Sanitasi Hubungan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygine Ibu Balita dan Kebiasaan Jajan dengan Riwayat Penyakit Diare pada Balita Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

24 teknis kesehatan diharapkan tidak ada lagi pencemaran terhadap air bersih, maka kualitas air yang diperoleh menjadi baik. Persyaratan kesehatan sarana air bersih sebagai berikut: 1. Sumur Gali SGL a. Jarak sumur gali dari sumber pencemar minimal 11 meter b. Lantai harus kedap air c. Tidak retak atau bocor d. Mudah dibersihkan e. Tidak tergenang air f. Tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai, dibuat dari bahan yang kuat dan kedap air g. Dibuat tutup yang mudah dibuat h. Lantai sekitar sumur dibuat dengan jarak minimal 1 meter dari dinding sumur, dengan kemiringan yang cukup untuk memudahkan air mengalir keluar, dan dibuat kedap air untuk mencegah merembesnya air kotor 25 i. Dinding sumur dibuat kedap air, dengan kedalaman minimal 3 meter di bawah permukaan tanah j. Terdapat saluran pembuangan air kotor SPAL 2. Sumur Pompa Tangan SPT a. Sumur pompa berjarak minimal 11 meter dari sumber pencemar b. Dinding sumur harus kedap air setinggi 70 sentimeter di atas permukaan tanah atau permukaan air banjir c. Lantai tidak retak atau bocor d. SPT harus kedap air e. Panjang SPT dengan sumur resapan minimal 11 meter f. Dudukan pompa harus kuat g. Lantai sumur dibuat minimal 1 meter dari dinding sumur dengan ketinggian 20 sentimeter di atas permukaan tanah h. Saluran pembuangan harus ada untuk mengalirkan air limbah ke bak peresapan i. Kedalaman sumur cukup untuk mencapai lapisan tanah yang mengandung air; 26 j. Dinding sumur dibuat yang kuat agar tanah tidak longsor 3. Penampungan Air Hujan PAH a. Talang air yang masuk ke bak PAH harus dipindahkan atau dialihkan agar air hujan pada 5 menit pertama tidak masuk ke dalam bak b. Lokasi jauh dari sumber pencemar c. Talang saluran air tidak kotor dan dapat mengalirkan air d. Dinding penampung air hujan harus kuat dan tidak bocor e. Bak saringan terbuat dari bahan yang kuat dan rapat nyamuk serta dilengkapi kerikil, ijuk, dan pasir f. Pipa peluap dipasang kawat kasa rapat nyamuk dan tidak menghadap ke atas g. Kran air tidak rusak h. Bak resapan terdapat batu, pasir, dan bersih i. Sebelum digunakan, air hujan harus ditambah dengan kapur CaCO3, dengan tujuan untuk mencukupi garam mineral yang diperlukan tubuh dan untuk 27 mengurangi kandungan CO2 yang terlarut dalam air hujan Machfoedz, 2004 4. Perlindungan Mata Air PMA a. Sumber air harus pada mata air, bukan pada saluran air yang berasal dari mata air tersebut yang kemungkinan tercemar b. Lokasi harus berjarak minimal 11 meter dari sumber pencemar c. Atap dan bangunan rapat air serta di sekeliling bangunan dibuat saluarn air hujan yang arahnya keluar bangunan, pipa peluap dilengkapi dengan kawat kaca d. Lubang kontrol pada bak penampungan dipasang tutup dan terbuat dari bahan yang kuat e. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan dengan kemiringan mengarah pada pipa penguras f. Terdapat pagar pengaman yang kuat dan tahan lama g. Terdapat saluran pembuangan air limbah yang kedap air 28 5. Perpipaan a. Pipa yang digunakan harus kuat tidak mudah pecah b. Jaringan pipa tidak boleh terendam air kotor c. Pemasangan pipa tidak boleh terendam air kotor atau air sungai d. Bak penampung harus kedap air dan tidak dapat tercemar oleh kontaminan e. Bak pengambilan air dari sarana perpipaan harus melalui kran f. Pipa distribusi yang dipakai harus terbuat dari bahan yang tidak mengandung atau melarutkan bahan kimia g. Sebelum disalurkan ke konsumen, sumber air utama yang digunakan harus diolah dulu dengan metode yang tepat Waluyo, 2009; Mahfoedz, 2004; Depkes RI, 1995

