keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sementara itu, Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati 1991: 9 berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha sadar orang
dewasa dan disengaja serta bertanggung jawab untuk mendewasakan anak yang belum dewasa dan berlangsung terus menerus. Kedua pendapat tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Zahara Idris dan Lisma Jamal 1992: 108 bahwa konsep
pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas yaitu pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus kontinu dari bayi sampai meninggal dunia.
Sejalan dengan pendapat di atas, Redja Mudyahardjo 2001: 45 mengungkapkan bahwa pendidikan adalah segala situasi dalam hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan adalah pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai keseluruhan
pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan
adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tingkah laku menjadi lebih baik dalam
upaya mendewasakan diri baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Sementara itu, nilai pendidikan dalam karya sastra adalah semua hal yang dapat
dicontoh dan diambil manfaatnya dari karya sastra untuk kebaikan pembaca untuk diterapkan dalam kehidupannya. Pembaca diharapkan mampu mengambil manfaat
dengan menyimpulkan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Hegarimie 2005 dalam bentuk skripsi berjudul Novel Sejarah Lusi Lindri dan Roro Mendut Kajian Intertekstualitas
dan Nilai Edukatif, berkesimpulan bahwa kedua novel tersebut memiliki persamaan yang terletak pada aspek: 1 penokohan, dari segi fisik, psikologis,
dan sosiologis; 2 tema; 3 alur; 4 amanat; dan 5 nilai pendidikan agama, sedangkan perbedaan kedua novel terletak pada: 1 sikap hidup tokoh; 2
latar; 3 nilai pendidikan: sosial, estetis, dan moral.
2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Ety Yuni Widiastuti 2005 dalam bentuk
skipsi berjudul Novel Atheis Karya Achdiat Kartamihardja dan Novel Burung- burung Manyar Karya Y. B. Mangunwijaya Kajian Intertekstualitas,
berkesimpulan bahwa kedua novel tersebut memiliki persamaan yang terletak pada aspek: 1 sudut pandang; 2 latar waktu; 3 alur akhir
ceritapenyelesaian, sedangkan perbedaannya terletak pada aspek: 1 penokohan; 2 tema; 3 alur; 4 latar tempat; 5 gaya; dan 6 suasana
cerita.
C. Kerangka Berpikir
Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca. Hal-hal yang diungkap oleh pengarang lahir dari pandangan hidup
dan daya imajinasi yang tentu mengandung keterkaitan yang kuat dengan kehidupan. Penciptaan karya sastra, selain ada kalanya ditampilkan secara rinci
seperti kenyataan sesungguhnya, tetapi juga dimungkinkan terpengaruh oleh karya sastra yang mendahuluinya. Karya sastra yang mendahului digunakan sebagai
contoh atau teladan bagi karya sastra yang kemudian. Dua karya sastra atau lebih yang mengangkat tema yang sama, terdapat persamaan dan perbedaan di
dalamnya. Persamaan dan perbedaan tersebut menandakan bahwa setiap pengarang mempunyai pesan tersendiri yang disampaikan melalui karyanya.
Persamaan dan perbedaan dalam beberapa karya sastra dapat dianalisis dengan menggunakan prinsip intertekstualitas Adapun teknik membandingkannya adalah
dengan menjajarkan unsur-unsur struktur secara menyeluruh yang terdapat dalam karya-karya sastra yang diperbandingkan.
Roman keluarga Canting karya Arswendo Atmowiloto dan novel Para Priyayi Karya Umar Kayam, kedua novel ini diangkat dari sumber yang kurang
lebih sama, yaitu kehidupan masyarakat Jawa, khususnya sebuah keluarga priayi Jawa. Dapat dikatakan masalah kehidupan keluarga priayi Jawa ini lebih dahulu
diangkat dalam sastra Indonesia modern oleh Arswendo Atmowiloto dalam romannya yang berjudul Canting 1986. Masalah kehidupan keluarga priayi Jawa
kemudian diangkat secara lebih mendalam oleh Umar Kayam dalam Para Priyayi
1992. Oleh karena itu, dapat diperkirakan dengan kuat bahwa Canting-lah yang menjadi hiprogram novel Para Priyayi.
Sebuah karya sastra yang bermutu, di dalamnya pasti akan terkandung nilai-nilai pendidikan yang berguna bagi kehidupan manusia. baik sebagai
makhluk individu maupun makhluk sosial. Begitu pula dengan roman keluarga Canting dan novel Para Priyayi, kedua novel ini memberikan manfaat bagi
pembaca dalam menjalani kehidupan. Manfaat yang terkandung dalam karya sastra menunjukkan bahwa karya sastra yang bermutu akan mengandung nilai
didik yang berguna bagi pembaca. Peneliti sebagai instrumen penelitian melakukan penelitian mendalam
pada teks-teks novel Canting karya Arswendo Atmowiloto dan Para Priyayi karya Umar Kayam secara cermat dan menyeluruh. Pengumpulan data dilakukan
dengan membaca teks-teks yang menjadi bahan kajian. Dengan pendekatan intertekstualitas, dimungkinkan penelitian ini dapat mengungkap fungsi teks-teks
tersebut, sebagai teks yang melatarbelakangi penciptaan hipogram atau sebagai teks
yang mentransformasikan
teks-teks yang
menjadi hipogramnya
transformasi. Struktur kedua novel dibandingkan untuk mencari persamaan dan perbedaannya. Selain itu, juga dilakukan penelitian secara cermat dan menyeluruh
terhadap nilai pendidikan yang terkandung dalam kedua novel tersebut. Hasil yang dicapai dari perbandingan struktur kedua novel dan penelitian terhadap nilai
pendidikan yang terkandung dalam kedua novel diharapkan memberikan pandangan baru untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab
I. Kerangka berpikir ini dapat dilihat pada skema berikut.
Gambar 1. Kerangka Berpikir Canting
karya Arswendo Atmowiloto Novel
Para Priyayi karya Umar Kayam
Kajian Intertekstual dan Nilai Pendidikan
Struktur Novel 1. Tema
2. Alur 3. Penokohan dan
perwatakan 4. Latar
5. Sudut pandang pengarang
6. Amanat Struktur Novel
1. Tema 2. Alur
3. Penokohan dan perwatakan
4. Latar 5. Sudut pandang
pengarang 6. Amanat
Simpulan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan objek penelitian novel Canting karya Arswendo Atmowiloto dan Para Priyayi karya Umar
Kayam. Dalam penelitian ini, tidak ada pembatasan khusus tentang tempat penelitian. Sesuai dengan objek penelitian, penelitian ini lebih banyak dilakukan
di perpustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan penelitian. Waktu penelitian direncanakan selama tujuh bulan, dimulai bulan
Desember 2008 sampai dengan bulan Juni 2009. Kegiatan yang dilakukan mulai dari pembuatan proposal sampai pada penyusunan laporan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Bulan No
Nama Kegiatan Des
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
1 Pengajuan proposal
2 Revisi proposal
3 Persetujuan proposal
4 Kajian teori
5 Analisis data
6 Penyusunan laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan informasi kualitatif dengan cara
mendeskripsikan secara detil dan cermat keadaan, gejala, fenomena, serta unsur- unsur sebagai keutuhan struktur dalam teks-teks yang menjadi objek penelitian.
Sementara itu, strategi penelitian yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi terhadap dokumen atau arsip. Menganalisis data yang diperoleh dari
42