Gambar 26 Pola ATPL bulanan Laut Banda, Kepulauan Kei dan Laut Arafura
4.2 Distribusi Parameter Oseanografi in-situ
Nilai dari masing-masing parameter hasil pengukuran lapangan dapat dilihat pada Tabel 29 dimana, hasil analisis menunjukan adanya perbedaan
tingkat kecerahan serta kedalaman kompensasi dari masing-masing stasiun yang disebabkan oleh faktor turbiditas maupun laju penetrasi matahari kedalam kolom
perairan. Kecerahan perairan bervariasi antara 20 hingga 32 meter sedangkan kedalaman kompensasi berkisar antara 54,16 hingga 86,98 meter dimana,
semakin tinggi tingkat kecerahannya maka semakin tinggi pula kedalaman kompensasi perairan setempat.
Stasiun pengamatan ke-I merupakan stasiun pengamatan dengan tingkat kecerahan serta kedalaman kompensasi tertinggi diantara kelima stasiun
pengamatan lainnya, sebaliknya tingkat kecerahan serta kedalaman kompensasi terendah pada stasiun IV. Hal tersebut disebabkan karena stasiun I merupakan
perairan oseanik yang tidak dipengaruhi oleh muatan padatan tersuspensi dari daratan yang dapat mengakibatkan kekeruhan perairan sebaliknya stasiun
pengamatan IV serta stasiun lainnya merupakan perairan dangkal yang cenderung mendapat sumbangan material dari daratan run-of yang berdampak
terhadap tingkat kecerahan.
Tabel 29 Distribusi data oseanografi in-situ
St Kecerahan Kedalaman
Kompensasi Stratifikasi
Parameter hidrology Koordinat
DO t ‰ Arus Chl-a
I 32
86,98 Permukaan 12,9 26 31 1,45 0,24 5° 10 45 LS
132° 10 10.8 BT
Pertengahan 11,3 26 32 2,19 0,03 Kompensasi 9,6 25 32 1,79 2,65
II 25
67,8 Permukaan 8,1
28 28 1,37 0,65 5°2 5 15.6 LS 132° 55
35.8 BT Pertengahan 8,1 27 28 0,97 1,09
Kompensasi 8,0 25 28 0,94 1,53 III
26 71,61
Permukaan 10,5 28 30 0,46 0,21 5° 50 42.8 LS 132° 27
12.6 BT Pertengahan 10,4 26 30 0,72 0,92
Kompensasi 10,2 25 31 0,77 0,82 IV
21 56,81
Permukaan 13,8 28 30 1,92 1,66 5° 55 15.9 LS
132° 49 16 BT
Pertengahan 13,5 27 30 1,48 0,24 Kompensasi 11,2 24 30 1,29 0,78
V 24
64,81 Permukaan 14.7 30 30 1,55 0,24 5° 33 39 LS
132° 31 38.9 BT
Pertengahan 10,9 27 32 1,55 0,92 Kompensasi 10 26 32 1,68 2,14
VI 20
54,16 Permukaan 11,5 25 30 1,13 0,44 5° 55 15.9 LS
132° 49 16.1 BT
Pertengahan 11,4 25 28 0,84 0,67 Kompensasi 10 25 28 0,79 0,41
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan
merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan. Tingkat kecerahan berhubungan dengan presentasi penyinaran
matahari serta pertambahan kedalaman perairan sebagaimana yang dijelaskan oleh Sukandarrumidi 2009, bahwa penyinaran cahaya matahari akan berkurang
dengan cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman lautan. Adanya bahan- bahan yang melayang-layang suspended matter dan tingginya nilai kekeruhan
di perairan dekat pantai, atau di muara sungai, penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini.
Pola sebaran nilai oksigen terlarut DO per kedalaman antar stasiun pengamatan cenderung seragam. Umumnya sebaran nilai DO akan menurun
sebanding dengan pertambahan kedalaman perairan dimana hal tersebut secara
jelas dapat dilihat pada Gambar 27.