2. Jamban

Jamban adalah salah satu ruangan yang memiliki fasilitas pembuangan kotoran manusia sederhana yang terdiri dari tempat jongkok dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk 29 membersihkan. Sedangkan kotoran manusia tinja, air seni adalah zat sisa yang terbentuk dari proses pencernaan makanan yang dapat menjadi sumber dan media penularan penyakit. Kesehatan lingkungan memperhatikan hal-hal seperti tinja dan air seni karena memilkik karakteristik yang khas dalam penyebab timbulnya penyakit. Jamban sebagai pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan risiko penularan penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan kotoran manusia dibedakan atas 4 jenis sarana, yaitu kakus leher angsa, plengsengan, kakus cemplung dan cubluk Depkes RI, 2000 Pembuangan kotoran merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan. Pembuangan kotoran ini merupakan salah satu faktor lingkungan untuk memenuhi derajat kesehatan yang setinggi-tingginya Mubarak dan Chayatin, 2009 1. Jenis Sarana Jamban Jenis jamban yang digunakan menunjukkan apakah tempat pembuangan kotoran tersebut memenuhi syarat atau tidak dilihat dari kemungkinan mencemari 30 lingkungan sekitarnya seperti sumber air dan permukaan tanah serta kemungkinan digunakan sebagai tempat vektor berkembang biak dan penyebaran kuman yang berasal dari tinja. Pada jenis jamban bukan jenis kakus leher angsa seperti kakus cemplung, kali, kolam dan sungai kemungkinan terjamahnya kotoran oleh serangga atau vektor lain lebih besar dibandingkan dengan jenis kakus leher angsa sehingga meningkatkan risiko terhadap penularan penyakit serta kemungkinan terjadinya kontaminasi tinja pada sumber air. Ada beberapa jenis jamban menurut Wagner dan Lanoix 1958, yaitu: 1. Kakus cemplung pit privy Kakus dengan cara paling sederhana, yaitu dengan cara membuat lubang atau menggali tanah kemudia dibat tempat jongkok. Biasanya digunakan di daerah sulit air. 2. Cubluk berair aqua privy Cubluk berair ini adalah seperti kakus cemplung namun memiliki konstruksi yang kedap air sehingga dibangun di dekat rumah. Jamban ini memerlukan banyak air dalam pemeliharaan. 31 3. Angsa latrine water seraled latrine Bentuk kakus yang dimodifikasi klosetnya, yaitu berbentuk leher angsa yang selalu terisi air. Fungsi air adalah sebagai penutup hubungan antara bagian luar dengan tempat penampung tinja sehingga dapat menghambat bau tinja keluar atau serangga masuk ke dalam penampungan tinja. Jamban ini memerlukan banyak air. 4. Kakus plengsengan trench latrine Kakus plengsengan adalah kakus dengan lubang penampung yang dihubungkan dengan saluran miring. 5. Jamban cemplung overhung latrine Kakus yang dibuat di atas kolam atau di pinggiran kali dengan bangunan seperti rumah non permanen. Kakus ini tidak memenuhi syarat kesehatan karena dapat mencemari air kolam atau air sungai. 