Teori Pertumbuhan Berimbang Teori Pertumbuhan Berimbang dan Tidak Berimbang Balance and

informasi yang cukup untuk memperhitungkan risiko. Sehingga saat titik-imbang bagi industrialisasi tercapai, insentif swasta yang normal dapat berlangsung dengan baik dan pada akhirnya investasi dapat diambil-alih oleh swasta. Dengan demikian, sebuah dorongan besar ini akan dapat mengeluarkan ekonomi dari lingkaran-setan viciouscircle keterbelakangan dan memungkinkan terciptanya lingkaran-malaikat virtuous-circle pertumbuhan. Sepaham dengan tesis Rosenstein-Rodan tentang teori big push, Nurkse 1953 menyarankan beberapa perbaikan, yaitu koordinasi juga dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga swasta, misalnya oleh perbankan. Kontribusi teoretisnya ialah penekanan pada pentingnya mencapai keseimbangan diantara berbagai sektor di dalam ekonomi. Selain itu, diperlukan adanya perhatian terhadap jalur-jalur arah pembangunan dan pola investasi. Arah pembangunan perlu dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan diantara berbagai sektor dan tidak ada penghambat maupun ekses kapasitas, dan selain itu hal yang paling penting adalah proposisi sektor agraris dan sektor industri juga harus diseimbangkan. Hukum dasar yang digunakan Nurkse 1953 adalah apa yang dikenal sebagai Hukum Say; supply creates its own demand. Dengan pijakan itu, ia merekomendasikan satu model pembangunan berimbang yang digerakkan oleh penanaman modal pada semua sektor sehingga terjadi perluasan pasar secara serentak dan menyeluruh. Logikanya, satu sektor yang memproduksi output tertentu dan bersifat komplementer dengan output sektor lain akan bekerja saling mendorong dan menciptakan daya beli. Seperti halnya Nurkse 1953, Lewis 1954 melihat pentingnya keseimbangan agraris-industri. Konsep teori Lewis menggunakan asumsi dasar bahwa negara berkembang kemudian menjadi negara maju ditentukan oleh dua sektor, yaitu sektor agraris dan sektor industri. Keberadaan kedua sektor tersebut mendorong terjadinya perpindahan tenaga kerja dari sektor agraris ke sektor industri, dan proses ini pada akhirnya akan meningkatkan permintaan akan tenaga kerja tenaga kerja harus terus surplus. Disisi lain, keuntungan dari industri akan mendorong terjadinya saving dan investasi. Akan tetapi sektor industri dituntut untuk menjaga agar jumlah saving dan investasi senantiasa lebih besar dari jumlah inflasi dan upah. Dengan demikian, teori pertumbuhan berimbang balanced growth yang dipromosikan oleh Rosenstein-Rodan, Nurkse maupun Arthur Lewis menggariskan agar sektor modern tidak boleh terlalu jauh meninggalkan sektor tradisional. Jika semua kondisi yang diidealkan Nurkse terjadi, maka apa yang ia sebut sebagai vicious circle of poverty tidak akan menjadi masalah lagi dalam proses capital formation. Teori balanced growth ternyata mendapatkan beberapa kritik, seperti dari Solow-Swan 1956 dengan menyatakan; a. Percepatan pertumbuhan bisa terjadi karena meningkatnya tabunganinvestasi, b. Teori Lewis hanya berlaku untuk jangka pendek, dan c. Pertumbuhan jangka panjang akan kembali ke tingkat yang sebelumnya. Selain itu teori balanced growth juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain; a. Dorongan besar big push dalam praktik sulit dilakukan, b. Perencana harus berkonsentrasi pada sektor-sektor tertentu saja, c. Prioritas dapat dilakukan berdasarkan kaitan-kaitan antar industri linkages, d. Kaitan antar industri itu yang sering tidak jelas di negara-negara berkembang, dan e. Pergeseran ke industrialisasi tetap bisa membantu.

2.4.2. Teori Pertumbuhan Tidak Berimbang

Dalam berbagai diskusi dan pembahasan mengenai pembangunan, sangat sulit menemukan bukti bahwa semua negara mengikuti pola yang sama dan tertentu. Kebijakan pembangunan di beberapa negara menunjukan fakta adanya pemberian tekanan pada beberapa sektor industri tertentu, dan sektor-sektor industri yang menjadi sasaran penekanan juga berbeda-beda satu negara dengan negara lain. Sehingga lahirlah beberapa pendukung teori unbalanced growth, seperti Hirschman 1958, Rostow 1960, dan Perkins et.al.2001. Terhadap gagasan teori balanced growth itu, Hirchman 1958 menilai banyak hal yang tidak masuk akal dan teori tersebut dianggap gagal sebagai sebuah teori pembangunan. Satu yang terpenting dari kritik Hirchman adalah; model perekonomian dualistik yang menjadi pijakan teori dorongan besar big push dipaksakan untuk sebuah proses pencangkokan sektor modern yang sama sekali baru dan lengkap self-contained di atas sektor tradisional yang lengkap namun macet. Bagi Hirchman, dorongan besar yang dimaksud para eksponennya tidak akan menciptakan pembangunan development yang berarti perkembangan progress. Bertolak dari kritik terhadap model pertumbuhan berimbang balanced growth, Hirchman 1958 yang kemudian didukung juga oleh Rostow 1960, mengajukan argumen pertumbuhan tidak berimbang unbalanced growth. Bagi Hirchman, pembangunan pada dasarnya adalah rangkaian ketidakseimbangan disequilibrium. Secara sederhana, doktrin perkembangan tidak berimbang ini menolak keharusan investasi secara besar besaran untuk memompa setiap sektor ekonomi yang memiliki pola hubungan komplementer. Dengan membuat skala prioritas investasi yang tepat, perekonomian akan berputar terus dan proyek-proyek baru yang ia sebut sebagai induced investment akan berjalan memanfaatkan eksternalitas ekonomi maupun social overhead capital dari proyek sebelumnya. Hirschman 1958 menyadari perbedaan tersebut dan menggunakannya untuk mengusulkan pola pembangunan industrial yang berbeda, yaitu suatu negara dapat mengkonsentrasikan energinya hanya untuk beberapa sektor pada tahap awal pembangunannya. Hal ini disebabkan adanya beberapa alasan, yaitu: a. Kendala sumberdaya di negara berkembang membutuhkan skala prioritas. Ke mana investasi harus dilakukan terlebih dahulu? b. Big push harus ditujukan kepada beberapa industri saja, karena itu penting merumuskan “pertumbuhan tak berimbang”. c. Selalu ada kecenderungan tak berimbang. Misalnya, beberapa sektor yang didorong investasi mungkin mengalami overcapacity, yaitu outputnya menjadi makin murah karena economies of scale. d. Akibat selanjutnya adalah peralihan investasi ke sektor hulu upstream investments. Misalnya, oversupply listrik; karena listrik makin murah, ada kebutuhan pembangkit listrik di banyak sektor yang menyedot listrik dalam jumlah besar. e. Sektor kunci keysector bagi investasi awal harus ditentukan berdasarkan kaitan industrial ke depan maupun ke belakang backward dan forward linkages. Dua tahun setelah Hirchman 1958 menerbitkan The Strategy of Economic Development, Rostow 1960 menerbitkan The Stages of Economic Growth yang bisa dikatakan sebagai pendukung doktrin pertumbuhan tidak berimbang. Seperti Hirchman, Rostow membuat sebuah idealisasi pembangunan yang bersifat self- propelling dan bertumpu pada dua sektor; tradisional dan modern. Rostow sebagai ahli sejarah ekonomi kemudian membangun konstruksi teoritik dengan