Strategi Pembangunan Melalui Pemberdayaan Masyarakat

ketidakseimbangan itu dapat makin membesar yang mengakibatkan makin melebarnya jurang kesenjangan. Dalam upaya mengatasi tantangan itu pendekatan yang paling tepat adalah melalui pemberdayaan masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga masyarakatnya sendiri dan tidak dapat dipengaruhi atau diidentifikasi oleh daerah luar Jhingan, 2004. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai demokrasi. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat people-centered, participatory, empowering, and sustainable Chambers, 1995. Kartasamita 2008 menjelaskan bahwa strategi pembangunan yang bertumpu pada pemihakan dan pemberdayaan dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat. Oleh karena itu kebijakan pembangunan harus diarahkan pada dua strategi, yaitu: 1. Strategi pertama adalah memberi peluang agar sektor dan masyarakat modern dapat tetap maju, karena kemajuannya dibutuhkan untuk pembangunan bangsa secara keseluruhan. Disini termasuk peningkatan efisiensi, produktivitas, dan pengembangan serta penguasaan teknologi, yang amat diperlukan untuk memperkuat daya saing. Intinya adalah memberikan keleluasaan kepada suatu sektor, yakni tanpa terlalu banyak campur tangan pemerintah. Bahkan dalam sektor tersebut jika masyarakat telah mampu, pemerintah harus mundur dari menangani kegiatan yang dapat dilakukan lebih baik atau sama baiknya oleh masyarakat. 2. Strategi kedua adalah memberdayakan sektor ekonomi dan lapisan rakyat yang miskin dan tertinggal dan hidup diluar atau di pinggiran jalur kehidupan modern. Strategi inilah yang harus dikembangkan oleh negara. Intinya adalah membantu rakyat agar lebih berdaya sehingga tidak hanya dapat meningkatkan kapasitas dan kemampuannya dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki, tetapi juga sekaligus meningkatkan kemampuan ekonomi nasional. Kedua strategi tersebut jelas tidak terlepas satu dengan lainnya. Keduanya saling berhubungan. Pola hubungan tersebut perlu ditata agar menghasilkan suatu struktur ekonomi dan masyarakat yang sinergis menuju kearah pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, merata, dan tumbuh diatas landasan yang kukuh.

2.2. Pembangunan Ekonomi Regional

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut Arsyad, 1999. Dengan demikian hakekat pembangunan ekonomi regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan fisik, sosial ekonomi regional tersebut, serta harus tunduk pada peraturan tertentu. Menurut Adisasmita 2008, pembangunan wilayah regional merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan kewiraswastaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. Demi keberhasilan pembangunan ekonomi regional itulah, maka pemerintah memberlakukan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Untuk mempercepat pengembangan perekonomian daerah, maka perlu memperbesar penanaman investasi pada lapangan usaha yang memiliki keterkaitan yang besar terhadap lapangan usaha lainnya. Dengan demikian akan dapat mendorong lapangan usaha lainnya yang mendukung lapangan usaha yang dijadikan kunci atau leading tersebut, sehingga akan bisa meningkatkan produksi regional secara keseluruhan melalui dampak multipliernya. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor Suyatno, 2000. Todaro diacu dalam Sirojuzilam 2008 mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.

2.3. Daya Saing Regional

Pembangunan ekonomi suatu daerah region berkaitan erat dengan potensi ekonomi dan karakteristik yang dimiliki oleh daerah serta adanya keterkaitan linkage kegiatan ekonomi antar daerah sekitarnya. Potensi ekonomi maupun karakteristik yang dimiliki suatu daerah pada umumnya berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya Glasson, 1977 diacu dalam Suparta, 2009. Pembangunan ekonomi yang hanya mengejar pertumbuhan tinggi dengan mengandalkan keunggulan komparatif semata berupa kekayaan alam yang berlimpah, upah tenaga kerja murah, dan posisi strategis, saat ini sulit untuk dipertahankan lagi. Daya saing tidak dapat diperoleh dari misalnya faktor upah rendah atau tingkat bunga rendah, tetapi harus pula diperoleh dari kemampuan untuk melakukan perbaikan dan inovasi secara berkesinambungan. Porter 1990 menyatakan bahwa faktor keunggulan komparatif telah dikalahkan oleh kemajuan teknologi. Namun demikian, setiap wilayah masih mempunyai faktor keunggulan khusus yang bukan didasarkan pada biaya produksi yang murah saja, tetapi lebih dari itu, yaitu adanya inovasi innovation. Daryanto 2004 menjelaskan bahwa dalam kajian regional, aspek local spesijic harus diperhatikan. Paradigma pembangunan wilayah saat ini perlu memperhatikan local spesific wilayah yang dapat meningkatkan potensi wilayah tersebut dan yang tidak hanya sekedar memanfaatkan keunggulan komparatif tetapi juga mempunyai keunggulan kompetitif yang tinggi. Menurut Imawan 2002 Peningkatan daya saing hanya bisa dilakukan bila satu kelompok masyarakat berhasil merumuskan satu paradigma baru. Daya saing atau kemampuan untuk besaing tidak tumbuh dengan sendirinya. Kalaupun ada yang berusaha menumbuhkan, hal itu tidak bisa dilakukan secara perorangan. PerIu penataan secara terpola dengan format yang jelas dan khas. Dengan kata lain, perIu format politik yang kondusif untuk bisa mereproduksi upaya pengembangan daya saing. Untuk itu, pertama-tama akan dibahas persoalan daya saing, dan setelah itu dirumuskan format yang diperIukan dalam rangka memfasilitasi reproduksi peningkatan daya saing. Dalam rangka mengembangkan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, daerah perlu mengembangkan sektor-sektor perekonomian sesuai dengan keunggulannya. Keunggulan sektor ekonomi daerah, dikarenakan sektor tersebut mempunyai permintaan atau ekspor yang tinggi. Hal itu dapat terjadi