24
teknis kesehatan diharapkan tidak ada lagi pencemaran terhadap air bersih, maka kualitas air yang diperoleh
menjadi baik. Persyaratan kesehatan sarana air bersih sebagai
berikut: 1. Sumur Gali SGL
a. Jarak sumur gali dari sumber pencemar minimal 11 meter
b. Lantai harus kedap air c. Tidak retak atau bocor
d. Mudah dibersihkan e. Tidak tergenang air
f. Tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai, dibuat dari bahan yang kuat dan
kedap air g. Dibuat tutup yang mudah dibuat
h. Lantai sekitar sumur dibuat dengan jarak minimal 1 meter dari dinding sumur,
dengan kemiringan yang cukup untuk memudahkan air mengalir keluar, dan
dibuat kedap
air untuk
mencegah merembesnya air kotor
25
i. Dinding sumur dibuat kedap air, dengan kedalaman minimal 3 meter di bawah
permukaan tanah j. Terdapat saluran pembuangan air kotor
SPAL 2. Sumur Pompa Tangan SPT
a. Sumur pompa berjarak minimal 11 meter dari sumber pencemar
b. Dinding sumur harus kedap air setinggi 70 sentimeter di atas permukaan tanah atau
permukaan air banjir c. Lantai tidak retak atau bocor
d. SPT harus kedap air e. Panjang SPT dengan sumur resapan
minimal 11 meter f. Dudukan pompa harus kuat
g. Lantai sumur dibuat minimal 1 meter dari dinding sumur dengan ketinggian 20
sentimeter di atas permukaan tanah h. Saluran pembuangan harus ada untuk
mengalirkan air limbah ke bak peresapan i. Kedalaman sumur cukup untuk mencapai
lapisan tanah yang mengandung air;
26
j. Dinding sumur dibuat yang kuat agar tanah tidak longsor
3. Penampungan Air Hujan PAH a. Talang air yang masuk ke bak PAH
harus dipindahkan atau dialihkan agar air hujan pada 5 menit pertama tidak masuk ke
dalam bak b. Lokasi jauh dari sumber pencemar
c. Talang saluran air tidak kotor dan dapat mengalirkan air
d. Dinding penampung air hujan harus kuat dan tidak bocor
e. Bak saringan terbuat dari bahan yang kuat dan rapat nyamuk serta dilengkapi kerikil,
ijuk, dan pasir f. Pipa peluap dipasang kawat kasa rapat
nyamuk dan tidak menghadap ke atas g. Kran air tidak rusak
h. Bak resapan terdapat batu, pasir, dan bersih i. Sebelum digunakan, air hujan harus
ditambah dengan kapur CaCO3, dengan tujuan untuk mencukupi garam mineral
yang diperlukan
tubuh dan
untuk
27
mengurangi kandungan CO2 yang terlarut dalam air hujan Machfoedz, 2004
4. Perlindungan Mata Air PMA a. Sumber air harus pada mata air, bukan
pada saluran air yang berasal dari mata air tersebut yang kemungkinan tercemar
b. Lokasi harus berjarak minimal 11 meter dari sumber pencemar
c. Atap dan bangunan rapat air serta di sekeliling bangunan dibuat saluarn air
hujan yang arahnya keluar bangunan, pipa peluap dilengkapi dengan kawat kaca
d. Lubang kontrol pada bak penampungan dipasang tutup dan terbuat dari bahan yang
kuat e. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
dengan kemiringan mengarah pada pipa penguras
f. Terdapat pagar pengaman yang kuat dan tahan lama
g. Terdapat saluran pembuangan air limbah yang kedap air
28
5. Perpipaan a. Pipa yang digunakan harus kuat tidak
mudah pecah b. Jaringan pipa tidak boleh terendam air
kotor c. Pemasangan pipa tidak boleh terendam air
kotor atau air sungai d. Bak penampung harus kedap air dan tidak
dapat tercemar oleh kontaminan e. Bak pengambilan air dari sarana perpipaan
harus melalui kran f. Pipa distribusi yang dipakai harus terbuat
dari bahan yang tidak mengandung atau melarutkan bahan kimia
g. Sebelum disalurkan ke konsumen, sumber air utama yang digunakan harus diolah
dulu dengan metode yang tepat Waluyo, 2009; Mahfoedz, 2004; Depkes RI, 1995
2. Jamban
Jamban adalah salah satu ruangan yang memiliki fasilitas pembuangan kotoran manusia sederhana yang
terdiri dari tempat jongkok dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
29
membersihkan. Sedangkan kotoran manusia tinja, air seni adalah zat sisa yang terbentuk dari proses pencernaan
makanan yang dapat menjadi sumber dan media penularan penyakit. Kesehatan lingkungan memperhatikan hal-hal
seperti tinja dan air seni karena memilkik karakteristik yang khas dalam penyebab timbulnya penyakit.
