2,5 mm dan kadar perekat UF 10 juga memiliki klasifikasi ketahanan sedang terhadap rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dengan
kelas awet III. Peningkatan ketahanan dan kelas awet kayu karet karena pengaruh dari perekat urea formaldehida yang digunakan pada pembentukan
MDF.
4.1.1.1 Kehilangan Berat pada Kayu Karet Solid
Pada penelitian ini dilakukan pengujian ketahanan terhadap kayu karet solid yang digunakan sebagai kontrol. Pengujian dilakukan dengan dua
metode yaitu SNI 01.7207-2006 dan JIS K 1571-2004. Nilai persen kehilangan berat kontrol kayu karet dapat dilihat seperti pada Tabel 8. Nilai
persen kehilangan berat kayu karet tebal 2,5 mm lebih besar dibanding kayu karet tebal 5 mm.
Tabel 8 Persentase kehilangan berat kayu karet solid Metode
Tebal mm Kehilangan Berat
SNI 01.7207-2006 2,5
30,91 5
26,44 JIS K 1571-2004
2,5 22,00
5 20,33
Metode SNI 01.7207-2006 menghasilkan nilai persen kehilangan berat yang lebih besar dibanding JIS K 1571-2004. Pada metode SNI 01.7207-
2006 nilai persen kehilangan berat kayu karet paling kecil yaitu 22 dan paling besar 30,91. Sedangkan pada metode JIS K 1571-2004 nilai persen
kehilangan berat kayu karet paling kecil yaitu 20,33 dan paling besar 26,44. Baik metode SNI 01.7207-2006 maupun JIS K 1571-2004
menunjukan nilai persen kehilangan berat berada pada kisaran 18,94- 31,89 sehingga termasuk dalam klasifikasi ketahanan sangat buruk terhadap
rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dengan kelas awet V. Menurut Fengel dan Wegener 1985, zat ekstraktif kayu karet mengandung
senyawa amirin dari golongan triterpena dalam bentuk getah lateks. Hal ini yang menyebabkan kayu karet lebih disukai rayap tanah
Coptotermes curvignathus Holmgren. Sesuai dengan hasil penelitian Arinana et al. 2011
bahwa nilai kehilangan berat kayu karet metode SNI berbeda dengan JIS. Nilai kehilangan berat metode SNI lebih besar dibandingkan nilai kehilangan
berat metode JIS. Hal tersebut dikarenakan jumlah rayap pekerja yang digunakan dan lama waktu penyimpanan berbeda antara kedua metode
tersebut. Hasil pengujian berdasarkan persen kehilangan berat pada MDF kayu
karet berbeda dengan hasil pengujian pada kontrol kayu karet. Pada kontrol kayu karet metode SNI 01.7207-2006 dan JIS K 1571-2004 berbeda,
sedangkan pada MDF kayu karet baik metode SNI 01.7207-2006 maupun JIS K 1571-2004 menghasilkan nilai yang tidak berbeda nyata. Hal ini
diduga karena contoh uji yang digunakan. Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren tidak menyukai MDF kayu karet yang
menggunakan bahan baku pulp serta adanya pengaruh dari perekat urea formaldehida.
Berdasarkan penelitian Arinana et al. 2010 yang melakukan pengujian untuk mengetahui tingkat kesukaan makan rayap, memberikan
informasi bahwa pulp tidak disukai rayap karena menghasilkan nilai kehilangan berat paling kecil dibanding serbuk dan serpihan kayu pinus. Hal
ini disebabkan proses pembuatan pulp dengan menggunakan bahan kimia dan bahan baku pulp yang digunakan bukan dari kayu pinus yang
mengakibatkan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren cenderung lebih memilih serbuk dan serpihan kayu pinus.
4.1.2 Mortalitas Rayap