Analisis Kandungan Pupuk Kompos

28

4.5 Analisis Kandungan Pupuk Kompos

Hasil analisis kandungan kompos berdasarkan uji laboratorium di balai penelitian tanah dengan metode kompos 1 yaitu dengan perlakuan pengunaan aktivator berupa pupuk kandang, serta perbandingannya dengan baku mutu kompos menurut SNI 19-7030-2004 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Analisis kandungan kompos 1 No. Parameter Satuan Kompos 1 Baku mutu SNI 19-7030-2004 Minimum Maksimum 1 pH 7,5 6,80 7,49 2 Kadar Air 28,67 - 50 3 N 0,69 0,40 - 4 C-Organik 26,01 9,80 32 5 P 0,35 0,1 - 6 K 0,25 0,20 7 Fe 12648 x 10 -4 2 8 Al 4,59 - 2,2 9 Mn 533 x 10 -4 - 0,1 10 Ni ppm 11 62 11 Pb ppm - 150 12 Cu ppm 17 100 13 Mg 0,3 0,60 Sumber: Hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah Keterangan: : nilai lebih besar dari minum, lebih kecil dari maksimum : tidak sesuai baku mutu - : tidak terdeteksi Analisis kandungan pupuk kompos 1 dengan membandingkan hasil uji laboratorium dengan SNI 19-7030-2004 sebagai baku mutu. Kandungan pH pupuk kompos 1 sebesar 7,5 pada hasil uji laboratorium melebihi baku mutu maksimal kandungan pH menurut SNI kompos yaitu dengan batas maksimal 7,49, namun angka ini masih bisa diterima karena perbedaannya tidak terlalu besar. Kandungan C sebesar 26,01 memenuhi baku mutu minimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu kandungan C dengan batas minimal sebesar 9,8 dan batas maksimal sebesar 32 , sedangkan kandungan N sebesar 0,69 memenuhi batas minimal sebesar 0,4 . 29 Analisis selanjutnya adalah melihat kandungan unsur mikro yang terdiri dari logam- logam berat berbahaya dan unsur logam lainnya dan membandingkan dengan SNI 19-7030- 2004. Kandungan unsur mikro yang diuji dan terdeteksi berdasarkan hasil uji laboratorium adalah Ni, Cu dan Pb. Kandungan Ni pada pupuk kandang sebesar 11 ppm dan kandungan Cu sebesar 17 ppm masih dibawah baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu kandungan Ni maksimal sebesar 62 ppm dan kandungan Cu maksimal sebesar 100 ppm. Kandungan Pb tidak terdeteksi di dalam sampel pupuk kompos 1. Kandungan unsur logam lain yang terdeteksi adalah kandungan Fe, Al, Mn, dan Mg. Kandungan Fe sebesar 12648 x 10 -4 , kandungan Mn sebesar 533 x 10 -4 dari satuan ppm dikonversi menjadi tidak melebihi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030- 2004, begitu juga kandungan Mg sebesar 0,3 tidak melebihi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004. Kandungan Al sebesar 4,59 melebihi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu sebesar 2,2 . Analisis selanjutnya adalah perbandingan antara hasil analisis kandungan kompos 1 dengan hasil analisis kandungan lumpur padat, jerami, dan pupuk kandang. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jenis bahan baku apa yang memberikan sumbangan terbesar suatu parameter kepada hasil kompos 1. Tabel 7 menunjukkan data analisis kandungan lumpur padat, jerami, dan pupuk kandang dengan data analisis kandungan kompos 1. Tabel 7. Analisis perbandingan bahan baku dengan hasil akhir kompos 1 No. Parameter Satuan Pupuk kandang Lumpur padat Jerami Kompos 1 1 N 1,36 0,39 1,51 0,69 2 C-Organik 20,27 3,36 45,8 26,01 3 P 0,57 2,1x10 -4 0,14 0,35 4 K 1,1 93x10 -4 1,88 0,25 5 Fe ppm 6983 2,92x10 4 955 12648 6 Al ppm 37130 16,15x10 4 3848 4,59x10 4 7 Mn ppm 1679 2044 556 533 8 Ni ppm 1 5,7 1,3 11 9 Pb ppm - 1,52 1,6 - 10 Cu ppm 23 24 10 17 11 Mg 0,98 0,11 0,11 0,3 Sumber: Hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah Keterangan: - : tidak terdeteksi 30 Menurut Tabel 7, kandungan nitrogen N, karbon C, dan kalium K terbesar terkandung pada jerami. Kandungan fosfor P dan kandungan Magnesium Mg terbesar terkandung pada pupuk kandang. Kandungan besi Fe, Aluminium Al, Mangan Mn, Nikel Ni, timbal Pb, dan Cu terbesar terkandung pada lumpur padat. Parameter-parameter logam Fe, Al, Mn, Pb, Cu, dan Mg pada lumpur padat mengalami penurunan konsentrasi setelah dilakukan pengomposan, kecuali logam Ni. Konsentrasi logam Fe pada lumpur padat sebesar 2,92x10 4 ppm mengalami penurunan menjadi 12648 ppm setelah menjadi kompos. Konsentrasi Al pada lumpur padat sebesar 16,15x10 4 ppm mengalami penurunan menjadi 4,59x10 4 ppm setelah menjadi kompos. Begitu juga pada logam