Profil Kota Depok SITUASI DAN KONDISI
kelompok meninggalkan suku asal dan daerah asal mereka, mencari daerah baru dan menjadikannya tempat tinggal yang baru.
5
Ketika suatu kelompok yang pindah atau melakukan migrasi ke suatu wilayah, mereka akan menemukan kelompok-kelompok lain di wilayah tempat tinggal
barunya, yang mungkin merupakan penduduk asli, ataupun kelompok dari daerah lain yang melakukan migrasi juga.
6
Dengan demikian, maka terbentuklah kelompok- kelompok di dalam suatu wilayah, yang terdiri dari penduduk asli, dan penduduk
pendatang yang berasal dari kelompok-kelompok yang melakukan migrasi. Dengan adanya kelompok-kelompok ini, maka terjadilah pergaulan hidup antara
anggota kelompok-kelompok itu dalam suatu waktu yang lama, dan terjadilah asimilasi kebudayaan yaitu kebudayaan masing-masing kelompok saling
menyesuaikan diri, sehingga terbentuklah kebudayaan baru. Akan tetapi, hal itu tidak selalu dapat berdampingan antara kebudayaan baru yang dibawa oleh penduduk
pendatang dengan budaya yang sudah ada di dalam wilayah penduduk asli. Dengan terjadinya migrasi di kota Depok, penduduk kota Depok dapat
dikualifikasikan menjadi dua, yakni penduduk asli dan penduduk pendatang. Penduduk asli merupakan penduduk kota Depok, yang memang dari awal menempati
wilayah Depok, dan menetap di kota Depok, wilayah ini meliputi wilayah Beji, Pondok cina, Kukusan dan beberapa wilayah yang berada di Sawangan, sehingga
terciptalah masyarakat yang homogen.
5
Sidi Gazalba, Antropologi Budaya II Gaya Baru, Cet.II, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hal. 141.
6
Ibid. hal. 143.
Sedangkan penduduk pendatang ialah penduduk yang berasal dari para pendatang dari berbagai kota, provinsi, pulau dan lain sebagainya seperti dari pulau Sumatera,
Jawa, dan lain sebagainya, kemudian tinggal di kota Depok dan tidak seluruhnya menetap di kota Depok, para pendatang ini seringkali datang dan pergi, sehingga
terciptalah masyarakat yang heterogen berasal dari berbagai kota, provinsi, pulau dan lain sebagainya.
Dengan adanya penduduk asli dan penduduk pendatang memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda di antara keduanya, sehingga ini mempengaruhi
perkembangan Aisyiyah kota Depok. Oleh karenanya, dalam melaksanakan program- program kerjanya terdapat perbedaan bentuk dan perkembangan Aisyiyah kota Depok
antara yang di wilayah penduduk asli dengan yang di wilayah penduduk pendatang. Salah satu contoh yang dapat dilihat pada Aisyiyah ranting Beji, dimana wilayah
Beji ini merupakan wilayah bagi penduduk asli. Wilayah penduduk asli ini memiliki karakteristik yang kurang terbuka dan agak kaku, dalam arti mereka enggan membaur
dan bergabung apabila dianggap berbeda dengan yang biasa mereka lakukan, masih sangat bergantung pada keputusan tokoh yang mereka anggap sebagai sesepuh
mereka. Selain itu, pada sisi pengkaderan wilayah penduduk asli ini tidak mengizinkan
bagi anggota yang berasal dari penduduk pendatang apabila ingin masuk pada struktur kepengurusan Aisyiyah meskipun ia memiliki kapasitas, menurut mereka
yang menjadi pengurus Aisyiyah haruslah berasal dari penduduk asli dan karirnya di Aisyiyah haruslah dari dasar hingga mencapai tingkat yang tinggi, dan harus atas
persetujuan tokoh yang dianggap penting dan sudah sesepuh, apabila tidak memenuhi
persyaratan itu maka tidak diperbolehkan seseorang untuk menjadi pengurus Aisyiyah di wilayah penduduk asli ini.
7