Pola pemijahan Alternatif Pengelolaan

Gambar 13. Hubungan panjang dan berat dengan fekunditas ikan selanget A. selangkat Bleeker 1852 Hasil yang didapat dari penelitian Anwar 2005 mengenai aspek reproduksi ikan selanget A. chacunda di perairan Pantai Mayangan, Pamanukan, Subang Jawa Barat tidak ada hubungan yang erat baik panjang total terhadap fekunditas maupun berat tubuh terhadap fekunditas, namun potensi reproduksi berkisar 125.083-1.828.222 butir sedangkan Teluk Jakarta hanya berkisar 63.392-387.543 butir. Perbedaan jumlah potensi reproduksi dikarenakan kondisi lingkungan perairan antara Jakarta Utara dengan Pantai Mayangan.

4.9. Pola pemijahan

Pola pemijahan dapat diketahui dari sebaran diameter telur termasuk ke dalam pemijahan total atau bertahap. Sebaran frekuensi telur yang diamati pada gonad betina TKG IV yang berjumlah 45 ekor. Sebaran diameter telur bervariasi dari 0,250 - 0,886 mm Lampiran 7. Terdapat modus penyebaran satu puncak yang mengindikasikan bahwa pola pemijahan ikan selanget adalah total spawner yaitu ikan selanget melepaskan telurnya dalam waktu singkat sekaligus. Ikan – ikan yang tergolong dalam total spawner biasanya memiliki ukuran diameter telur yang kecil, fekunditas yang besar dan musim pemijahan yang tetap Lowe-McConnell 1987. Pola pemijahan ikan selanget A. chacunda di perairan Pantai Mayangan, Pamanukan, Subang Jawa Barat ialah total spawner dengan ukuran diameter telur 355-403 µm. F = 5240 L ‐ 53538 R² = 0.227 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 100 200 fekunditas panjang mm F = 5409 W ‐ 22918 R² = 0.243 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 20 40 60 80 fekunditas berat g Gambar 14. Sebaran diameter telur TKG IV ikan selanget A. selangkat Bleeker 1852

4.10. Alternatif Pengelolaan

Ikan selanget A. selangkat merupakan ikan demersal di perairan Teluk Jakarta. Ikan selanget ini memiliki nilai ekologis yaitu sebagai pemakan dasar dan detritus. Selain itu, ikan selanget juga memiliki nilai ekonomis penting sebab dapat dijadikan bahan konsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan ikan asin, pindang. Kelimpahan ikan selanget haruslah dijaga sebab apabila populasi ikan selanget terlalu banyak maka yang menjadi mangsa ikan selanget akan mengalami penurunan demikian juga kalau populasi ikan selanget terlalu sedikit maka mangsa ikan selanget pun akan meningkat. Atau bahkan apabila populasi ikan selanget sudah menipis, lambat laun akan menyebabkan kepunahan. Oleh karena itu diperlukannya pengelolaan yang tepat untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan di alam, yaitu pembesaran ukuran mata jaring 2 inci dan melakukan pembatasan penangkapan terutama pada waktu puncak pemijahan. Pengelolaan ini dilakukan haruslah berdasarkan hasil kajian. Hasil kajian ini dapat dijadikan dasar pengelolaan. Berdasarkan hasil kajian, nisbah kelamin di perairan Teluk Jakarta cukup baik sebab jumlah ikan betina lebih banyak daripada ikan jantan walaupun tidak ideal 1:1. Walaupun ikan selanget hanya dijadikan hasil tangkapan sampingan, namun ukuran mata jaring dogol haruslah diperhatikan yang mengacu pada ukuran pertama kali matang gonad betina sebab ukuran pertama kali matang 1 65 252 459 564 417 348 107 15 21 1 100 200 300 400 500 600 frekuensi selang panjang mm gonad betina lebih pendek dibandingkan jantan. Ukuran mata jaring haruslah diperbesar 2 inci sebab yang digunakan saat ini berukuran 1 inci 25,4 mm sedangkan tinggi ukuran ikan pertama kali matang gonad ialah 51,644 mm pada ukuran panjang 139 mm supaya ikan selanget bisa melakukan pemijahan terlebih dahulu sebelum ditangkap agar ada recruitment alami yang berasal ikan selanget itu sendiri. Waktu penangkapan sebaiknya dilakukan setelah ikan mengalami puncak pemijahan yaitu setelah bulan Agustus sebab jumlah TKG IV pada bulan Agustus terbanyak pada bulan Agustus. Walaupun kondisi mangrove di Teluk Jakarta hanya ada dua titik namun haruslah dijaga kondisi supaya masih tetap tersedia makanan untuk ikan selanget.

5. KESIMPULAN DAN SARAN