Salinitas Oksigen Terlarut DO

pasir, kerikil dan bahan organik lainnya. Jenis-jenis partikel yang ada dalam suatu perairan sangat menentukan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan. Hal ini terjadi karena adanya penyerapan dan penghambatan cahaya tersebut oleh partikel-partikel tersuspensi, khususnya dari hasil dekomposisi zat organik, misalnya detritus.

b. Salinitas

Salinitas atau kadar garam ialah banyaknya garam-garaman dalam gram yang terdapat dalam 1 Kg 1000 gr air laut, yang dinyatakan dengan ‰ atau perseribu. Salinitas umumnya stabil, walaupun di beberapa tempat terjadi fluktuasi. Forch et al., 1902 in Sverdrup et al., 1942, mendefenisikan salinitas sebagai jumlah gram seluruh zat yang larut dalam 1 kg air laut, dengan anggapan bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan ion diganti dengan khlor yang setara dan semua zat organik mengalami oksidasi sempurna. Sebaran salinitas di laut biasanya berbeda secara vertikal maupun horizontal dimana penyebabnya adalah interaksi berbagai hal. Secara vertikal nilai salinitas air laut umumnya dipengaruhi oleh tiupan angin yang berpotensi menggerakan air secara vertikal sedangkan secara horizontal berhubungan dengan arus yang membawa massa air. Perubahan terbesar salinitas di lautan terjadi pada kedalaman 100 – 1000 meter. Lapisan dimana terjadinya perubahan yang sangat cepat dari salinitas disebut haloklin. Salinitas pada kedalaman 100 meter pertama, dapat dikatakan konstan. Walaupun terdapat sedikit perbedaan-perbedaan, tetapi tidak mempengaruhi ekologi secara nyata. Salinitas air laut di daerah tropis secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah beriklim sedang karena pada daerah tropis terjadi evaporasi yang lebih tinggi Nybakken, 1988. Nilai salinitas rata-rata tahunan yang terendah di perairan Indonesia sering dijumpai pada perairan Indonesia bagian barat dan semakin ke timur nilai rata-rata tahunannya semakin meningkat Halim, 2005.

c. Oksigen Terlarut DO

Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam mili gram yang terdapat dalam satu liter air ppt yang umumnya berasal dari difusi udara melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut Dissolved Oxygen = DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan, disamping dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut Salmin, 2000. Konsentrasi oksigen terlarut sangat berkorelasi dengan kondisi suhu maupun salinitas perairan. Menurut Effendi 2003, bahwa hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas, sehingga kadar oksigen terlarut di laut cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan tawar. 2.2.5 Anomali Tinggi Paras Laut ATPL Perubahan kedudukan muka laut dapat bersifat periodik maupun tak periodik. Kedudukan muka laut periodik terjadi secara alamiah, kedudukan muka laut tak periodik dapat dikatakan sebagai perubahan sekular muka laut. Perubahan sekular merupakan perubahan level jangka panjang Nurmaulia et al., 2005. Bentuk dari permukaan lautan ditentukan oleh variasi gravitasi dasar lautan sehingga menghasilkan undulasi geoid, dan oleh arus yang menghasilkan topografi lautan Stewart, 1985. Pengamatan perubahan kedudukan muka laut untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kejadian anomali tinggi paras laut positif di atas level surface maupun anomali tinggi paras laut negatif di bawah level surface dimana kemungkinan adanya anomali positif maupun negatif merupakan petunjuk dalam mempelajari hubungan antara parameter serta gejala fenomena lainnya. ATPL berhubungan dengan pola angin yang terjadi di suatu tempat sehingga ATPL cenderung terjadi secara musiman dimana pola ATPL periode musim barat berbeda dengan pola ATPL musim yang mana perbedaan tersebut menyebabkan kondisi parameter osenografi menjadi dinamis. Tinggi paras laut di perairan Indonesia berkorelasi secara signifikan dengan kedalaman lapisan termoklin. Pada saat TPL rendah, lapisan termoklin mengalami pendangkalan Bray et al., 1996, Susanto et al., 2001 dalam Gaol, 2003. Kenaikan paras laut di pengaruhi oleh banyak faktor diantaranya ekspansi termal lautan menyebabkan kenaikan volume laut, pemanasan global, jumlah curah hujan dan pencairan es di kutub. Beberapa dekade terakhir, perubahan sea level diestimasi dari pengukuran stasiun passut. Namun terdapat kekurangan dalam hal tersebut diantaranya adalah jangkauan data terbatas di daerah sekitar pantai sehingga datanya hanya akurat untuk memprediksi perubahan kedudukan muka laut di perairan dangkal atau sekitar pantai. Selain itu kedudukan tide gauge tidak terikat terhadap suatu referensi global sehingga perlu disertai dengan pengamatan GPS Nurmaulia et al., 2005.

2.3 Teknik Penginderaan Jauh Indraja