I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan di Indonesia kaya dengan jenis tumbuhan penghasil minyak atsiri yang mempunyai prospek sangat baik sebagai komoditi ekspor Indonesia. Salah
satu tumbuhan penghasil minyak atsiri ini adalah tumbuhan kilemo Litsea cubeba Pers. Di dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan unsur hara. Unsur
hara banyak tersedia di alam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat
tidak sama, ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik. Namun ada juga unsur hara yang kekurangan ketersediaannya, sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat Purwadi 2011.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman terbagi menjadi dua yaitu unsur hara esensial dan unsur hara non-esensial atau beneficial. Unsur hara esensial
merupakan unsur hara yang mutlak dibutuhkan tanaman dan fungsinya tidak bisa digantikan oleh unsur lain. Tidak terpenuhinya salah satu unsur hara akan
mengakibatkan tanaman tersebut tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya. Unsur hara esensial terdiri atas unsur hara makro dan mikro Purwadi 2011.
Pengetahuan tentang kebutuhan akan unsur hara tertentu pada tanaman tertentu diharapkan bisa menghasilkan produksi tanaman yang baik secara kualitas
dan kuantitas. Selain itu dengan mengetahui kebutuhan tersebut diharapkan pemberian pupuk akan lebih efesien sehingga pengeluaran atau operasional dapat
dikontrol. Penambahan unsur hara terhadap tanah dapat mempengaruhi sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Pemberian unsur hara terhadap tanah dapat mengakibatkan
perubahan kondisi lingkungan tanah yang merupakan habitat hidup berbagai macam organisme tanah. Dalam tanah terdapat berbagai macam organisme yang
berperan di dalam ekosistem seperti siklus unsur hara, termasuk mikroorganisme yang terdapat pada rizosfer.
Rizosfer adalah zona dalam tanah dimana mikroorganisme dan akar tanaman hidup secara efektif berinteraksi. Sistem perakaran umumnya berasosiasi
dengan tanah disekitarnya rizosfer yang kondisinya sangat berbeda dengan kondisi tanah tanpa sistem perakaran. Asosiasi antara sistem perakaran dengan
mikroba tanah dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung Handayanto 2007.
1.2 Tujuan
Pemberian pupuk terhadap suatu tanaman tentu saja akan mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan tanah di
rizosfer. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan : 1.
Untuk menguji pengaruh pemupukan terhadap dinamika populasi mikroorganisme di rizosfer.
2. Untuk mengetahui jenis mikroorganisme dominan pada rizosfer
tanaman Kilemo Litsea cubeba Pers. 3.
Untuk menguji pengaruh pemupukan terhadap sifat kimia tanah melalui perubahan pH, kadar N, P, KTK, C-organik dan basa-basa.
2
1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : 1. Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik dapat meningkatkan
populasi mikroorganisme rizosfer. 2. Pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia dapat menurunkan
populasi mikroorganisme rizosfer. 2. Pemupukan dapat mempengaruhi perubahan pH, kadar N, P, KTK, C-
organik dan basa-basa.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rizosfer
Istilah rizosfer menunjukkan bagian tanah yang dipengaruhi perakaran tanaman Rao 1994. Rizosfer merupakan daerah sekitar perakaran yang sifat-
sifatnya baik kimia, fisik dan biologi dipengaruhi oleh aktivitas perakaran Handayanto 2007.
Menurut Handayanto 2007 rizosfer dibagi menjadi dua, yaitu rizosfer bagian dalam inner rhizosphere yaitu daerah di permukaan perakaran tanaman,
dan rizosfer bagian luar outer rhizosphere merupakan daerah di sekitar perakaran. Daerah rizosfer tersebut sering disebut sebagai Rhizoplanne. Rhizoplanne
merupakan daerah permukaan akar pada rizosfer. Jumlah mikroorganisme pada rizosfer bagian dalam biasanya lebih besar dari pada rizosfer bagian luar, karena
lebih banyak interaksi biokimia antara akar dan mikroba.
Rizosfer dicirikan oleh lebih banyaknya aktivitas mikrobiologis dibandingkan di dalam tanah yang jauh dari perakaran tanaman. Intensitas
aktivitas semacam ini tergantung dari panjangnya jarak tempuh yang dicapai oleh eksudasi sistem perakaran. Pengaruh keseluruhan perakaran tanaman terhadap
mikroorganisme tanah disebut sebagai efek rizosfer. Beberapa faktor seperti tipe tanah, kelembaban tanah,
pH, temperatur,
umur dan
kondisi tanaman mempengaruhi efek rizosfer. Efek rizosfer tampak dalam bentuk melimpahnya
jumlah mikroorganisme pada daerah tersebut Richards 1974. Laju kegiatan metabolik mikroorganisme rizosfer berbeda dengan laju
kegiatan metabolik mikroorganisme dalam tanah non-rizosfer. Jumlah jasad mikro di sekitar akar yang dikenal sebagai daerah peralihan, menurut Clark 1949
berjumlah lebih dari seratus kali bila dibandingkan dengan di daerah bukan dekat akar.
Menurut Richards 1974, rasio rizosfer terhadap tanah R : S dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan dalam populasi mikroba yang
disebabkan pertumbuhan tanaman. Rasio R : S dihitung dengan membagi jumlah mikroorganisme dalam rizosfer tanah dengan jumlah mikroorganisme dalam tanah
yang bebas dari pertumbuhan tanaman. Urutan rasio R : S mikroorganisme dari yang terbesar hingga terkecil pada umumnya adalah bakteri, aktinomycetes, fungi,
protozoa dan alga.
Pada umumnya rizosfer dari kebanyakan tanaman mengandung bakteri Gram-negatif , tidak berspora, berbentuk batang, dan terdapat pada daerah rizosfer.
3 Beberapa
genus bakteri
ini adalah
Pseudomonas, Arthrobacter
dan Agrobacteriumditemukan dalam jumlah yang banyak Richards 1974.
Bakteri yang membutuhkan asam amino lebih banyak terdapat di daerah rizosfer dibandingkan tanah di luar rizosfer. Aktinomycetes penghasil antibiotik
lebih banyak terdapat dalam rizosfer dibandingkan tanah tanpa rizosfer. Rizosfer dapat mengalami perubahan, di antaranya diakibatkan oleh: 1 penambahan
tanah; 2 pemberian nutrisi melalui daun; dan 3 inokulasi artifisial biji atau tanah yang mengandung sediaan mikroorganisme hidup, terutama bakteri
Richards 1974.
2.2 Mikroorganisme Tanah