Proses penurunan oksigen dalam air disebabkan oleh proses kimia, fisika dan biologi yaitu proses respirasi baik oleh hewan maupun tanaman, proses
penguraian dekomposisi bahan organik dan proses penguapan. Kelarutan oksigen ke dalam air terutama dipengaruhi oleh faktor suhu,
oleh sebab itu, kelarutan gas oksigen pada suhu rendah relatif lebih tinggi jika dibandingkan pada suhu tinggi. Distribusi oksigen secara vertikal dipengaruhi
oleh gerakan air, proses kehidupan di laut dan proses kimia Sutika, 1989. Kisaran nilai DO antara 7,91 hingga 14,7 mgl masing-masing pada
lapisan kompensasi stasiun II dan lapisan permukaan stasiun IV. Sebaran nilai DO terendah serta relatif seragam adalah pada stasiun II 7,91 hingga 8,1 mgl,
disamping stasiun III tiga. Sebaliknya variasi sebaran nilai DO yang cenderung menyolok adalah pada stasiun I 9.51 - 12.85 mgl, VI 10 - 14.7 mgl dan VI
11.24 - 13.83 mgl. Variasi sebaran nilai DO antar stasiun pengamatan maupun per
stratifikasi lapisan perairan menunjukan ketidakseragaman percampuran massa air. Kadar oksigen terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi
air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian diurnal dan musiman, tergantung pada pencampuran mixing dan pergerakan
turbulence massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah effluent yang masuk ke badan air. Interaksi antara atmosfer dengan permukaan laut sea air
circulation juga sebagai pemicu tingginya konsentrasi DO pada lapisan
permukaan. Oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya
suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara
air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman maka akan terjadi penurunan kadar
oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik
dan anorganik Odum, 1971.
Gambar 27 Konsentrasi oksigen terlarut DO in-situ Suhu in-situ berkisar antara 24
C Stasiun VI lapisan kompensasi hingga 30
C Stasiun V, lapisan permukaan. Sebaran suhu antar stasiun pengamatan relatif seragam, umumnya suhu mengalami penurunan sebanding
pertambahan kedalaman. Sebaran suhu stasiun I dan stasiun IV relatif rendah serta homogen, yang disebabkan faktor penetrasi matahari dalam hal transfer
energi serta proses percampuran masa air yang tidak merata. Pola sebaran suhu
perairan berdasarkan data in-situ dapat dilihat pada Gambar 28.
Diperairan lepas pantai yang dalam, angin berperan dalam percampuran lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai kira-kira setebal 50 - 70
meter atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Suhu akan homogen pada lapisan dengan salinitas homogen Nontji, 2007.
Gambar 28 Sebaran suhu perairan in-situ
24 25
26 27
28 29
30
I II
III IV
V VI
Sebaran suhu C
Surface Mid
CD 7
8 9
10 11
12 13
14 15
I II
III IV
V VI
DO m gl
Surface Mid
CD
Kecepatan arus berdasarkan ketiga lapisan perairan untuk keselurahan stasiun pengamatan berkisar antara 0,46 cmdet St III, lapisan permukaan
hingga 2,19 cmdet St I, lapisan permukaan. Nilai kecepatan arus in-situ disajikan pada Gambar 29, yang menunjukan pola yang berbeda antar stasiun
pengamatan. Perbedaan tingkat kecepatan arus cenderung pada lapisan permukaan dan
kedalaman kompensasi dibandingkan dengan lapisan pertengahan yang relatif stabil. Kecepatan arus pada stasiun I satu relatif tinggi tinggi karena
merupakan perairan terbuka disamping pengaruh faktor yang saat itu sedang berlangsung Periode MP I yang mengakibatkan tidak menentunya arah angin.
Berbeda dengan stasiun pengamatan lainnya yang adalah perairan pesisir serta terlindung oleh bentangan pulau sehingga kecepatan arus tidak signifikan.
Ciri dan karakter arus pada setiap stasiun umumnya disebabkan oleh adanya gerakan dorongan angin dimana Gross 1990, menyatakan bahwa angin
adalah faktor yang membangkitkan arus dan arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang
dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali sedangkan menurut Supangat
dan Susanna 2003, semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, sehingga semakin besar arus permukaan.
Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen.
