3.2 Peralatan dan Bahan
Peralatan maupun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain seperti diuraikan pada berikut Tabel 7 :
Tabel 7 Alat dan bahan penelitian Nama alat bahan Fungsi
Alat : GPS WAAS Navigator model GP-32 merk
Penentuan posisi Hand Refracktometer ATAGO, Made in Japan
Pengukuran salinitas Resurfing thermometer
Pengukuran suhu perairan DO meter, Hanna Instrumets, Made in Portugal
Pengukuran DO Digital current meter
merk Valeport Pengukuran arus
Hand Lux meterlight meter AZ Instrumets 8581 Pengukuran iluminasi
Sechi disk merk NIKKO, product by Japan
Pengukuran kecerahan Botol sampel
Koleksi sampel kolorofil-a Cool box
15 liter, merk marina cooler Penyimpanan sampel
Alat tulis menulis Catatan data lapangan
Camera digital Dokumentasi
Kapalout board Sarana transportasi
Spektrofotometer Shimadsu UV 1610 Analisis klorofil-a
Bahan : Alumenium foil
, milliopore 0,45 µm, Aseton 90 , Analisis klorofil-a
Peta Kepulauan Kei dan Aru, skala 1 : 500.000, diperbaharui oleh Jawatan Hydro Oseanografi 1983
Peta acuan Seperangkat computer PC
Pengolahan data Sistem operasi LINUX versi Fedora Core
Pengolahan data MODIS Software
SeaDAS versi 5.2 Pengolahan citra
Software Surfer versi 9.0
Over-lay citra
Software ODV versi 3.4.2 - 2008. Reiner Schhitzer
Software WRPLOT View-Freeware version 7.0.0
Pengolahan citra Analisis kecepatan dan
sebaran angin wind rosse
Software ArchView GIS 3.3 Lay out
peta penelitian Software Microsoft excel
2007 Pengolahan data ASCII
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian yang digunakan berupa data beberapa parameter oseanografi dan meteorologi yang diperoleh lewat analisis data citra satelit multi
sensor enam tahunan yang diakses dari berbagai situs resmi yang tersedia maupun pengamatan secara langsung di lapangan in-situ.
3.3.1 Data Penginderaan Jauh
Data penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data rata-rata bulanan beberapa parameter arah dan kecepatan angin, suhu
permukaan laut, klorofil-a, arus dan tinggi paras laut. Jenis dan sumber data penginderaan jauh yang digunakan disajikan pada Tabel 8 :
Tabel 8 Jenis dan sumber data yang digunakan Parameter Data
Sumber SPL dan
koorofil-a Aqua MODIS level 3, resolusi
4 km format HDF rata-rata bulanan tahun 2005 – 2010
http:oceancolor.gsfc.nasa.gov
Pola arus permukaan
TOPEX Poseidon, OSCAR http:www.oscar. noaa.gov
Arah dan kecepatan
angin QuikSCAT monthly mean
wind fields time_resolution one month, spatial_resolution
0.5 deg, 2005 - 2009 http:www.ifremer.frcersaten
datadownloadgriddedmwfqsc at.htm
TPL Envisat, Sea Surface Height
Deviation, Aviso 0.25 degrees, Global Science
Quality 2005 - 2009 http:oceanwatch.pfeg.noaa.go
vthreddsdodsCsatellite TAsshd
3.3.2 Data lapangan in-situ
Pengamatan lapangan in-situ dilakukan terhadap beberapa parameter oseanografi seperti yang disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Data parameter oseanografi in-situ Parameter yang diukur
Sumber Iluminasi cahaya
Lapang Kecepatan angin
Lapang Kecerahan perairan
Lapang Salinitas ‰
Lapang Suhu perairan
Lapang Kecepatan arus
Lapang Oksigen terlarut DO
Lapang Klorofil-a Lapang
Angin dan curah hujan Kepulauan Kei tahun 2005 – 2009
BMG Stasiun Bandara Dumatubun Langgur– Maluku Tenggara
3.4 Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Sebaran Spasial dan Temporal Parameter Oseanografi dari Satelit
1. Pola angin
Penentuan musim yang terjadi di perairan sekitar Kepulauan Kei berdasarkan hasil unduhan data rata-rata angin bulanan periode 2005 hingga 2009
