Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis kinerja keuangan dan efisiensi perbankan pada periode pengamatan 2006 sampai 2011 dan setelah krisis global tahun 2008 memberikan beberapa kesimpulan. Rasio CAR BUS dan BUK berada di atas ketentuan Bank Indonesia 8 artinya BUK dan BUS berada pada posisi yang baik dalam memenuhi kecukupan modal. CAR BUK cenderung turun dibandingkan CAR BUS disebabkan oleh ATMR konvensional yang lebih bervariasi. LDR BUK mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai 2011 kecuali di tahun 2008. Penurunan LDR tersebut terjadi akibat dampak dari krisis global yang juga dialami oleh Indonesia. FDR BUS mengalami kenaikan dari tahun 2006 hingga tahun 2008 tetapi dari tahun 2008 hingga 2009 mengalami penurunan yang cukup jauh karena semakin banyak nasabah menyimpan dana di bank syariah. Rasio NPL BUK cenderung mengalami penurunan. Penurunan NPL tersebut disebabkan oleh adanya usaha BUK untuk memitigasi risiko kredit dengan membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva PPAP kredit. Pertumbuhan NPF BUS lebih tinggi pada periode setelah krisis karena bank syariah baru bisa melakukan restrukturisasi kredit jika masuk dalam kolektibilitas tiga. Pergerakan rasio ROA BUS dan BUK menunjukkan tren yang sama dari tahun 2006 hingga 2011. Krisis menyebabkan ROA menurun karena kenaikan beban-beban dan kerugian transaksi valasderivatif yang cukup tinggi. Nilai BOPO BUK dan BUS masih cukup tinggi dan berfluktuasi karena rasio tersebut masih di atas 75. Rasio BOPO tertinggi terjadi pada saat krisis 2008. Krisis menyebabkan peningkatan biaya operasional perbankan. BUK mencapai kinerja yang efisien di tahun 2006,2007, 2010, dan 2011. Inefisiensi terjadi di tahun 2008 97,27, dan 2009 99,76. Inefisiensi terjadi pada variabel output yaitu DPK, pendapatan operasional, dan kredit yang belum maksimal. BUS mencapai kinerja yang efisien di tahun 2006 sampai 2008 serta 2011. Inefisiensi terjadi di tahun 2009 96,85 dan 2010 98,73. Inefisiensi terjadi pada variabel input yaitu DPK dan beban operasional serta variabel output yaitu pendapatan operasional dan pembiayaan. Pada periode setelah krisis 2009 terdapat 4 BUK dan 2 BUS yang mengalami inefisiensi. Bank yang mengalami inefisiensi adalah Bank Artha Graha 98,54, Bank Maspada Internasional 92,69, Bank Syariah Mandiri 92,65, Bank Nusantara 91,72, Bank Ekonomi Raharja 75,04, dan BRI Syariah 72,68. Pada periode setelah krisis 2010 terdapat 4 BUK dan 1 BUS yang mengalami inefisiensi. Bank yang mengalami inefisiensi adalah Bank Mutiara 97,25, Bank Artha Graha 97,54, Bank Maspada Internasional 94,36, Bank Ekonomi Raharja 77,65, dan BRI Syariah 85,24. Bedasarkan uji t data berpasangan terdapat perbedaan nyata pada rasio CAR, FDRLDR, ROA, dan BOPO. BUK memiliki keunggulan pada rasio CAR dan ROA sedangkan BUS memiliki keunggulan pada rasio FDR dan BOPO.

5.2. Saran