6. Tangki septik septic tank Model jamban iini terdiri dari tempat jongkok dan dilengkapi tangki septik. Fungsi 32 umum dari tangki septik ini adalah melindungi kemampuan absorbsi dari tanah resapan. Sedangkan fungsi khususnya adalah sebagai pengambilan bahan padat, pengolahan biologis, penyimpanan sludge dan scum Kusnoputranto, 1997. Jamban ini memenuhi syarat kesehatan tetapi memerlukan temat yang cukup luas. 7. Kakus ember bucket latrine Kakus ember adalah kakus berbentuk ember yang merupakan tempat menampung kotoran manusia dan setelah selesai kotorannya dibuang ke tempat pembuangan. 8. Jamban kimia chemical toilet Jamban kima adalah tempat pembuangan atau penampungan kotoran manusia yang berupa tangki atau bejana yang berisi larutan kimia yang berfungsi untuk pengenceran atau penghancuran sekaligus disinfeksi. 9. Jamban kompos the compos privy Jamban kompos adalah tempat pembuangan kotoran manusia sekaligus memproses menjadi 33 kompos. Biasanya banyak di negara-negara sedang berkembang karena tidak memerlukan tekonologi dan biaya yang cukup tinggi. Hal ini perlu mendapat perhatian adalah kehidupan mikroorganisme atau patogen. Pembuangan kotoran di sembarang tempat akan berdampak negatif pada kesehatan manusia yang hidup di sekitarnya karena kotoran tersebut menjadi sumber penyakit yang dapat ditularkan melalui serangga, lalat dan kecoa secara mekanis. Penularan melalui air, tanah dan akanan dapat secara tidak langsung atau melalui kontak langsung. Hal tersebut senada dengan pendapat Kusnoputranto 1984 bahwa kotoran manusia yang berbentuk padat tinja maupun cair air kemih harus dikelola dengan baik dan benar. Kotoran tidak hanya menimbulkan bau dari segi estetika namun tidak baik pula dari segi virus, bakteri, kista protozoa, telur cacing dan mikroorganisme patogen lainnya yang terdapat dalam kotoran yang dapat menyebabkan penyakit pada individu lain. 34 3. Pembuangan Air Limbah Air limbah menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 adalah sisa dari suatu usaha danatau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga domestic waste maupun industrial waste. Air limbah rumah tangga terdiri atas tiga faktor penting, yaitu : 1. Tinja feces, berpotensi mengandung mikroba patogen 2. Air seni urine, umumnya mengandung mikroba nitrogen, posfor dan sedikit mikroorganisme 3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi Air limbah industri umunya dihasilkan akibat adanya pemakaian air dalam proses industri. Pada industri, air memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses industri 2. Mentransportasikan produk atau bahan baku 3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman dan sebagainya 4. Mencuci dan membuat produk atau gedung serta instalasi Mubarak dan Chayatin, 2009. 35 Selain itu menurut Kusnoputranto 2000 air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada. Batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Air sisa ini memiliki volume yang besar dan kurang lebih 80 dari air yang digunakan dibuang dan tercemar. Air limbah ini akan mengalir ke sungai dan laut yang selanjutnya akan digunakan kembali. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan diolah dengan baik. 36