yaitu data QuickSCAT producer agency IFREMER dan producer institution CERSAT
. Data unduhan terdiri dari data ASCII American Standard Code for Information Inter Change
dan vektor dengan format awal adalah text txt serta resolusi spasial 1,5
x 1,5 . Arah dan kecepatan angin ditentukan berdasarkan
komponen zonal U dan meridional V yang diproses dengan menggunakan perangkat lunak ODV Ocean Data View versi 3.4.2 - 2008, dimana untuk
mendapatkan peta arah dan kecepatan angin secara spasial maka data diekstrak dalam format netcdf .nc. Data yang masih dalam skala global di-cropping dan
di-filtering sesuai batasan koordinat area kajian selanjutnya diperjelas dan dipertegas batas darat serta laut selanjutnya anotasi hingga memunculkan arrow
sebagai simbol arah angin. Selain itu, kejelasan arah dan distribusi frekwensi kecepatan angin dalam bentuk wind rosse berdasarkan data ASCII dilakukan
dengan perangkat lunak WRPLOT View-Freeware version 7.0.0. Gambaran variabilitas bulanan secara temporal dari setiap kwadran kajian,
berdasarkan data ASCII. Data dieksport dan dikonversi dari bentuk format text txt serta di-filtering sesuai batasan koordinat masing-masing kwadran kajian
selanjutnya ditabulasikan dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007.
2. Pola arus
Data arus berupa data TOPEX Poseidon, OSCAR rata-rata bulanan periode 2005 hingga 2010. Data unduhan terdiri dari data ASCII dalam bentuk
.txt, yang selanjutnya dikonversi dan di-filtering berdasarkan domain area kajian menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. Arah dan kecepatan
arus ditentukan berdasarkan komponen zonal U dan meridional V dimana visualisasi arah arus menggunakan perangkat lunak Surfer versi 9.0. Pola arus
berhubungan dengan sebaran parameter oseanografi lainnya seperti suhu permukaan laut SPL dan konsentrasi klorofil-a sehingga peta arus di-overlay
dengan peta contur dari masing-masing parameter tersebut berdasarkan perangkat lunak Surfer versi 9.0.
3. Suhu Permukaan Laut SPL
Pengolahan data SPL dari citra Aqua MODIS level 3 rata-rata bulanan menggunakan algoritma Miami Pathfinder Pathfinder, 2001. Pengolahan data
sebaran SPL berdasarkan data unduhan citra Aqua MODIS level 3 resolusi 4 x 4 km, berupa composite data bulanan perairan sekitar Kepulauan Kei tahun 2005
hingga 2010, dengan menggunakan perangkat lunak SeaDAS 5.2. Umumnya luaran hasil olahan perangkat lunak SeaDAS 5.2 terdiri dari citra, histogram dan
data ASCII. Untuk mendapatkan peta contur sebaran SPL secara spasial yang bebas awan dan informatif maka data ASCII diolah dengan perangkat lunak
Surfer versi 9.0 , yang sebelumnya data di-filtering berdasarkan domain dari
masing-masing kwadran kajian. Variabilitas sebaran SPL per kwadran kajian secara temporal berdasarkan perata-rataan data ASCII selama enam tahun sesuai
persamaan yang diusulkan Mattjik dan Sumertajaya 2006. Hasil perata-rataan bulanan sebaran SPL di plot dalam bentuk grafik dan tabel untuk melihat nilai dan
pola sebaran menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. 4. Data Konsentrasi dan Sebaran Klorofil-a
Pengolahan data konsentrasi dan sebaran klorofil-a berdasarkan data unduhan citra Aqua MODIS level 3 resolusi 4 x 4 km, berupa composite data
bulanan perairan sekitar Kepulauan Kei tahun 2005 hingga 2010, dengan menggunakan perangkat lunak SeaDAS 5.2. Algoritma OC3M adalah algoritma
yang digunakan dalam pengolahan citra satelit MODIS untuk mendapatkan nilai konsentrasi klorofil-a perairan dalam skala global McClain and Feldman, 2004.