Jamban sebagai pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan risiko
penularan penyakit,
khususnya penyakit
saluran pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan kotoran
manusia dibedakan atas 4 jenis sarana, yaitu kakus leher angsa, plengsengan, kakus cemplung dan cubluk Depkes
RI, 2000 Pembuangan kotoran merupakan salah satu faktor
yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan. Pembuangan kotoran ini merupakan salah satu faktor lingkungan untuk
memenuhi derajat kesehatan yang setinggi-tingginya Mubarak dan Chayatin, 2009
1. Jenis Sarana Jamban Jenis jamban yang digunakan menunjukkan
apakah tempat pembuangan kotoran tersebut memenuhi syarat atau tidak dilihat dari kemungkinan mencemari
30
lingkungan sekitarnya seperti sumber air dan permukaan tanah serta kemungkinan digunakan sebagai tempat
vektor berkembang biak dan penyebaran kuman yang berasal dari tinja. Pada jenis jamban bukan jenis kakus
leher angsa seperti kakus cemplung, kali, kolam dan sungai kemungkinan terjamahnya kotoran oleh serangga
atau vektor lain lebih besar dibandingkan dengan jenis kakus leher angsa sehingga meningkatkan risiko
terhadap penularan
penyakit serta
kemungkinan terjadinya kontaminasi tinja pada sumber air.
Ada beberapa jenis jamban menurut Wagner dan Lanoix 1958, yaitu:
1. Kakus cemplung pit privy Kakus dengan cara paling sederhana, yaitu
dengan cara membuat lubang atau menggali tanah kemudia
dibat tempat
jongkok. Biasanya
digunakan di daerah sulit air. 2. Cubluk berair aqua privy
Cubluk berair ini adalah seperti kakus cemplung namun memiliki konstruksi yang kedap
air sehingga dibangun di dekat rumah. Jamban ini memerlukan banyak air dalam pemeliharaan.
31
3. Angsa latrine water seraled latrine Bentuk kakus yang dimodifikasi klosetnya,
yaitu berbentuk leher angsa yang selalu terisi air. Fungsi air adalah sebagai penutup hubungan antara
bagian luar dengan tempat penampung tinja sehingga dapat menghambat bau tinja keluar atau
serangga masuk ke dalam penampungan tinja. Jamban ini memerlukan banyak air.
4. Kakus plengsengan trench latrine
Kakus plengsengan adalah kakus dengan lubang penampung yang dihubungkan dengan
saluran miring. 5. Jamban cemplung overhung latrine
Kakus yang dibuat di atas kolam atau di pinggiran kali dengan bangunan seperti rumah non
permanen. Kakus ini tidak memenuhi syarat kesehatan karena dapat mencemari air kolam atau
air sungai. 6. Tangki septik septic tank
Model jamban iini terdiri dari tempat jongkok dan dilengkapi tangki septik. Fungsi
32
umum dari tangki septik ini adalah melindungi kemampuan
absorbsi dari
tanah resapan.
Sedangkan fungsi khususnya adalah sebagai pengambilan bahan padat, pengolahan biologis,
penyimpanan sludge dan scum Kusnoputranto, 1997. Jamban ini memenuhi syarat kesehatan
tetapi memerlukan temat yang cukup luas. 7. Kakus ember bucket latrine
Kakus ember adalah kakus berbentuk ember yang merupakan tempat menampung
kotoran manusia dan setelah selesai kotorannya dibuang ke tempat pembuangan.
8. Jamban kimia chemical toilet Jamban kima adalah tempat pembuangan
atau penampungan kotoran manusia yang berupa tangki atau bejana yang berisi larutan kimia yang
berfungsi untuk pengenceran atau penghancuran sekaligus disinfeksi.
9. Jamban kompos the compos privy Jamban kompos adalah tempat pembuangan
kotoran manusia sekaligus memproses menjadi
33
kompos. Biasanya banyak di negara-negara sedang berkembang karena tidak memerlukan tekonologi
dan biaya yang cukup tinggi. Hal ini perlu mendapat
perhatian adalah
kehidupan mikroorganisme atau patogen.
Pembuangan kotoran di sembarang tempat akan berdampak negatif pada kesehatan manusia yang hidup di
sekitarnya karena kotoran tersebut menjadi sumber penyakit yang dapat ditularkan melalui serangga, lalat dan
kecoa secara mekanis. Penularan melalui air, tanah dan akanan dapat secara tidak langsung atau melalui kontak
langsung. Hal tersebut senada dengan pendapat Kusnoputranto
1984 bahwa kotoran manusia yang berbentuk padat tinja maupun cair air kemih harus dikelola dengan baik dan
benar. Kotoran tidak hanya menimbulkan bau dari segi estetika namun tidak baik pula dari segi virus, bakteri, kista
protozoa, telur cacing dan mikroorganisme patogen lainnya yang terdapat dalam kotoran yang dapat menyebabkan
penyakit pada individu lain.
34
3. Pembuangan Air Limbah
Air limbah menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 adalah sisa dari suatu usaha danatau kegiatan
yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga domestic waste maupun industrial waste. Air
limbah rumah tangga terdiri atas tiga faktor penting, yaitu : 1. Tinja feces, berpotensi mengandung mikroba
patogen 2. Air seni urine, umumnya mengandung mikroba
nitrogen, posfor dan sedikit mikroorganisme 3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur,
mesin cuci dan kamar mandi Air limbah industri umunya dihasilkan akibat adanya
pemakaian air dalam proses industri. Pada industri, air memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses industri
2. Mentransportasikan produk atau bahan baku 3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler
pada pabrik minuman dan sebagainya 4. Mencuci dan membuat produk atau gedung serta
instalasi Mubarak dan Chayatin, 2009.
