2.2 Kayu Karet
Kayu karet dalam bahasa latin disebut Hevea brasiliensis Muell. Arg., termasuk Genus Hevea-Famili Euphorbiaceae dan sering juga disebut para
atau balam perak serta memiliki berbagai nama internasional seperti hevea, rubbertree Inggris; hevea Perancis; hevea, rubberboom Belanda; hevea,
seringueira Spanyol. Di Indonesia jenis ini banyak ditanam di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan sebagai tanaman perkebunan besar dan
perkebunan rakyat untuk tujuan produksi getah Boerhendhy Agustina 2006. Tetapi bila pohon karet telah mencapai umur 25-30 tahun, pohon ini
tidak ekonomis lagi untuk disadap sehingga perlu diremajakan. Sifat-sifat kayu karet sebagai berikut Pandit Kurniawan 2008.
a. Kayu teras yang masih segar berwarna keputihan dan lama kelamaan berubah menjadi coklat muda, sedangkan kayu gubal berwarna putih,
batas kayu gubal dan kayu teras tidak terlihat jelas. b. Serat lurus, tekstur agak kasar dan rata.
c. Lingkaran tumbuh jelas, kayu awal lebih terang warnanya dari kayu
akhir. d. Pori-pori kayu terlihat jelas dengan mata biasa dalam bentuk soliter atau
berkelompok dalam deret radial 2-4 dan tersebar merata seperti pada Gambar 1.
e. Jari-jari halus atau lebar.
Penampang transversal kayu karet 27x Sumber: Pandit Kurniawan 2008
Gambar 1 Struktur anatomi kayu karet. Berat jenis kayu ini tergolong menengah yaitu 0,61 0,55-0,70 dengan
kelas awet V Mandang Pandit 1997. Variasi berat jenis kayu disebabkan beberapa hal, antara lain perbedaan genetik, tempat tumbuh, dan contoh yang
dianalisis Budiman 1987 diacu dalam Boerhendhy Agustina 2006.
Dilihat dari sifat fisik dan mekanis, kayu karet tergolong kayu kelas kuat II-III, yang
setara dengan kayu ramin, perupuk, akasia, mahoni, pinus, meranti, durian, ketapang, keruing, sungkai, gerunggang, dan nyatoh. Zat ekstraktif kayu karet
mengandung senyawa amirin dari golongan triterpena dalam bentuk getah lateks Fengel Wegener 1985.
Kandungan selulosa kayu karet yang tinggi memungkinkan penggunaan kayu karet sebagai alternatif bahan baku industri kertas. Komposisi kimia
kayu karet dapat dilihat pada Tabel 2. Kelemahan dari kayu ini adalah mudah pecah bila dipaku, mudah bengkok dan pecah bila dikeringkan, serta peka
terhadap serangan organisme perusak kayu terutama jamur pewarna bluestain. Namun, sifat yang menarik dari kayu karet adalah mudah
digergaji dengan hasil gergajian yang cukup halus, serta mudah dibubut dengan permukaan yang rata dan halus. Pandit dan Kurniawan 2008
menyatakan bahwa kayu karet umumnya digunakan sebagai bahan baku perabot rumah tangga, panel dinding, bingkai gambarlukisan, lantai parket,
peti kemas, finir, kayu lamina, dan inti papan blok. Tabel 2 Komposisi kimia kayu karet
Jenis Analisa Kadar
Selulosa total 60,0-68,0
Alpha selulosa 39,0-45,0
Pentosan 19,0-22,0
Lignin 19,0-24,0
Abu 0,65-1,30
Sumber: Boerhendhy dan Agustina 2006
2.3 Perekat Urea Formaldehida