Data ASCII di-filtering berdasarkan domain masing-masing kwadran kajian kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Surfer versi 9.0 dengan
out-put peta countur klorofil-a yang di over-lay dengan peta arus untuk mendapat
gambaran tentang sebaran klorofil-a secara spasial. Selanjutnya gambaran tentang sebaran dan nilai konsentrasi klorofil-a secara temporal berdasarkan perata-rataan
data ASCII selama enam tahun sesuai persamaan yang diusulkan Mattjik dan
Sumertajaya 2006. Hasil perata-rataan bulanan nilai dan konsentrasi klorofil-a di plot dalam bentuk grafik dan tabel menggunakan perangkat lunak Microsoft
Excel 2007 .
5. Anomali Tinggi Paras Laut ATPL
Untuk mempelajari perubahan tinggi muka laut maka digunakan data Envisat, Sea Surface Height Deviation AVISIO 0,25
rata-rata bulanan periode 2005 hingga 2009, yang diperoleh dari Live Access Server LAS. Pengamatan
terhadap perubahan muka laut untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kejadian anomali positif di atas level surface maupun anomali negatif di bawah
level surface .
Data ASCII tentang ATPL di-filtering berdasarkan domain dari masing- masing kwadran kajian dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007, pengolahan
selanjutnya dengan perangkat lunak Surfer versi 9.0 untuk mendapatkan informasi tentang sebaran ATPL secara spasial. Sebaran ATPL secara temporal
berdasarkan hasil filtering data ASCII yang diplot dalam bentuk tabel dan grafik menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007.
Sebaran spasial dan temporal ATPL akan memberikan informasi kemungkinan adanya anomali positif di atas level surface maupun anomali
negatif dibawah level surface sekaligus juga sebagai petunjuk dalam mempelajari pola dan sebaran arus serta ketebalan lapisan termoklin.
6. Curah hujan
Data curah hujan diperoleh dari Kantor Badan Meteorologi BMG setempat dalam bentuk tabulasi data berupa jumlah curah hujan mm harian yang
dirata-ratakan menjadi data bulanan periode 2005 hingga 2009. Data di-plot dalam bentuk grafik dan tabel dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007
untuk analisis pola curahan bulanan dan jumlah hari hujan.
3.4.2 Distribusi Nilai Parameter Oseanografi In-situ
Pengamatan lapangan dilakukan diperairan sekitar Kepulauan Kei Kecil yaitu dari sepanjang sisi bagian barat hingga Selat Nerong, tepat pada kwadran
kajian ke-II dua. Urutan stasiun pengamatan lapangan berdasarkan pendekatan batimetri dimana stasiun pengamatan ke-I satu merupakan keterwakilan perairan
oseanik dengan kedalaman 1200 meter sedangkan ke-lima stasiun pengamatan lainnya merupakan keterwakilan perairan dangkal dengan kedalaman 800
meter. Pengukuran dan pengamatan lapangan in-situ meliputi kecerahan
perairan, suhu, klorofil-a, salinitas, arus dan oksigen terlarut DO. Pengukuran terhadap masing-masing parameter dilakukan berdasarkan stratifikasi kolom
perairan yaitu pada lapisan permukaan, pertengahan dan kedalaman kompensasi. Gambaran distribusi, nilai dan konsentrasi masing-masing parameter yang
diukur secara langsung di lapangan, diolah dengan perangkat lunak Microsoft Excel
2007. Data hasil olahan tersebut selain menjadi dasar dalam mempelajari kondisi perairan setempat sekaligus sebagai pembanding hasil analisis data
penginderaan jauh. Tahapan kegiatan penelitian dari awal hingga akhir secara jelas dapat
dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Diagram Alir Penelitian
Peta countur SPL dan klor-
a
WILAYAH KAJIAN
DATA PENELITIAN
Data Satelit Data lapangan
