1. Kecamatan Cimanggis, yang tediri dari 1 kelurahan dan 12 desa, antara lain:
Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Harjamukti, Desa Sukatani,
Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung. 2.
Desa Sawangan, yang tediri dari 14 desa, antara lain: Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok
Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan, Desa Bedahan, Desa Pasir
Putih. 3.
Kecamatan Limo, tediri dari 8 desa, antara lain: Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru,
Desa Krukut, Desa Grogol. 4.
Dan ditambah 5 desa dari Kecamatan Bojong Gede, antara lain: Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa
Pondok Jaya.
B. Hambatan Kultur Budaya
Terjadinya migrasi telah membawa suatu kelompok dari suatu wilayah ke wilayah lain sehingga membawa dampak perubahan seperti perubahan ekonomi, misalnya
nilai pembangunan, perubahan kebudayaan dalam masyarakat, seperti nilai-nilai dalam pergaulan, dan lain sebagainya. Dengan migrasi semakin lama, semakin
banyak jumlah penduduk, sehingga terjadilah pembelahan suku kelompok demi
kelompok meninggalkan suku asal dan daerah asal mereka, mencari daerah baru dan menjadikannya tempat tinggal yang baru.
5
Ketika suatu kelompok yang pindah atau melakukan migrasi ke suatu wilayah, mereka akan menemukan kelompok-kelompok lain di wilayah tempat tinggal
barunya, yang mungkin merupakan penduduk asli, ataupun kelompok dari daerah lain yang melakukan migrasi juga.
6
Dengan demikian, maka terbentuklah kelompok- kelompok di dalam suatu wilayah, yang terdiri dari penduduk asli, dan penduduk
pendatang yang berasal dari kelompok-kelompok yang melakukan migrasi. Dengan adanya kelompok-kelompok ini, maka terjadilah pergaulan hidup antara
anggota kelompok-kelompok itu dalam suatu waktu yang lama, dan terjadilah asimilasi kebudayaan yaitu kebudayaan masing-masing kelompok saling
menyesuaikan diri, sehingga terbentuklah kebudayaan baru. Akan tetapi, hal itu tidak selalu dapat berdampingan antara kebudayaan baru yang dibawa oleh penduduk
pendatang dengan budaya yang sudah ada di dalam wilayah penduduk asli. Dengan terjadinya migrasi di kota Depok, penduduk kota Depok dapat
dikualifikasikan menjadi dua, yakni penduduk asli dan penduduk pendatang. Penduduk asli merupakan penduduk kota Depok, yang memang dari awal menempati
wilayah Depok, dan menetap di kota Depok, wilayah ini meliputi wilayah Beji, Pondok cina, Kukusan dan beberapa wilayah yang berada di Sawangan, sehingga
terciptalah masyarakat yang homogen.
5
Sidi Gazalba, Antropologi Budaya II Gaya Baru, Cet.II, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hal. 141.
6
Ibid. hal. 143.