4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Sampah wastes diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia , serta tidak terjadi dengan sendirinya Mubarak dan Chayatin, 2009. Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan; penyimpanan sementara, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat seperti teknik engineering, perlindungan alam conservation, keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lainnya, serta mempertimbangkan sikap masyarakat. Pengelolaan sampah pada saat ini merupakan masalah yang kompleks, karena semakin banyaknya sampah yang dihasilkan, beraneka ragam komposisinya, makin berkembangnya kota, terbatasnya dana yang tersedia dna masalah lainnya yang berkaitan Mubarak dan Chayatin, 2009. 37 Tahap pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan dan penyimpanan; pengangkutan; pengelolaan dan pemusnahan; pembakaran; dan dijadikan pupuk. Adapun metode yang tidak memuaskan adalah dengan cara pembuangan sampah secara terbuka open dumping; pembuangan sampah ke dalam air dumping in water dan pembakaran yang dilakukan di rumah tangga burning on premises individual incineration Mubarak dan Chayatin, 2009.

2.3. Personal Hygiene Higiene Perorangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008, higiene diartikan sebagai ilmu yg berkenaan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yaitu personal artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Higiene perorangan adalah tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis Tarwoto dan Wartonah, 2006. Higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan Depkes RI, 2006. 38

2.3.1. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun setelah Buang Air

Besar Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Oleh karenanya kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas tinggi, walaupun hal tersebut sering disepelekan Fathonah, 2005. Kegiatan mencuci tangan sangat penting untuk bayi, anak-anak, penyaji makanan di restoran, atau warung serta orang- orang yang merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan kontak dengan feses, urine atau dubur sesudah buang air besar BAB maka harus dicuci pakai sabun dan kalau dapat disikat Depkes RI, 2007. Pencucian dengan sabun sebagai pembersih, penggosokkan dan pembilasan dengan air mengalir akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikroorganisme Fathonah, 2005.

2.3.2. Kebiasaaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

Kebersihan tangan sangatlah penting bagi setiap orang. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan harus dibiasakan. Pada umumnya ada keengganan untuk mencuci tangan sebelum mengerjakan sesuatu karena dirasakan memakan waktu, apalagi letaknya cukup jauh. Dengan kebiasaan mencuci tangan, sangat 39 membantu dalam mencegah penularan bakteri dari tangan kepada makanan Depkes RI,2006. Budaya cuci tangan yang benar adalah kegiatan terpenting. Setiap tangan yang dipergunakan untuk memegang makanan, maka tangan harus sudah bersih. Tangan perlu dicuci karena ribuan jasad renik, baik flora normal maupun cemaran, menempel ditempat tersebut dan mudah sekali berpindah ke makanan yang tersentuh. Pencucian dengan benar telah terbukti berhasil mereduksi angka kejadian kontaminasi dan KLB Arisman, 2008. Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut: 1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu harus sabun khusus antibakteri, namun lebih disarankan sabun yang berbentuk cairan. 2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik. 3. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari dan kuku. 4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir. 5. Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain. 6. Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air Proverawati dan Eni, 2012. 40

2.4. Kebiasaan Jajan

Makanan jajanan menurut FAO Food and Agriculture Association didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat - tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut Judarwanto, 2008. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 942MENKESSKVII2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel. Jajan difahami sebagai bagian dari makanan dalam rangkaian makanan harian. Jajan merupakan makanan selingan dalam memenuhi kebutuhan gizi harian seseorang. Jajanan berfungsi untuk mengatasi krisis energi atau kelaparan diantara waktu makan. Maka jajanan disajikan sebagai midmorning snack 09.00-10.00 dan midafternoon snack 16.00- 17.00. Konsumsi jajanan juga membantu memastikan asupan air terpenuhi. Setelah mengkonsumsi makanan kecil muncul rasa haus. Hal ini lebih terasa jika jajanan yang dikonsumsi berupa jajanan kering Kristianto, 2010.

Dokumen yang terkait

Hubungan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygine Ibu Balita dan Kebiasaan Jajan dengan Riwayat Penyakit Diare pada Balita Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

1 23 195

Hubungan Karakteristik, Personal Hygine Ibu, dan Kondisi Sanitasi Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten asahan Tahun 2014

3 113 159

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE IBU DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA KARANG SAMBUNG KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2014.

0 0 1

Hubungan Karakteristik, Personal Hygine Ibu, dan Kondisi Sanitasi Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten asahan Tahun 2014

0 0 15

Hubungan Karakteristik, Personal Hygine Ibu, dan Kondisi Sanitasi Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten asahan Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Karakteristik, Personal Hygine Ibu, dan Kondisi Sanitasi Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten asahan Tahun 2014

0 0 10

Hubungan Karakteristik, Personal Hygine Ibu, dan Kondisi Sanitasi Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten asahan Tahun 2014

0 0 39

Hubungan Karakteristik, Personal Hygine Ibu, dan Kondisi Sanitasi Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten asahan Tahun 2014

0 0 4

Hubungan Karakteristik, Personal Hygine Ibu, dan Kondisi Sanitasi Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Sei Dua Hulu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten asahan Tahun 2014

0 0 38

HUBUNGAN KEPEMILIKAN SANITASI DASAR DAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JETAK KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK

0 0 55