Aqua MODIS level 3 2005-
2010 Parameter
oseanografi dan
meteorologi Envisat 0.25
2005-2009 QuickSCAT
2005-2009 Altimetri TOPEX
Poseidon 2005- 2009
Data ASCII
JPEG
Pengolahan analisis data
Peta angin Peta countur
ATPL
Variabilitas secara spasial dan temporal
ANALISIS
KESIMPULAN
Vektor Data
ASCII Variabilitas
musiman Data
ASCII Data
ASCII
Peta arus
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Variabilitas Parameter Oseanografi dari Satelit 4.1.1 Variabilitas Secara Temporal
a. Angin
Gerakan angin sangat penting dalam hal percampuran massa air maupun terhadap dinamika musiman di Indonesia Kinkade et al., 1997. Perairan
Kepulauan Kei dan sekitarnya dipengaruhi oleh sistem angin muson yaitu muson barat laut dan muson tenggara. Menurut Wirtky 1961, bahwa angin muson
bergerak dengan arah-arah tertentu sehingga perairan Indonesia dibagi menjadi empat musim. Pola sirkulasi munson di Indonesia akan sangat berpengaruh pada
pola sirkulasi massa airnya sehingga pada musim barat, pola arus permukaan perairan Indonesia memperlihatkan arus bergerak dari Laut Cina Selatan menuju
Laut Jawa. Di Laut Jawa, arus kemudian bergerak ke Laut Flores hingga mencapai Laut Banda sedangkan pada muson tenggara, arah arus sepenuhnya
berbalik arah menuju ke barat yang akhirnya akan menuju ke laut Cina Selatan. Umumnya arah angin bulanan dominan dari arah tenggara, diselingi arah
dari barat dan barat laut pada waktu tertentu Gambar 14. Berdasarkan arah dan pergerakan angin maka pola musim yang terjadi dan mempengaruhi perairan
sekitar Kepulauan Kei dapat diklasifikasikan atas empat periode musim. Masing-masing periode musim serta cakupan tenggang waktu kejadiannya
adalah periode musim barat MB meliputi bulan Desember - Maret, periode musim peralihan I MP I pada bulan April, periode musim timur MT meliputi
bulan Mey - Oktober, dan periode musim peralihan II MP II meliputi bulan November.
Umumnya perubahan arah angin berkisar 86 bulan Januari hingga 327
bulan April, dengan intensitas kecepatan yang cukup variatif antar musim yaitu dari selang 0,1 - 2,5 mdet 24,3 di bulan Maret hingga
≥ 10,0 mdet 2,8 di bulan Juni. Kecepatan angin maksimum terjadi pada periode MT dengan arah
dominan dari tenggara ke barat laut. Distribusi frekwensi selang arah dan kecepatan angin dapat dilihat pada daftar lampiran Lampiran 1.
Perubahan arah angin periode MB berkisar antara 86 bulan Januari
hingga 103 bulan Desember, dengan intensitas kecepatan berkisar pada selang
0,1 - 2,5 mdet 24,3 di bulan Maret hingga 7,6 - 10,00 mdet 21,2 di bulan Februari. Kecepatan angin dominan periode MB berkisar pada selang 2,6 - 5,0
mdet 74,2 di awal dan akhir musim serta 5,1 - 7,5 mdet 82,8 di pertengahan musim. Pada awal periode MB, angin dominan dari arah barat
dengan intensitas sedang diselingi dari arah barat laut, barat daya, tenggara dan timur dengan intensitas yang sangat lemah. Peningkatan intensitas kecepatan
dan kemantapan arah angin secara tegas pada pertengahan musim, dengan arah dominan dari barat diselingi barat laut dan barat daya dengan intensitas yang
relatif lemah. Konsistensi arah angin tetap bertahan hingga akhir musim dengan intensitas kecepatan yang semakin melemah.
Intensitas kecepatan angin akan mengalami peningkatan dengan arah yang cenderung tidak beraturan pada periode MP I. Perubahan arah angin
mencapai 327 dengan intensitas kecepatan berkisar pada selang 0,1 - 2,5 mdet
22,9 hingga 7,5 - 10,00 mdet 0,4, sedangkan kecepatan angin dominan pada selang 2,6 - 5,0 mdet 52,1.
