orang dalam membuat perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.
8 Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi
prestasi yang diadakan di antara mereka di belakang hari. Tanpa adanya kepercayaan, maka perjanjian itu tidak mungkin akan
diadakan oleh para pihak.
d. Unsur-Unsur Dalam Perjanjian
Di dalam perkembangan doktrin ilmu hukum dikenal adanya tiga unsur dalam perjanjian yaitu :
1 Unsur Essensialia
Unsur essensialia dalam suatu perjanjian mewakili ketentuan-ketentuan berupa prestasi-prestasi yang wajib
dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang membedakannnya secara
prinsip dari jenis perjanjian lainnya. Unsur essensialia merupakan unsur mutlak dalam suatu perjanjian, karena tanpa
adanya unsur essensialia maka tidak mungkin timbul suatu perjanjian.
2 Unsur Naturalia
Unsur naturalia adalah unsur yang diatur dalam undang- undang tetapi dapat diganti oleh para pihak. Dalam suatu
perjanjian tertentu, unsur ini pasti ada setelah unsur esensialianya diketahui secara pasti.
3 Unsur Accidentalia
Unsur accidentalia adalah unsur pelengkap dalam suatu perjanjian, yang merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat
diatur secara menyimpang oleh para pihak, sesuai dengan kehendak para pihak, yang merupakan persyaratan khusus yang
ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak. Unsur accidentalia dapat ditambahkan oleh para pihak karena undang-
undang tidak mengaturnya.
e. Keadaan Memaksa dan Akibatnya
1 Keadaan Memaksa Overmacht
Overmacht adalah suatu keadaan memaksa, yang menjadi landasan hukum untuk memaafkan kesalahan debitur. Setiap
kelalaian dapat mengakibatkan pelaku wajib mengganti kerugian serta memikul segala risiko akibat kelalaian. Akan
tetapi jika
pelaksanaan pemenuhan
perjanjian yang
menimbulkan kerugian terjadi karena overmacht, debitur dibebaskan menanggung kerugian yang terjadi M. Yahya
Harahap, 1986:82. Penulis menjelaskan bahwa untuk dikatakan suatu keadaan
memaksa yaitu apabila keadaan tersebut menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya, dalam keadaan ini debitur tidak
dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung risiko. Selain itu keadaan memaksa ini harus berupa suatu keadaan yang tidak
dapat diketahui pada waktu perjanjian itu dibuat, setidak- tidaknya risiko tidak ditanggung oleh debitur.
Menurut undang-undang ada 3 unsur yang harus dipenuhi untuk keadaan memaksa yaitu :
a Tidak memenuhi prestasi;
b Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur;
c Faktor penyebab itu tidak diduga sebelumnya dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur. 2
Akibat Keadaan Memaksa Keadaan memaksa mengakibatkan perikatan tersebut
berhenti bekerja. Dalam hal ini maka dapat menimbulkan berbagai akibat, yaitu Mariam Darus Badrulzaman, dkk,
2001:26 : a
Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi; b
Debitur tidak lagi dapat dinyatakan lalai dan karenanya tidak wajib membayar ganti rugi;
c Kreditur tidak dapat meminta pemutusan perjanjian;
d Kreditur tidak dapat menuntut pembatalan pada perjanjian
timbal balik.
f. Prestasi, Wanprestasi dan Akibatnya