Manajemen Organisasi SITUASI DAN KONDISI

2. Pengawasan tidak langsung, yaitu pengendalian jarak jauh melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. 3. Pengawasan berdasarkan kekecualian, yaitu pengendalian yang khusus dilakukan pada penyimpangan-penyimpangan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan.

D. Kepemimpinan leadership

Menurut G.R. Terry, kepemimpinan ialah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan. 10 Untuk itu dalam suatu organisasi yang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai, maka dibutuhkan seorang pemimpin. Macam-macam wewenang seorang pemimpin, antara lain: 1. Wewenang formal, yakni wewenang sah yang dimiliki seorang pemimpin karena kedudukannya. a. Wewenang yang diberikan oleh atasan kepada pimpinan yang lebih rendah. b. Wewenang yang mendasarkan diri pada pimpinan yang dipilih oleh mereka yang akan menjadi bawahannya. 2. Wewenang karena wibawa yang dimiliki seseorang, misalnya karena seseorang, misalnya karena usia, pendidikan, kepribadian, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan kelompok dan kepuasan bawahan. 10 Ibid., hal. 63. Dalam hal mengenai pemimpin Aisyiyah di kota Depok dipilih dan memiliki wewenang sebagai seorang pemimpin karena wewenang yang mendasar pada pimpinan yang dipilih oleh para anggota dan karena kapasitas yang dimiliki, salah satunya dari segi pendidikan, akan tetapi terdapat sedikit masalah dalam hal mengenai unsur-unsur komunikasi, yakni dalam hal pesan, yaitu informasi dan perintah yang disampaikan. Artinya, dalam unsur informasi dan perintah kurang sesuai dengan kadar dan porsinya sebagai seorang pemimpin, hal ini terlihat disaat akan diadakan sebuah acara, sebagai seorang ketua dalam sebuah organisasi yang masih melakukan penyebaran surat, seharusnya dalam unsur komunikasi yang baik hal itu bukan bagian dari tugas seorang ketua dalam sebuah organisasi. Selain itu, dari segi pengkaderan juga ditemukan bahwa terdapat kurangnya partisipasi kaum mudanya, padahal seharusnya kaum muda dalam organisasi Aisyiyah kota Depok juga dilibatkan dalam kegiatan ini agar ada inovasi-inovasi baru, pemikiran-pemikiran baru, dan juga bagi kaum muda, khususnya bagi kaum perempuannya dapat menjadikan organisasi Aisyiyah sebagai salah satu wadah untuk belajar Islam, khususnya mengenai bagaimana hak dan kewajiban perempuan di dalam ajaran Islam, mengingat fenomena kondisi kaum muda yang terjadi, khususnya pada kaum perempuan banyak yang telah menyimpang dari sisi prilakunya banyak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, misalnya dari segi prilaku seperti sopan santun cara berprilaku kepada orang tua, cara bergaul, dan lain sebagainya. 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Mayoritas masyarakat kota Depok menganut agama Islam, namun demikian pemahaman mereka mengenai ajaran Islam cukup minim, khususnya kaum perempuannya. Hal ini dapat diketahui dari segi keagamaan, banyak masyarakat yang telah banyak menyimpang dari ajaran Islam, seperti adanya benda-benda berhala di sekitar rumah masyarakat, kemudian selain itu juga banyak masyarakat yang tidak dapat membaca Al- Qur’an, bahkan belum mengenal huruf, khususnya huruf Arab. Dari segi pendidikan masyarakat kota Depok saat itu dapat dikatakan masih rendah, karena masih banyak yang berhenti sekolah pada tingkat sekolah dasar. Selain itu, dari sisi ekonomi mayoritas masyarakat di wilayah ini berasal dari golongan menengah ke bawah. Untuk itu, melihat berbagai persoalan yang ada di masyarakat kota Depok, Aisyiyah didirikan di kota Depok oleh pendirinya, yakni ibu Hj. Ummi Kulsum. Aisyiyah kota Depok bermula dari ranting Beji Timur yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Aisyiyah kota Depok telah berdiri pada tahun 1975 dalam bentuk ranting Beji Timur, dan menjadi tingkat Daerah PDA kota Depok pada tahun 1994. Pada awal didirikannya Aisyiyah di ranting Beji Timur ini, pendirinya mengadakan kegiatan pengajian, memberikan ceramah yang materinya mengenai ajaran Islam berdasarkan Al- Qur’an dan Al-Hadist, memberikan pemahaman tentang keorganisasian Aisyiyah, serta mengajarkan keterampilan seperti belajar menjahit, yang diadakan di kediaman ibu Hj. Ummi Kulsum, yakni pendiri Aisyiyah kota Depok. Adapun peran serta kontribusi Aisyiyah kota Depok bagi pemberdayaan masyarakat Islam, khususnya kaum perempuan di kota Depok diwujudkan melalui Amal Usaha Aisyiyah di bidang pendidikan, majelis tabligh, serta kesejahteraan sosial. Dalam bidang pendidikan, Aisyiyah kota Depok menyadari pentingnya unsur- unsur pendidikan bagi pembinaan generasi muda sejak usia dini, oleh karenanya Aisyiyah kota Depok mewujudkannya melalui diselenggarakannya lembaga Bustanul Athfal Aisyiyah atau taman kanak-kanak Aisyiyah yang hingga saat ini sudah mencapai sebanyak 24 TK Aisyiyah. Dalam bidang majelis tabligh, Aisyiyah kota Depok menyelenggarakan pengajian-pengajian yang diadakan di setiap ranting, cabang, serta di tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah PDA kota Depok, serta mengadakan pembinaan bagi para mubaligh. Dalam bidang kesejahteraan sosial, mendirikan panti asuhan yang bekerja sama dengan Muhammadiyah kota Depok. Akan tetapi, terdapat Amal Usaha Aisyiyah kota Depok yang tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya, seperti dalam bidang ekonomi, kesehatan dan lainnya. Beberapa Amal Usaha Aisyiyah kota Depok yang sudah tidak berjalan sebagimana mestinya dikarenakan adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat, di antaranya: 1. Adanya faktor hambatan budaya kultur; 2. Adanya faktor kepemimpinan leadership; 3. Adanya faktor manajemen waktu dalam kepengurusan organisasi Aisyiyah.