Memasuki periode MT, perubahan arah angin berkisar antara 307 bulan
Oktober sampai dengan 314 bulan Juli dengan intensitas kecepatan angin
berkisar pada selang 0,1 - 2,5 mdet 3,0 di bulan September hingga ≥ 10,00
mdet 2,8 di bulan Juni. Kecepatan angin dominan pada selang 5,1 - 7,5 mdet 49 - 72,7. Kemantapan arah angin pada awal periode MT dominan
arah tenggara diselingi arah timur dengan intensitas sedang namun presentase minimum. Peningkatan intensitas kecepatan angin dengan presentase maksimal
serta kemantapan arah yang dominan dari tenggara terjadi pada pertengahan periode MT. Intensitas kecepatan angin akan mengalami penurunan menjelang
akhir musim dengan ketegasan arah yang konstan. Memasuki periode MP II, sebaran arah angin cenderung tidak beraturan
dengan perubahan arah mencapai 311 . Arah angin dari tenggara dengan
intensitas maksimal dari timur dengan selingan dari arah barat, barat daya dan selatan dengan intensitas minimum. Kecepatan angin berkisar pada selang 0,1 -
2,5 mdet 60,2 hingga 7,6 - 10,00 mdet 1,3, dengan intensitas kecepatan dominan pada selang 0,1 - 2,5 mdet 60,2.
Gambar 14 Arah dan kecepatan angin per musim periode Januari 2005 hingga Desember 2009.
Umumnya intensitas kecepatan angin periode MT cenderung lebih tinggi dibandingkan musim lainnya. Perubahan sebaran arah angin dengan intensitas
Januari Februari
Maret April
Mei
Juni Juli
Agustus
September Oktober
November Desember
kecepatan relatif maksimal berdampak terhadap berbagai hal seperti perubahan dinamika dalam kolom perairan. Perubahan kondisi tersebut sekaligus
berpengaruh positif dalam hal peningkatan kesuburan perairan lewat adanya percampuran massa air. Menurut Clark et al., 1999 in Tubalawony 2007,
bahwa intensitas angin muson mengakibatkan peningkatan percampuran massa air secara vertikal dan hal sebaliknya akan terjadi jika intensitas angin menjadi
lemah. Arah dan kecepatan angin serta tenggang waktu kejadian menunjukan bahwa periodesasi muson tenggara relatif lama, mancakup enam bulan bulan
Mey hingga bulan Oktober, sedangkan muson barat laut mencakup empat bulan bulan Desember hingga bulan Maret. Periodesasi MP I maupun MP II,
berlangsung sangat singkat yaitu hanya beberapa hari dengan arah dan intensitas kecepatan angin yang tidak menentu. Hal ini akan mempengaruhi distribusi
parameter oseanografi seperti klorofil-a maupun SPL dimana penyebarannya cenderung tidak seragam jika dibandingkan dengan musim lainnya.
Variabilitas perairan Indonesia dipengaruhi oleh sistem angin muson dimana pada bulan Juni hingga September, angin bergerak dari tenggara menuju
barat laut dengan kekuatan penuh sehingga menyebabkan terjadinya upwelling di perairan selatan Jawa dan Arafura Wyrtki, 1961. Pola angin yang sama juga
mempengaruhi perairan Kepulauan Kei dan sekitarnya dengan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Juni. Pola angin akan mempengaruhi arus
permukaan di sekitar perairan kepulauan Kei sehinga pada periode MT dimana umumnya massa air bergerak dari perairan Arafura menuju Laut Banda dan
sebaliknya seperti pada Gambar 15 Wyrtky, 1961.
Gambar 15 Pola pergerakan angin dan arus periode musim timur dan barat
Wyrtky, 1961.
Pola pergerakan angin ini pula yang menyebabkan terbentuknya pola parameter lainnya seperti SPL, konsentrasi klorofil-a dan ATPL di perairan
Kepulauan Kei dan sekitarnya. Massa air dengan SPL rendah dan konsentrasi klorofil-a yang tinggi di Laut Arafura bergerak melewati perairan Kepulauan
Kei.
