Struktur Permintaan Akhir Berdasarkan Sektor

5.3.2.2. Struktur Permintaan Akhir Berdasarkan Komponen

Struktur permintaan akhir juga bisa dilihat dari komponennya, yaitu komponen konsumsi rumah tangga konsRT atau C, pengeluaran konsumsi pemerintah KonsPth atau G, pembentukan modal tetap domestik bruto atau Investasi pmtb atau I, dan sisa produksi barang atau jasa yang belum dikonsumsi, atau disebut juga sebagai perubahan stok stock atau S. Nilai struktur komponen permintaan akhir di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1993, 2000 dan 2006 ada pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Komponen Struktur Permintaan Akhir DKI Jakarta Uraian 1993 2000 2006 Nilai Rp Nilai Rp Nilai Rp KonsRT 15.855.954,16 40,82 83.430.963,91 55,23 195.299.813,21 46,95 KonsPth 3.487.389,91 8,98 9.361.349,90 6,20 72.011.120,18 17,31 Pmtb 18.984.195,85 48,87 57.209.964,02 37,87 146.883.635,82 35,31 Stok 520.191,24 1,34 1.048.307,99 0,69 1.759.790,02 0,42 38.847.731,16 100,00 151.050.585,82 100,00 415.954.359,23 100,00 Sumber: Data diolah. Berdasarkan Tabel 5.4 komposisi komponen permintaan akhir bisa divisualisasikan pada Gambar 5.1 yang menunjukkan bahwa selama tahun 1993, 2000, dan 2006 terlihat komponen konsumsi RT konsRT dan pembentukan modal tetap pmtb memiliki porsi yang cukup tinggi dalam pembentukan permintaan akhir. Sumber: Data diolah. Gambar 5.1 Komposisi Struktur Permintaan Akhir DKI Jakarta Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa pada tahun 1993 komponen konsumsi rumah tangga konsRT memiliki akumulasi permintaan yang tinggi, yaitu sebesar Rp. 15.855.954,16 atau 40,82 dan pembentukan modal tetap domestik bruto atau Investasi pmtb sebesar Rp.18.984.195,85 atau 48,87. Sementara konsumsi pemerintah KonsPth memiliki akumulasi permintaan sebesar Rp. 3.487.389.91 atau 8,98 dan terakhir untuk sisa produksi barang atau jasa yang belum dikonsumsi Stock memiliki permintaan Rp. 520.191,24 atau 1,34. Pada tahun 2000 konsumsi rumah tangga menjadi paling dominan, yaitu mencapai 83.430.963,91 atau 55,23, baru diikuti oleh komponen Pembentukan Modal Tetap atau Investasi Pmtb dengan nilai Rp. 57.209.964,02 atau 37,87. Sama seperti tahun sebelumnya komponen Konsumsi Pemerintah konsPth dan sisa produksi yang belum dikonsumsi stok hanya memiliki porsi 6,20 dan 0,69. Tahun 2006 secara umum komposisi dari permintaan akhir masih sama dengan tahun 2000, yaitu komponen konsumsi rumah tangga paling dominan yaitu mencapai Rp. 195.299.813,21 atau 46,95. Urutan kedua terbesar adalah proporsi komponen Pembentukan Modal Tetap atau Investasi pmtb dengan nilai Rp. 146.883.635,82 atau 35,31.

5.4. Keterkaitan Antar Sektor Perekonomian

Analisis keterkaitan bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antar sektor yang ada. Keterkaitan antar sektor perekonomian dapat dilihat dari dua sisi, yakni dari sisi keterkaitan ke belakang backward linkages dan dari sisi keterkaitan ke depan forward linkages.

5.4.1. Keterkaitan ke Belakang Backward Linkages.

Keterkaitan ke belakang menunjukkan daya penyebaran power of dispersion, artinya kalau terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap suatu sektor tertentu, maka sektor tersebut akan mendorong peningkatan output semua sektor yang menyediakan inputnya dengan kelipatan sebesar nilai multipliernya. Tabel 5.5. menunjukkan koefisien keterkaitan ke belakang backward linkages dan urutan ranking dari 23 sektor perekonomian di DKI Jakarta.