di Lautan Hindia sedangkan sebagian lagi dibelokan ke arah timur terus ke Laut Flores hingga Laut Banda dan kemudian keluar ke Lautan Hindia melalui Laut
Timor, 2. Jalur timur dimana massa air masuk melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku, Laut Seram terus ke Laut Banda dan sebagian lagi berbelok ke Laut
Maluku. Dari Laut Banda massa air akan mengalir mengikuti 2 dua rute. Rute utara Pulau Timor melalui Selat Ombai, antara Pulau Alor dan Pulau Timor,
masuk ke Laut Sawu dan Selat Rote, sedangkan rute selatan Pulau Timor melalui basin
Timor dan Selat Timor, antara Pulau Rote dan paparan benua Australia. Karena kurangnya pengukuran data oseanografi secara langsung pada lintasan-
lintasan ini, pengetahuan tentang kekuatan arus dan juga transpor massa air serta variasinya terhadap musim masih minim. Meskipun begitu dari hasil prediksi
yang didapat dengan berbagai macam metoda tak langsung untuk berbagai musim didapat perkiraan nilai transpor massa air sebesar 1 sampai 22 Sv ke arah
Samudera Hindia 1 Sv = 1 sverdrup = 10
6
m
3
det Ilahude, 1971.
Gambar 3 Jalur Arus Lintas Indonesia ARLINDO Gordon,1996
2.2.2 Suhu Permukaan Laut SPL
Suhu merupakan suatu respons benda terhadap sesuatu yang mengenainya atau secara fisika, suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan banyaknya
bahang yang terkandung di dalam benda tersebut. Menurut Weyl 1967, suhu adalah besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam
suatu benda.
Suhu bervariasi secara horizontal sesuai dengan garis lintang, dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang
penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital, yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi
didalam kisaran suhu yang relatif sempit, biasanya antara 0 sampai dengan 40 C.
Sebaran suhu vertikal di perairan Indonesia umumnya mempunyai pola seperti pada Gambar 4 yang dapat dibedakan atas tiga lapisan yaitu lapisan
homogen hangat bagian atas, lapisan termoklin bagian tengah dan lapisan dingin bagian bawah Nontji, 2007. Menurut Nybakken 1988, bahwa
sebaran suhu di laut tropis secara vertikal dapat dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan homogen hangat di lapisan permukaan pertama, lapisan termoklin
di lapisan tengah kedua dan lapisan homogen dingin di lapisan dalam ketiga.
Gambar 4 Sebaran vertikal suhu secara umum di Perairan Indonesia A: Lapisan hangat; B: Lapisan termoklin; C: Lapisan dingin Nontji,
2007. Kedalaman lapisan termoklin dalam suatu perairan didefenisikan sebagai
suatu kedalaman atau posisi dimana gradien suhu lebih dari 0,1 C per meter
Wyrtki, 1961. Kedalaman lapisan termoklin dalam suatu perairan adalah sebagai suatu kedalaman atau posisi dimana gradien suhu lebih dari 0,1
C Roos, 1970. Lapisan termoklin yang terdapat dibawah lapisan homogen ditandai oleh
penurunan suhu yang cepat terhadap kedalaman. Penurunan suhu ini mengakibatkan densitas air meningkat, sehingga lapisan termoklin ini adalah
daerah yang mempunyai densitas yang sangat kuat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketebalan lapisan termoklin ini seperti pertukaran bahang,
percampuran massa air oleh gelombang, pergerakan massa air secara mendatar dan gelombang dalam Hela and
Leavastu, 1970. Suhu lautan selalu berubah-ubah terhadap ruang dan waktu. Penyebaran
suhu umumnya disebabkan oleh gerakan massa air seperti arus dan turbulensi Hutagalung, 1988 dalam Radisho, 1997. Perubahan suhu dapat menyebabkan
terjadinya sirkulasi dan stratifikasi air yang secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap distribusi organisme perairan Hela and Leavastu, 1970.
2.2.3 Fitoplankton dan Klorofil-a