b. Suhu Permukaan Laut SPL
Secara umum SPL termasuk pola musiman dengan kisaran sebaran nilai rata-rata antara 27,01
C Kw - IV, bulan Agustus 2005 hingga 31,50 C Kw -
III, bulan Desember 2007. Pola sebaran nilai rataan bulanan SPL ke-enam kwadran kajian dapat disajikan pada Gambar 16, sedangkan pola variabilitas SPL
per musim serta berdasarkan arah kajian dapat dilihat pada daftar lampiran Lampiran 3. Nilai SPL maksimal pada periode MB yaitu berkisar antara 27,90
C hingga 31,5 C dengan nilai rata-rata 30,46
C yang secara gradual akan mengalami penurunan sejak akhir periode MB. Sebaran nilai SPL terendah pada
periode MT dengan kisaran antara 27,03 C hingga 30,75
C dengan rata-rata 29,32
C. Selisih nilai rata-rata SPL antara periode MB dan periode MT adalah 2,18
C. Menurut Qu et al., 2005, secara umum perbedaan SPL antara periode MB dan MT di perairan Indonesia sekitar 3
C.
b.
Gambar 16 Pola sebaran rataan bulanan nilai SPL Sebaran nilai SPL pada Kw-I secara temporal berkisar antara 27,04
C Juli 2005 hingga 31,30
C April 2010. Pola sebaran nilai rata-rata bulanan SPL Kw-I menunjukan dua puncak nilai maksimum yang mencakup periode MP
26 27
28 29
30 31
32
Jan …
Apr Jul
Okt Jan
… Apr
Jul Okt
Jan …
A p
r Jul
Okt Jan
… A
p r
Jul Okt
Jan …
Apr Jul
Okt Jan
… Apr
Jul Okt
SPL C
Kw 1 Kw 2
Kw 3 Kw 4
Kw 5 Kw 6
II dan MB. Sebaran nilai SPL, akan mengalami penurunan secara gradual selama periode MP I hingga mencapai nilai minimum pada periode MT.
Sebaran SPL berhubungan dengan intensitas muson yang menyebabkan adanya percampuran dan distribusi massa air sehingga cenderung terbentuk pola
musiman. Menurut Nontji 2007, bahwa suhu dipermukaan biasanya mengikuti pola musiman, contohnya yaitu pada musim pancaroba dimana angin bertiup
lemah dan permukaan laut sangat tenang sehingga proses pemanasan yang kuat terjadi di permukaan. Dengan demikian saat musim pancaroba suhu pada lapisan
permukaan mencapai maksimum. Kondisi SPL pada Kw-I lebih banyak dipengaruhi massa air dari Laut Banda maupun Laut Seram dibanding kwadran
kajian lainnya pada saat berlangsungnya MB. Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-I
periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - I
Bulan Sebaran nilai SPL
C 2005 2006 2007 2008
2009 2010 Januari
29,53 30,11 30,52 30,39 29,91 28,20 Februari
29,70 30 31 29,38 29,81
30,69 Maret 30,61
30,16 30,19
30,23 30,28
30,62 April 29,44
30,61 29,94
29,35 30,32
31,30 Mei 28,37
29,46 29,24
28,71 30,04
29,87 Juni 27,27
27,51 28,39
27,87 28,57
28,51 Juli 27,04
27,34 27,69
27,52 27,67
28,51 Agustus 27,35 -
- 2746 27,05 28,32 September
27,63 27,18 - 28,53 27,91 29,55 Oktober 28,89 27,47 28,92 29,14
28,76 30,32 November
29,97 29,61 31,17 30,73 29,22 31 Desember 30,37 30,50 30,70 30,35 31,04 30,88
Ket : - = Tidak ada data
Kw-II meliputi perairan Kepulauan Kei, dengan sebaran nilai rata-rata bulanan SPL secara temporal berkisar antara 27,04
C September 2006 hingga 31,36
C Desember 2009. Pola sebaran bulanan SPL menunjukan keseragaman antar tahun walaupun terdapat perbedaan sebaran nilai serta ketepatan waktu
kejadian peningkatan dan penurunan nilai SPL. Sebaran nilai SPL mengalami peningkatan pada periode MP II, MB hingga MP I dan penurunan sebaran nilai
SPL pada periode MT yang mencapai nilai minimum di bulan Agustus.
