kadar
Selulosa total 60,0-68,0
Alpha selulosa 39,0-45,0
Pentosan 19,0-22,0
Lignin 19,0-24,0
Abu 0,65-1,30
Sumber: Boerhendhy dan Agustina 2006
2.3 Perekat Urea Formaldehida
Perekat adhesive adalah suatu substansi yang memiliki kemampuan untuk mempersatukan bahan sejenis atau tidak sejenis melalui ikatan
permukaannya. Perekat yang siap dipakai bukan merupakan komponen yang tunggal, tetapi merupakan kombinasi dari dua atau lebih komponen-
komponen blinders, solvent, catalysts, hardeners, fillers, extenders, fortifiers, dan preservatives Ruhendi Hadi 1997 diacu dalam Widiyanti 2002.
Urea formaldehida merupakan hasil kondensasi dari urea dan formaldehida dengan perbandingan molar 1 : 1,5-2. Pada tahap awalnya
terbentuk mono-, di-, tri-, dan tetramethylolurea reaksinya secara singkat seperti pada Gambar 2.
NH
2
H N CH
2
OH C =
O + HCHO
C = O NH
2
H N CH
2
OH Gambar 2 Reaksi kimia pencampuran urea dan formaldehida.
Urea formaldehida ini larut dalam air dan dalam pengerasannya akan terbentuk pola ikatan jaringan cross-link. Urea formaldehida akan cepat
mengeras dengan naiknya temperatur dan atau menurunnya pH. Apabila pH turun secara drastis maka pot-lifenya sangat pendek dan kekuatan rekat
menurun dengan pengaruh waktu. Hal ini dapat ditanggulangi dengan penggunaan garam amonium dari asam kuat, dan yang sering digunakan
adalah amonium chlorida NH
4
Cl. Dengan adanya dua faktor yang sangat berperan dalam proses pengerasan urea formaldehida ini, maka perekat ini
dapat dikempa panas maupun dikempa dingin, yaitu dengan cara mengatur keasaman perekatnya Ruhendi Hadi 1997 diacu dalam Widiyanti 2002.
Menurut Maloney 1993, rantai ikatan jaringan interpolimer yaitu reaksi antara grup akhir methylol dengan polimer didekatnya pada urea
formaldehida seperti pada Gambar 3.
-NH-CO-N-CH
2
-NH-CO-NH- CH
2
CH
2
OH -NH-CO-N-CH
2
-N-CO-NH- Gambar 3 Rantai ikatan jaringan interpolimer pada urea formaldehida.
Kelebihan urea formaldehida yaitu warnanya putih sehingga tidak memberikan warna gelap pada waktu penggunaannya, dapat dicampur
perekat melamin formaldehida agar kualitas perekatnya lebih baik, harganya relatif murah dibandingkan perekat sintetis lainnya serta tahan terhadap
pengaruh air dan kelembaban Ruhendi 1986. Menurut Maloney 1993, perekat urea formaldehida mempunyai karakteristik viscositas 25
o
C Cps sebesar 30, resin solid content 40-60, pH sekitar 7-8, berat jenis 25
o
C adalah 1,27-1,29.
Kekurangan urea formaldehida yaitu kurang tahan terhadap pengaruh asam dan basa serta penggunaanya terbatas untuk interior saja. Disamping itu,
menurut Tsoumis 1991 urea formaldehida relatif tidak tahan terhadap pembasahan untuk waktu lama dan uap emisi formaldehida yang
membahayakan kesehatan. Menurut Air Resources Board 2008, Badan Internasional Penelitian Kanker telah menyimpulkan bahwa formaldehida
mempunyai racun yang dapat menyebabkan efek bagi kesehatan baik kanker ataupun non-kanker.
2.4 Rayap