Gambar 29 Kecepatan arus in-situ
0.5 1
1.5 2
2.5
I II
III IV
V VI
Kecptn a rus
sm det
Surface Mid
CD
Pola sebaran nilai salinitas antar stasiun pengamatan cenderung berbeda, namun umunya nilai salitas pada kedalaman kompensasi relatif tinggi
dibandingkan kapisan diatasnya. Sebaran nilai salinitas hasil pengukuran lapangan seperti disajikan pada Gambar 30, dengan kisaran nilai antara 28
hingga 33‰. Salinitas tertinggi pada stasiun I satu, berkisar antara 31 hingga 33‰ dan terendah pada beberapa stasiun lainnya.
Rendahnya sebaran nilai salinitas pada stasiun pengamatan II dua dan IV empat diduga selain karena ada masukan aliran air tawar dari beberapa
lokasi di pesisir barat Pulau Kei besar, juga limpasan massa air dari Laut Aru yang bersalinitas rendah karena waktu pengamatan lapangan bertepatan dengan
awal periode MT bulan Mey. Konsentrasi salinitas tidak terlepas dari pengaruh proses evaporasi
dimana garam-garam akan mengendap atau terkonsentrasi. Salinitas akan tinggi pada daerah dengan intensitas penguapan yang tinggi sebaliknya akan rendah
pada daerah yang rendah tingkat penguapannya akibat tingginya curah hujan lokal maupun masuknya aliran air tawar ke laut.
Sebaran salinitas perairan baik secara vertikal maupun horisontal berhubungan dengan arus yang membawa massa air, sedangkan sebaran vertikal
umumnya disebabkan oleh tiupan angin yang mengakibatkan terjadinya gerakan massa air secara vertikal Wyrtki, 1961.
Gambar 30 Sebaran salinitas in-situ. Nilai konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,03 hingga 2,65 mgl serta
variatif berdasarkan lapisan kedalaman perairan maupun antara stasiun
27 28
29 30
31 32
33
I II
III IV
V VI
Sebaran salinitas ‰
Surface Mid
CD
pengamatan walaupun pola sebaran cenderung seragam. Umumnya konsentrasi klorofil-a tertinggi pada kedalaman kompensasi Stasiun I, II dan V dimana,
khusus pada kedalaman kompensasi stasiun I satu yang merupakan perairan terbuka menunjukan perbedaan nilai konsentrasi yang sangat signifikan terhadap
lapisan di atasnya. Sebaran nilai konsentrasi klorofil-a berdasarkan data in-situ seperti yang disajikan pada Gambar 31.
Gambar 31 Konsentrasi klorofil-a in-situ. Konsentrasi klorofil-a di perairan pantai dan pesisir relatif tinggi
dibandingkan daerah laut lepas, karena adanya pasokan nutrient melalui run-off sungai dari daratan Nybakken, 1988. Sedangkan menurut Nontji 2007,
bahwa pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh
tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses pengangkatan massa air laut dalam ke permukaan yang memiliki kandungan nutrien dan
salinitas yang lebih tinggi serta suhu lebih rendah. Hasil penelitian sebelumnya oleh Sediadi et al. 1991 di sekitar perairan
kepulauan Kei, Aru dan Tanimbar, bahwa konsentrasi salinitas berkisar antara 32,24 hingga 34,33 ‰; suhu berkisar antara 22,20
C hingga 28,97 C;
konsentrasi DO berkisar antara 2,47 hingga 4,39 mll serta kandungan klorofil-a bervariasi baik antar stasiun maupun kedalaman yang berkisar antara 0,26 hingga
1,69 mll dengan rata-rata tertinggi pada 06 LS dan 134
BT yaitu 1,47 mgm
3
. Penelitian lainnya oleh Moore et al. 2003, mendapatkan bahwa konsentrasi
0.5 1
1.5 2
2.5 3
I II
III IV
V VI
Ko nsentra
si k lo
r-a m
g l
Surface Mid
CD
klorofil-a tertinggi secara vertikal baik di Laut Banda maupun perairan Kepulauan Kei berada pada lapisan 40 hingga 70 meter.
Hasil analisis dan kajian terhadap parameter oseanografi berdasarkan data citra satelit maupun data pengukuran lapangan in-situ, termasuk hasil penelitian
sebelumnya pada sekitar area kajian pada dasarnya tidak menunjukan perbedaan yang signifikan.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan