4.2.2. Efisiensi BUK dan BUS Setelah Krisis Global 2008
Intermediasi perbankan nasional mengalami gangguan akibat krisis global yang terjadi tahun 2008. Bank mengalami peningkatan biaya dan
ketidakpastian pengembalian kredit. Kondisi tersebut menghambat kinerja perbankan dan menurunkan tingkat efisiensi perbankan. Berdasarkan analisis
DEA, BUK dan BUS mengalami inefisiensi pasca krisis global yaitu berada di bawah 100.
Tabel 4.10. Tingkat Efisiensi Intermediasi BUK dan BUS Tahun 2009
Bank Efisiensi
2009 2010 Bank Konvensional
Mestika Dharma 100
100 Bank Sinarmas
100 100
Bank ICB BumiPutera 100
100 Bank Mutiara
100 97,25
Bank ArthaGraha 98,54
97,54 Bank Mayapada Internasional
92,69 94,36
Bank Nusantara 91,72
100 Bank Ekonomi Raharja
75,04 77,65
Bank Syariah Bank Muamalat Indonesia
100 100
Bank Syariah Mega Indonesia 100
100 Bank Syariah Mandiri
92,65 100
BRI Syariah 72,68
85,24 Pada periode setelah krisis yaitu tahun 2009 terdapat 4 BUK dan 2 BUS
yang mengalami inefisiensi. BUK yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 pada tahun 2009 antara lain Bank Artha Graha 98,54, Bank Maspada
Internasional 92,69, Bank Nusantara 91,72, dan Bank Ekonomi Raharja 75,04. Sedangkan BUS yang mengalami inefisiensi yaitu Bank Syariah
Mandiri 92,65 dan BRI Syariah 72,68. Pada tahun 2010 masih terdapat bank yang bekerja dengan tidak efisien.
Terdapat 4 BUK yang mengalami inefisiensi yaitu Bank Artha Graha 97,54, Bank Mutiara 97,25, Bank Maspada Internasinal 94,36, dan Bank
Ekonomi Raharja 77,65. Selain itu, BUS yang mengalami inefisiensi adalah BRI syariah.
Inefisiensi yang dialami oleh BUK dan BUS disebabkan oleh belum optimalnya input dan output pada periode tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan
DEA lampiran, inefisiensi bersumber pada variabel input simpanan dan beban tenaga kerja serta output kredit atau pembiayaan dan pendapatan operasional.
Inefisiensi penggunaan
input pertama yaitu simpanan di hampir seluruh BUK yang tidak efisien. Input simpanan aktual yang dialokasikan jumlahnya
melebihi target sehingga terjadi input excess. Kondisi ini menandakan terjadi pemborosan penggunaan input simpanan sehingga intermedisi perbankan tidak
bekerja secara optimal. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengalokasikan kelebihan penggunaan input simpanan ke bagian input aset
sehingga bisa menjadi aset yang lebih produktif. Naiknya jumlah aset produktif dapat meningkatkan jumlah kredit atau pembiayaan kepada masyarakat.
Inefisiensi penggunaan
input juga terjadi pada variabel biaya tenaga kerja. BRI syariah mengalami inefisiensi penggunaan input ini pada dua tahun
pasca krisis global. Selain BRI Syariah, Bank Maspada Internasional juga mengalami inefisiensi penggunaan biaya tenaga kerja di tahun 2009. Biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan bank untuk membayar tenaga kerja. Biaya tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh biaya
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, khususnya bagi BUS karena jumlah SDM yang paham tentang ekonomi syariah masih di bawah dari
kebutuhan yang ada secara kualitas maupun kuantitas. Ketidakefisienan
output dalam penelitian ini terjadi pada kredit atau pembiayaan dan pendapatan operasional. Output yang pertama, baik kredit dari
BUK maupun pembiayaan dari BUS jumlahnya belum sesuai atau lebih kecil dari target yang telah ditentukan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
menawarkan bentuk kreditpembiayaan yang lebih bervariasi sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga output kredit atau pembiayaan dapat lebih
optimal. Output kedua yang pencapaiannya masih belum optimal yaitu
pendapatan operasional. Jumlah yang dapat dicapai oleh BUK dan BUS seharusnya lebih besar dari pada jumlah aktual. Upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan menaikkan biaya administrasi pada dana simpanan, sehingga
pendapatan operasional bank umum bertambah. Beberapa perbaikan dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah penyaluran kredit atau pembiayaan dan
biaya-biaya yang terkait dengan input simpanan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rakhmat Purwanto. Pada penelitian tersebut terdapat bank-bank yang mengalami inefisiensi pada saat krisis. Bank yang selalu efisien pada periode pengamatan
yaitu Bank Mestika Dharma, Bank ISB Bumiputera, Bank Sinarmas, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Syariah Mega Indonesia.
4.3. Perbandingan Kinerja Keuangan dan Efisiensi BUK dan BUS