4
2.2.2 Fungi
Fungi mempunyai jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri di dalam tanah. Fungi dominan pada tanah yang asam karena lingkungan asam
tidak baik untuk bakteri atau aktinomycetes sehingga fungi dapat memonopoli pemanfaatan substrat alami dalam tanah Waksman 1963.
Pada tanah-tanah
beraerasi baik,
fungi merupakan
biomasa mikroorganisme paling besar jumlahnya, yaitu dapat mencapai 2 x 10
4
sampai 1 x 10
6
propagulgram tanah. Sebaran fungi di dalam tanah sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan organik. Karena fungi memerlukan karbon dan oksigen, maka
biasanya fungi dijumpai di bagian atas tanah Handayanto, 2007. Keadaan optimum bagi perkembangan fungi yaitu antara pH 4,5
– 5,5. Jika kemasaman tanah berkurang jumlah fungi menurun, sedang jumlah bakteri dan aktinomycetes
bertambah. Fungi hidup pada tempat yang lembab, air sangat dibutuhkan fungi untuk melarutkan bahan organik dan sebagai alat pengangkut makanan dan
membantu difusi oksigen Sutedjo 1991.
2.2.3 Aktinomycetes
Aktinomycetes merupakan mikroorganisme yang banyak dijumpai dalam tanah setelah bakteri, jumlahnya berkisar antara 15
– 20 juta tiap gram tanah kering. Aktinomycetes banyak dijumpai dalam tanah yang berkadar humus tinggi,
seperti padang rumput atau padang penggembalaan yang tua. Penambahan pupuk kandang merangsang perkembangan aktinomycetes, terutama pada kemasaman
sedang Supardi 1983.
Aktinomycetes sangat berperan dalam pelapukan bahan organik dan pembebasan unsur hara. Kapasitas aktinomycetes menyederhanakan humus sangat
penting bagi mineralisasi nitrogen. Sejumlah nitrogen akan berada dalam senyawa humik dan tidak tersedia bagi tanaman apabila tidak diuraikan oleh aktinomycetes.
Oleh karena kemampuan itu maka aktinomycetes disejajarkan dengan bakteri dan fungi sebagai faktor kesuburan tanah yang penting Supardi 1983.
Pada umumnya aktinomycetes tidak dapat tumbuh baik pada tanah-tanah basah. Temperatur optimum untuk pertumbuhan aktinomycetes adalah 28
– 37
o
C, pertumbuhannya terhambat pada temperatur 5
o
C. Namun demikian, ada juga aktinomycetes termofilik yang dapat tumbuh pada suhu 55 - 65
o
C pada timbunan kompos. Aktinomycetes dapat tumbuh pada kisaran pH 4-10, tetapi pada pH 5
populasi aktinomycetes 1 dari populsi mikrob. Aktinomycetes tidak toleran masam, tetapi toleran terhadap basa. Aktinomycetes mempunyai peranan penting
pada pH tinggi, yaitu dapat melapukan berbagai substrat karbon dalam bentuk polimer yang resisten seperti khitin, selulosa dan hemiselulosa. Pada pH netral
atau masam, proses pelapukan ini umumnya dilakukan oleh bakteri dan atau fungi Handayanto 2007.
2.2.4 Protozoa
Protozoa merupakan invertebrata yang paling banyak dijumpai dan merupakan hewan paling sederhana, bersel tunggal dan diperkirakan ada 30.000
spesies. Ukuran tubuhnya beberapa kali lebih besar dibandingkan bakteri.
5 Berdasarkan bentuknya protozoa dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu
ciliate, amoeba dan flagelata Martinez 1985 dalam Handayanto 2007. Di dalam tanah, protozoa umumnya hanya ditemui pada lapisan
atas tanah kedalaman 15 - 20 cm, karena katergantungan protozoa pada mikroba yang digunakan sebagai makanannya. Secara umum, tanah dengan kandungan liat
tinggi mengandung lebih tinggi jumlah protozoa ukuran kecil flagelata dan amoeba telanjang sedangkan tanah bertekstur kasar lebih banyak mengandung
flagelata besar, amoeba dua jenis dan ciliate Madigan et al. 2000.
Kondisi lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan protozoa adalah pada kondisi aerob, pH 3,5 - 9, tapi toleransinya bervariasi tergantung spesiesnya.
Temperatur tinggi dapat membunuh protozoa karena protozoa merupakan organisme medofilik memerlukan temperature sedang. Air diperlukan untuk
protozoa berbentuk ciliate, sementara flagelata lebih tahan kering. Tidak adanya air atau makanan menyebabkan pembentukan kista sebagai mekanisme bertahan
hidup. Protozoa dapat bertahun-tahun sebagai kista Handayanto 2007.
2.2.5 Alga
Seperti halnya tanaman, alga umumnya menggunakan energi sinar matahari untuk membuat makanannya melalui proses fotosintesis. Alga
menangkap energi matahari dan menghasilkan lebih banyak oksigen produk samping fotosintesis dibandingkan tanaman. Oleh karena itu alga dianggap
sebagai organisme fotosintesis terpenting di bumi. Bersama-sama protozoa dan hewan kecil lainnya dalam air membentuk suatu komunitas yang disebut
‘plankton’ sebagai sumber utama energi dan makanan untuk ikan dan hewan air lainnya. Alga juga menghasilkan sejumlah besar polisakarida ekstraseluler yang
dapat berperan sebagai senyawa yang membantu agregasi tanah yang dapat memperbaiki struktur tanah, selain itu alga juga mempunyai kemampuan
menambat nitrogen simbiotik maupun non-simbiotik dengan menggunakan enzim nitrogenase. Jumlah alga di dalam tanah umumnya 10
3
– 10
4
selg tanah. Jumlah alga bisa mencapai 10
8
selg tanah tergantung pada kondisi tanahnya. Alga membentuk simbiosis dengan fungi untuk membentuk lichen Handayanto 2007.
Alga tanah dibagi menjadi tiga golongan umum, yaitu 1 hijau-biru; 2 hijau; dan 3 diatom. Alga golongan tumbuhan hijau dan hijau-biru umumnya
berada pada lapisan tanah teratas. Alga diatom umumnya berada pada dasar perairan. Pertumbuhan alga sangat dipengaruhi oleh penambahan pupuk kandang
Supardi 1983.
2.3 Bahan Organik Tanah