dokter akan memulai tindakan medis terhadap pasien, dengan adanya kesanggupan dari dokter untuk mengupayakan kesehatan atau
kesembuhan pasien, sebaliknya pasien menyetujui tindakan terapeutik yang dilakukan oleh dokter tersebut. Kemudian dokter
berkewajiban melakukan pelayanan kesehatan dengan penuh kesungguhan, dengan mengerahkan seluruh kemampuan sesuai
standard profesinya yang diatur oleh undang-undang. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa perjanjian terapeutik terikat pada
perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata, namun pelaksanaannya diatur oleh undang-undang Y.A Triana Ohoiwutun. 2007:12.
Sebagai suatu perjanjian yang bentuknya khusus, maka secara umum juga terikat oleh ketentuan-ketentuan umum yang harus
dipenuhi untuk sebuah perjanjian, seperti yang terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Menurut ketentuan pasal tersebut, agar berlaku
secara sah perjanjian tersebut maka harus dipenuhi empat syarat perjanjian yaitu:
1 Adanya kata sepakat para pihak;
2 Para pihak cakap bertindak;
3 Isi perjanjian mengenai hal tertentu;
4 Sebab yang halal.
c. Hubungan Perjanjian Terapeutik dengan Informed Consent
Perjanjian terapeutik dapat terjadi antara lain karena pasien sendiri yang mendatangi dokter untuk meminta pertolongan
mengobati sakit yang dideritanya. Melalui pendaftaran pasien ke rumah sakit, dengan penandatanganan formulir pendaftaran maka
dari hal tersebut perjanjian telah terjadi. Setelah melalui tahap-tahap pemeriksaan dan pemberian informasi dari dokter, kemudian
dibutuhkan suatu tindakan medis, maka dalam keadaan seperti ini terjadi persetujuan kehendak antara kedua belah pihak dan terjadi
hubungan hukum yang bersumber dari kepercayaan pasien terhadap dokter sehingga pasien bersedia memberikan persetujuan tindakan
medik informed consent berdasarkan informasi dari seorang dokter tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa informed consent merupakan
akibat dari adanya perjanjian terapeutik http:hukumkesehatan.
com .
Informed consent timbul berdasarkan hubungan antara dokter dengan pasien yang terjalin dalam perjanjian terapeutik. Masing-
masing pihak, baik yang memberikan pelayanan maupun yang menerima pelayanan mempunyai hak dan kewajiban yang harus
dihormati. Artinya bahwa di satu pihak dokter mempunyai kewajiban untuk melakukan diagnosis, pengobatan dan tindakan
kedokteran yang terbaik menurut jalan pikiran dan pertimbangannya, tetapi pasien atau keluarganya mempunyai hak untuk menentukan
pengobatan atau tindakan kedokteran apa yang akan dilakukan terhadap dirinya M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 1999:67.
d. Hubungan Hukum Pasien dengan Rumah Sakit
Upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit dimulai dari hubungan dasar antara dokter dengan pasien dalam bentuk perjanjian
terapeutik. Meskipun demikian, pasien memiliki kemungkinan untuk mengadakan perjanjian terapeutik dengan rumah sakit dalam bentuk
perawatan sekaligus pelayanan medis. Hubungan hukum yang ditimbulkan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit antara pasien
dengan rumah sakit tersebut dibedakan menjadi dua macam perjanjian yaitu Y.A Triana Ohoiwutun, 2007:81 :
1 Perjanjian perawatan, merupakan adanya kesepakatan yang
dilakukan antara pihak rumah sakit dengan pasien bahwa pihak rumah sakit menyediakan fasilitas kamar perawatan dan tenaga
perawat yang melakukan tindakan perawatan.
2 Perjanjian pelayanan medis, dalam hal ini adalah adanya
kesepakatan antara pihak rumah sakit dengan pasien bahwa tenaga medis di rumah sakit akan berupaya secara maksimal
untuk menyembuhkan pasien melalui tindakan medis. Pada rumah sakit yang mempunyai dokter in, maka selain
menawarkan jasa perawatan kesehatan, rumah sakit juga memberikan jasa pelayanan kesehatan. Tetapi untuk rumah sakit
yang tidak mempunyai dokter in hanya mempunyai dokter out, maka selain terdapat perjanjian antara pasien dengan rumah sakit,
juga terdapat sebuah perjanjian antara pasien dengan dokter.
e. Hubungan Hukum Dokter dengan Rumah Sakit