Kondisi Kw-II dominan dipengaruhi perairan sekitarnya dimana over-lay data SPL dan arus permukaan menunjukan adanya pertemuan aliran massa air
dari arah barat laut, timur dan timur laut di sekitar lokasi dimaksud sejak pertengahan periode MB hingga periode MP I. Pertemuan massa air tersebut
mengindikasikan penyegaran dan peningkatan kesuburan perairan setempat karena adanya sumbangan berbagai unsur hara disamping kemungkinan
pembentukan front. Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-II
periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - II
Bulan Sebaran nilai SPL
C 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Januari 29,91 30,12 30,75 30,29 30,01 28,03
Februari 30,28 30,29 30,33 29,73 30,16 30,28
Maret 30,69 30,27
29,74 29,97
29,85 30,01
April 29,92 30,34
29,56 28,97
30,54 31,17
Mei 28,10 29,30
29,31 28,87
29,70 29,91
Juni 27,46 28,01
28,38 27,74
28,74 28,54
Juli 27,61 27,29
27,40 27,59
27,50 28,54
Agustus 27,45 - 27,46 27,32
27,34 28,18 September 27,85 27,04 27,46 28,41 27,71 29,53
Oktober 28,77 27,54 29,05 29,48
29,73 30,75 November 30,24 29,10 30,95 30,56 29,59 31,08
Desember 30,11 30,07 30,45 30,69 31,36 31,18
Ket : - = Tidak ada data
SPL pada Kw-III secara temporal memiliki pola seragam dengan sebaran nilai yang variatif. Umumnya ketepatan waktu kejadian peningkatan dan
penurunan nilai SPL tidak seragam antar tahun. Sebaran nilai berkisar antara 27,30
C Juni 2005 hingga 31,41 C Desember 2007. Umumnya sebaran nilai
SPL terendah pada periode MT yang secara gradual mulai mengalami peningkatan di akhir periode bulan Oktober hingga mencapai puncak maksimal
pada periode MB. Distribusi dan limpasan massa air dari perairan sekitar dengan karakteristik suhu rendah berperan dalam menurunkan nilai SPL pada Kw-III,
disamping pengaruh intensitas dan tenggang waktu sistem angin muson tenggara dalam hal percampuran massa air.
Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-III periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - III Bulan
Sebaran nilai SPL C
2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari
30,62 30,10 29,94 29,77 30,39 28,18 Februari
30,45 30,57 30,38 29,72 30,67 30,89 Maret 30,80
30,60 30,87
29,86 30,37
31,15 April 29,60
30,76 29,68
30,45 30,22
30,58 Mei 27,87
29,94 29,59
28,22 30,22
29,51 Juni 27,30
27,40 28,70
27,87 28,50
28,75 Juli 27,69
27,23 27,77
27,59 27,54
28,75 Agustus 27,40
28,42 27,43
27,21 27,60
27,85 September 27,69 27,78 27,46 28,55 27,97 29,50
Oktober 29,08 27,82
28,52 29,09
28,76 30,19
November 29,95 28,78 30,72 30,76 29,21 30,86 Desember 29,51 30,09 31,5 30,26 31,41 31,02
Variabilitas nilai SPL secara temporal pada Kw-IV berkisar antara 27,01 C Agustus 2005 hingga 31,30
C Desember 2005. Sebaran nilai SPL tertinggi pada periode MP II, MB dan MP I. Penurunan nilai SPL secara gradual
terjadi diawal periode MT hingga mencapai nilai terendah pada pertengahan musim dan kembali meningkat di akhir periode MT Oktober. Rataan bulanan
nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-IV periode Januari 2005 hingga Desember 2010 disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - IV Bulan
Sebaran nilai SPL C
2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari
28,95 30,28 29,23 29,62 29,38 28,41 Februari
30,19 29,62 30,36 28,40 29,82 29,85 Maret 29,58
29,33 30,35
29,85 30,47
30,47 April 29,08
29,99 30,04
29,07 30,41
30,92 Mei 28,25
29,06 29,94
28,90 28,85
30,14 Juni 27,37
27,51 27,82
27,31 28,06
28,39 Juli 27,03
27,25 27,06
27,32 27,50
28,39 Agustus 27,01 - 27,67
27,57 27,08
27,59 September 27,20 27,08 27,67 27,65 27,45 28,30
Oktober 28,25 27,07
28,60 28,24
28,45 29,49
November 30,65 29,42 30,20 29,68 29,22 30,82 Desember 31,30 29,98 30,97 30,32 30,67 30,67
Ket : - = Tidak ada data
Pengaruh dari Laut Banda dan Laut Flores mendominasi kondisi perairan sekitar barat area kajian Kw-I dan IV dan tidak menjangkau kwadran kajian
lainnya di sisi timur karena intensitas dan tenggang waktu muson barat laut yang relatif singkat serta penyebaran aliran massa air permukaan yang cenderung
mengarah ke arah barat daya dan selatan. Secara temporal rataan sebaran nilai bulanan SPL Kw-V berkisar antara
27,11 C Agustus 2008 hingga 31,05
C November 2007, Desember 2009 dan Desember 2010. Sebaran nilai SPL tertinggi pada periode MP II dan MB
hingga periode MP I, dimana penurunan SPL umumnya terjadi di awal periode MT dan kembali mengalami peningkatan di akhir periode MT Oktober.
