Hubungan Panjang - Berat Ikan Selanget A. selangkat Jantan dan Hubungan Panjang - Tinggi Ikan Selanget A. selangkat Jantan dan

ujung sebelah timur pulau. Namun kondisi terumbu karang di Pulau Damar ini mengindikasikan mengalami kerusakan sebab adanya sedimen akibat penumpukan rampart yang terangkut ke pantai menjadi tanggul-tanggul pantai di sebelah barat dermaga. Mangrove di sekitar Pulau Damar yang memberikan ketersediaan makanan untuk ikan selanget dan kondisi lingkungan yang tak terlalu buruk bila dibandingkan dengan kondisi lingkungan di Teluk Jakarta.

4.2. Hubungan Panjang - Berat Ikan Selanget A. selangkat Jantan dan

Betina Panjang total ikan dengan berat ikan terdapat korelasi yang erat, hal ini ditunjukkan oleh nilai r koefisien korelasi. Nilai R 2 menunjukkan seberapa hubungan yang nyata antara panjang dengan berat. Nilai b menunjukkan kecenderungan pertambahan panjang dan berat. Hal ini disebabkan oleh faktor- faktor disekitar organisme seperti kondisi lingkungan perairan dan ketersediaan makanan. Gambar 4. Hubungan panjang dengan berat ikan selanget A. selangkat Bleeker 1852 Jantan a dan betina b Koefisien korelasi r ikan jantan dan ikan betina masing-masing sebesar 0,9633 dan 0,9685 yang bermakna hubungan antara log panjang dengan log berat baik ikan jantan maupun ikan betina memiliki korelasi yang sangat erat. Koefisien determinasi R 2 untuk ikan jantan sebesar 0,928 yang bermakna variabel panjang W = 0,087L 3,0280 R² = 0.928 r = 0,9633 n = 121 10 20 30 40 50 60 70 80 100 200 berat g panjang mm a W = 0,077L 3,0097 R² = 0.938 r = 0,9685 n = 279 10 20 30 40 50 60 70 80 90 50 100 150 200 berat g panjang mm b tubuh ikan jantan dapat menjelaskan berat tubuh sebesar 92,8 dan untuk ikan betina memiliki R 2 sebesar 0,938 yang bermakna variabel panjang tubuh dapat menjelaskan berat tubuh sebesar 93,8, sehingga setiap penambahan panjang tubuh akan menyebabkan berat tubuh bertambah pula. Ikan jantan memiliki nilai b = 3,0280 dan ikan betina b = 3,0097 Gambar 4. Uji t yang dilakukan terhadap ikan jantan dan ikan betina, keduanya menghasilkan pola pertumbuhan isometrik yang menunjukkan nilai b = 3 lampiran 1. Pertumbuhan isometrik menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang seimbang dengan pertumbuhan berat. Menurut Anwar 2005 ikan selanget A. chacunda di pantai Mayangan, Subang tipe pertumbuhan ikan jantan bersifat isometrik sedangkan ikan betina bersifat allometrik negatif.

4.3. Hubungan Panjang - Tinggi Ikan Selanget A. selangkat Jantan dan

Betina Dalam pengelolaan penangkapan ikan haruslah dikontrol alat tangkap yang digunakan, baik berupa jaring maupun alat pancing. Pengelolaan ikan- ikan yang ditangkap oleh jaring haruslah diatur ukuran mata jaring tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan ikan melakukan pemijahan terlebih dahulu sebelum tertangkap, supaya tetap ada keberlangsungan spesies tersebut. Data hubungan panjang total dengan tinggi tubuh ini diperlukan dalam pengelolaan penerapan ukuran mata jaring yang digunakan dalam proses penangkapan. Dalam pengelolaan mesh size diperlukan data tinggi tubuh ikan. Hubungan tinggi tubuh dengan panjang ikan dapat dilihat pada Gambar 5 berdasarkan Lampiran 2. Jumlah contoh ikan yang diambil untuk menganalisis hubungan panjang dengan tinggi tubuh ikan berjumlah 11 ekor. Koefisien korelasi yang didapat dari hubungan panjang dengan tinggi tubuh ikan ialah 0,958 hal ini menunjukkan bahwa hubungan panjang dengan tinggi tubuh memiliki hubungan yang sangat erat. Koefisien determinasi R 2 yang didapat sebesar 0,919 yang bermakna variabel panjang ikan dapat menjelaskan tinggi tubuh ikan sebesar 91,9. Persamaan yang dihasilkan dapat menduga tinggi ikan pada saat panjang ikan matang gonad pertama kali. Gambar 5. Hubungan panjang dengan tinggi ikan selanget A. selangkat Bleeker 1852

4.4. Faktor Kondisi