f Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran
dan kesehatan; g
Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
B. Kerangka Pemikiran
Kesehatan sebagai salah satu bentuk kesejahteraan umum menempati posisi yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat seperti yang dijelaskan pada Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Kesehatan, maka dapat
dilakukan melalui pendekatan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, dan upaya
pelayanan kesehatan tersebut dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan yang ada di dalam rumah sakit tersebut, dan salah satu di antaranya adalah dokter.
Dilihat dari sudut pandang hukum, hubungan antara pasien dengan dokter termasuk dalam ruang lingkup perjanjian terapeutik. Hal ini karena
adanya kesanggupan dari dokter untuk mengupayakan kesehatan atau kesembuhan pasien dan sebaliknya pasien menyetujui tindakan terapeutik
yang dilakukan oleh dokter tersebut. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 Tahun 1989 tentang
Informed Consent, di dalam berbagai upaya penyembuhan kesehatan tersebut maka harus ada persetujuan dari pasien atas dasar informasi dari dokter di
rumah sakit tersebut, atau disebut informed consent. Jadi seorang pasien yang diminta untuk memberikan persetujuan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadapnya, terlebih dahulu harus mendapat penjelasan atau informasi mengenai tindakan medis tersebut.
Dalam hal ini, penulis mencoba untuk mengetahui prosedur dalam pelaksanaan perjanjian tindakan kedokteran antara pihak rumah sakit dengan
pasien melahirkan. Selain itu penulis bermaksud untuk mengetahui tanggung
jawab pihak rumah sakit jika terjadi wanprestasi oleh dokter dan juga kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian tindakan kedokteran atau
informed consent tersebut. Secara garis besar kerangka pemikiran dalam penulisan hukum ini
dapat dilihat dalam skema berikut ini :
Gambar : Kerangka Pemikiran Pasien
Dokter Perjanjian
Terapeutik
Informed Consent Permenkes No 585 Tahun 1989
Prosedur dalam pelaksanaan perjanjian
tindakan kedokteran Rumah Sakit
Pelayanan Kesehatan Pasal 1 UU No 1 Tahun 1992
Tanggung jawab pihak rumah sakit jika terjadi
wanprestasi Kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan perjanjian
Normal Operasi
Vacuum Induksi
2006 56,22
32,52 3,62
7,63
2007 58,90
30,80 3,70
6,60
2008 61,43
26,96 4,48
7,13
Prosentase jumlah persalinan Tahun
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Dalam Pelaksanaan Perjanjian Tindakan Kedokteran
Informed Consent Antara Pihak Rumah Sakit Dengan Pasien Melahirkan Di Bagian Kamar Bersalin RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi merupakan rumah sakit pemerintah yang terletak di Jalan Kolonel Sutarto No. 132 Jebres Surakarta.
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit terbesar di wilayah Jawa Tengah yang telah terakreditasi sebagai rumah sakit swadana sejak tahun 1999. Selain
hal tersebut, RSUD Dr. Moewardi juga merupakan rumah sakit pendidikan yang dalam pelaksanaan perawatan dan pelayanan kesehatan harus sesuai
dengan prosedur dan tahapan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian penulis melalui wawancara dengan Bapak
Priyo selaku Kepala Bagian Rekam Medis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dapat diketahui bahwa perjanjian antara pihak rumah sakit dengan pasien
melahirkan tersebut terjadi apabila pasien akan melahirkan secara induksi pacuan, vacuum dan operasi caesar, sedangkan pasien yang melahirkan
secara normal, tidak menggunakan perjanjian tindakan kedokteran tersebut. Adapun jumlah persalinan di RSUD Dr. Moewardi selama tiga tahun terakhir
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel : Prosentase Persalinan