Mn, Pb, Cu, dan Mg. Konsentrasi logam Ni pada lumpur padat sebsar 5,7 ppm mengalami kenaikan menjadi 11 ppm setelah menjadi kompos. Hasil analisis kandungan kompos 2 berdasarkan uji laboratorium di balai penelitian tanah dengan metode kompos 2 yaitu dengan perlakuan pengunaan aktivator berupa bakteri probio, serta perbandingannya dengan baku mutu kompos menurut SNI 19-7030-2004 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis kandungan kompos 2 No. Parameter Satuan Kompos 2 Baku mutu SNI 19-7030-2004 Minimum Maksimum 1 pH 6,3 6,80 7,49 2 Kadar Air 24,28 - 50 3 N 0,57 0,40 - 4 C-Organik 19,69 9,80 32 5 P 0,15 0,1 - 6 K 0,12 0,20 7 Fe 11876 x 10 -4 2 8 Al 6,26 - 2,2 9 Mn 534 x 10 -4 - 0,1 10 Ni ppm 7,8 62 11 Pb ppm - 150 12 Cu ppm 11 100 13 Mg 0,14 0,60 Sumber: Hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah Keterangan: : nilai lebih besar dari minum, lebih kecil dari maksimum; - : tidak terdeteksi : tidak sesuai baku mutu Analisis kandungan pupuk kompos 2 dengan membandingkan hasil uji laboratorium dengan SNI 19-7030-2004 sebagai baku mutu. Kandungan pH pupuk kompos 2 sebesar 6,3 pada hasil uji laboratorium tidak melebihi baku mutu maksimal kandungan pH menurut SNI 31 kompos yaitu dengan batas maksimal 7,49. Kandungan C sebesar 24,28 memenuhi baku mutu minimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu kandungan C dengan batas minimal sebesar 9,8 dan batas maksimal sebesar 32 , sedangkan kandungan N sebesar 0,57 memenuhi batas minimal sebesar 0,4 . Analisis selanjutnya adalah melihat kandungan unsur mikro yang terdiri dari logam- logam berat berbahaya dan unsur logam lainnya dan membandingkan dengan SNI 19-7030- 2004. Kandungan unsur mikro yang diuji dan terdeteksi berdasarkan hasil uji laboratorium adalah Ni, Cu dan Pb. Kandungan Ni pada pupuk kandang sebesar 7,8 ppm dan kandungan Cu sebesar 11 ppm masih dibawah baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu kandungan Ni maksimal sebesar 62 ppm dan kandungan Cu maksimal sebesar 100 ppm. Kandungan Pb tidak terdeteksi di dalam sampel pupuk kompos 2. Kandungan unsur logam lain yang terdeteksi adalah kandungan Fe, Al, Mn, dan Mg. Kandungan Fe sebesar 11876 x 10 -4 dan kandungan Mn sebesar 534 x 10 -4 dari satuan ppm dikonversi menjadi tidak melebihi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004, begitu juga kandungan Mg sebesar 0,3 tidak melebihi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004. Kandungan Al sebesar 6,26 melebihi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu sebesar 2,2 . Analisis selanjutnya adalah perbandingan antara hasil analisis kandungan kompos 2 dengan hasil analisis kandungan lumpur padat dan jerami. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jenis bahan baku apa yang memberikan sumbangan terbesar suatu parameter kepada hasil kompos 2. Tabel 9 menunjukkan data analisis kandungan lumpur padat, jerami, dan pupuk kandang dengan data analisis kandungan kompos 1. Tabel 9. Analisis perbandingan bahan baku dengan hasil akhir kompos 2 No. Parameter Satuan Lumpur padat Jerami Kompos 2 1 N 0,39 1,51 0,57 2 C-Organik 3,36 45,8 19,69 3 P 2,1x10 -4 0,14 0,15 4 K 93x10 -4 1,88 0,12 5 Fe ppm 2,92x10 4 955 11876 6 Al ppm 16,15x10 4 3848 6,26x10 4 7 Mn ppm 2044 556 534 8 Ni ppm 5,7 1,3 7,8 9 Pb ppm 1,52 1,6 - 10 Cu ppm 24 10 11 11 Mg 0,11 0,11 0,3 Sumber: Hasil analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah Keterangan: - : tidak terdeteksi 32 Menurut Tabel 9, kandungan nitrogen N, karbon C, dan kalium K terbesar terkandung pada jerami. Kandungan besi Fe, Aluminium Al, Mangan Mn, Nikel Ni, timbal Pb, dan Cu terbesar terkandung pada lumpur padat. Parameter-parameter logam Fe, Al, Mn, Pb, Cu, dan Mg pada lumpur padat mengalami penurunan konsentrasi setelah dilakukan pengomposan, kecuali logam Ni. Konsentrasi logam Fe pada lumpur padat sebesar 2,92x10 4 ppm mengalami penurunan menjadi 11876 ppm setelah menjadi kompos. Konsentrasi Al pada lumpur padat sebesar 16,15x10 4 ppm mengalami penurunan menjadi 6,26x10 4 ppm setelah menjadi kompos. Begitu juga pada logam Mn, Pb, Cu, dan Mg. Konsentrasi logam Ni pada lumpur padat sebsar 5,7 ppm mengalami kenaikan menjadi 7,8 ppm setelah menjadi kompos.

4.6 Manajemen Biaya Pengomposan