35
Selain itu menurut Kusnoputranto 2000 air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal
dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain
mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman
perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin
ada. Batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti
industri, perhotelan dan sebagainya. Air sisa ini memiliki volume yang besar dan kurang lebih 80 dari air yang
digunakan dibuang dan tercemar. Air limbah ini akan mengalir ke sungai dan laut yang selanjutnya akan
digunakan kembali. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan diolah dengan baik.
36
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Sampah wastes diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang
tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia ,
serta tidak terjadi dengan sendirinya Mubarak dan Chayatin, 2009.
Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan;
penyimpanan sementara, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah
dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik
dari kesehatan
masyarakat seperti
teknik engineering,
perlindungan alam
conservation, keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lainnya, serta
mempertimbangkan sikap masyarakat. Pengelolaan sampah pada saat ini merupakan masalah yang kompleks, karena
semakin banyaknya sampah yang dihasilkan, beraneka ragam
komposisinya, makin
berkembangnya kota,
terbatasnya dana yang tersedia dna masalah lainnya yang berkaitan Mubarak dan Chayatin, 2009.
37
Tahap pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan dan
penyimpanan; pengangkutan;
pengelolaan dan
pemusnahan; pembakaran; dan dijadikan pupuk. Adapun metode yang tidak memuaskan adalah dengan cara
pembuangan sampah secara terbuka open dumping; pembuangan sampah ke dalam air dumping in water dan
pembakaran yang dilakukan di rumah tangga burning on premises individual incineration Mubarak dan Chayatin,
2009.
2.3. Personal Hygiene Higiene Perorangan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008, higiene diartikan sebagai ilmu yg berkenaan dengan masalah kesehatan dan
berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yaitu personal artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Higiene perorangan adalah tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis Tarwoto dan Wartonah, 2006. Higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat.
Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan Depkes RI, 2006.
38
2.3.1. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun setelah Buang Air
Besar
Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh, feses atau
sumber lain ke makanan. Oleh karenanya kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas tinggi,
walaupun hal tersebut sering disepelekan Fathonah, 2005. Kegiatan mencuci tangan sangat penting untuk bayi,
anak-anak, penyaji makanan di restoran, atau warung serta orang- orang yang merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan kontak
dengan feses, urine atau dubur sesudah buang air besar BAB maka harus dicuci pakai sabun dan kalau dapat disikat Depkes RI,
2007. Pencucian dengan sabun sebagai pembersih, penggosokkan dan pembilasan dengan air mengalir akan menghanyutkan
partikel kotoran yang banyak mengandung mikroorganisme Fathonah, 2005.
2.3.2. Kebiasaaan Mencuci Tangan Sebelum Makan
Kebersihan tangan sangatlah penting bagi setiap orang. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan harus dibiasakan.
Pada umumnya ada keengganan untuk mencuci tangan sebelum mengerjakan sesuatu karena dirasakan memakan waktu, apalagi
letaknya cukup jauh. Dengan kebiasaan mencuci tangan, sangat
39
membantu dalam mencegah penularan bakteri dari tangan kepada makanan Depkes RI,2006.
Budaya cuci tangan yang benar adalah kegiatan terpenting. Setiap tangan yang dipergunakan untuk memegang makanan, maka
tangan harus sudah bersih. Tangan perlu dicuci karena ribuan jasad renik, baik flora normal maupun cemaran, menempel
ditempat tersebut dan mudah sekali berpindah ke makanan yang tersentuh. Pencucian dengan benar telah terbukti berhasil
mereduksi angka kejadian kontaminasi dan KLB Arisman, 2008. Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut:
1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu harus sabun khusus antibakteri, namun lebih
disarankan sabun yang berbentuk cairan. 2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.
3. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari dan kuku.
4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir. 5. Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain.
6. Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air Proverawati dan Eni, 2012.
40
2.4. Kebiasaan Jajan
Makanan jajanan menurut FAO Food and Agriculture Association didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang
dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat - tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi
tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut Judarwanto, 2008. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 942MENKESSKVII2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran,
dan hotel. Jajan difahami sebagai bagian dari makanan dalam rangkaian
makanan harian. Jajan merupakan makanan selingan dalam memenuhi kebutuhan gizi harian seseorang. Jajanan berfungsi untuk mengatasi krisis
energi atau kelaparan diantara waktu makan. Maka jajanan disajikan sebagai midmorning snack 09.00-10.00 dan midafternoon snack 16.00-
17.00. Konsumsi jajanan juga membantu memastikan asupan air terpenuhi. Setelah mengkonsumsi makanan kecil muncul rasa haus. Hal
ini lebih terasa jika jajanan yang dikonsumsi berupa jajanan kering Kristianto, 2010.