Kondisi perairan setempat lebih dominan dipengaruhi Laut Arafura, Laut Flores maupun Laut Banda
Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-V periode Januari 2005 hingga Desember 2010 dapat disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - V Bulan
Sebaran nilai SPL C
2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari
29,07 29,55 29,60 29,71 29,93 27,90 Februari
30,18 30,01 29,85 29,79 30,29 29,87 Maret 29,97
29,58 30,23
29,74 29,98
30,56 April 29,33
30,20 29,58
28,32 30,36
30,57 Mei 28,20
29,25 29,19
28,32 29,29
29,49 Juni 27,31
27,24 28,08
27,40 27,99
28,53 Juli -
- -
27,27 27,33
28,52 Agustus 27,28 -
- 27,11 27,23
27,76 September 27,34
- -
27,82 27,68 29,27 Oktober 28,50
27,14 28,74
28,34 28,01
29,77 November 30,27 29,13 31,05 30,20 29,06 30,85
Desember 30,30 30,13 30,71 30,37 31,05 31,05
Ket : - = Tidak ada data
Sebaran nilai SPL secara temporal pada Kw-VI berkisar antara 27,10 C
Agustus 2008 hingga 31,10 C November 2010. Umumnya sebaran nilai SPL
tertinggi pada periode MP II, MB dan MP I. Nilai SPL secara gradual mengalami penurunan di awal periode MT hingga mencapai nilai terendah di
pertengahan musim. Sebaran nilai SPL kambali akan mengalami peningkatan nilai menjelang akhir musim bulan Oktober. Kondisi dominan dipengaruhi
Laut Arafura maupun Laut Flores dengan karakteristik yang potensial. Distribusi dan aliran massa air dengan karakteristik bersuhu rendah akan terdorong masuk
dan mendominasi sekitar kwadran kajian lewat kemantapan sistem muson tenggara. Rataan bulanan nilai SPL data citra Aqua MODIS level 3 pada Kw-VI
periode Januari 2005 hingga Desember 2010 dapat disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran bulanan nilai SPL Kw - VI
Bulan Sebaran Suhu Permukaan Laut SPL
C 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Januari 29,07 30,16 30,13 30,33 29,61 27,92
Februari 31,04 30,33 31,03 28,88 29,62 30,41
Maret 30,67 29,93
29,74 30,31
29,52 30,86
April 29,17 30,30
29,45 29,01
30,34 30,84
Mei 28,83 29,25
29,48 27,63
29,19 29,63
Juni 27,93 27,55
28,18 27,34
28,36 27,48
Juli 27,35 27,16
27,70 27,14
27,60 27,48
Agustus 27,64 27,19
27,26 27,10
28,08 27,58
September 28,11 27,70 27,26 27,48 28,21 29,45 Oktober 29,11
27,43 29,15
28,71 28,31
29,75 November 30,09 29 30,13 30,05 29,78 31,10
Desember 30 30 30,41 30,85
30,06 30,06
c. Klorofil-a