12
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kompos di daerah Dramaga . Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret 2012 sampai Juli 2012.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan Bahan utama pengomposan yang digunakan adalah sludge sisa pengolahan air di
Water Treatment Plant PT. Krakatau Tirta Industri. Selain itu untuk membantu proses pengomposan, ditambahkan juga jerami sebagai bulking agent, pupuk kandang dan bakteri
probio sebagai aktivator.
3.2.2 Alat Alat yang digunakan adalah alat penunjang dalam proses pengomposan dan analisis
suhu kompos antara lain: wadah tempat pengomposan, alat pengayak, termometer alkohol, pipa pvc, timbangan gantung pegas,
spidol, terpal plastik, dan alat penyiram air. Gambar desain box kompos bisa dilihat pada lampiran 2.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Analisis kandungan bahan baku kompos Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan analisis lumpur cair,kental,
dan padat kemudian membandingkan hasil analisis ketiga jenis lumpur tersebut. Analisis ketiga jenis lumpur ini dilakukan di Laboratorium Residu Bahan Agrokimia Balai Penelitian
Lingkungan Pertanian. Parameter yang diperhatikan adalah nilai pH, kadar air, rasio CN, kandungan organik, dan beberapa kandungan anorganik. Tahap selanjutnya adalah
melakukan analisis bahan-bahan yang akan digunakan untuk pengomposan, yaitu lumpur, jerami, dan kotoran kambing.
Analisis ketiga bahan baku kompos ini dilakukan di Balai Penelitian Tanah Indonesia. Parameter yang diperhatikan adalah nilai pH, kadar air, rasio CN, kandungan
12lcohol, dan beberapa kandungan anorganik. Perbandingan komposisi bahan-bahan baku yang akan dilibatkan dalam proses pengomposan juga penting karena komposisi bahan yang
cocok antara sludge, jerami, dan aktivator mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Digunakan perbandingan 1:1:1 untuk komposisi masing-masing bahan.
3.3.2 Pengomposan Metode pengomposan menggunakan metode Natural Static Pile Composting yang
mengacu dari penelitian yang telah peneliti sebelumnya di rumah kompos SIL IPB. Proses pengomposan diawali dengan melakukan pencampuran antara sludge, jerami, dan aktivator
pupuk kandang dan abkteri probio pada suatu wadah yang dikondisikan agar terjadi proses aerasi atau masuknya oksigen yang diperlukan dalam proses aerob selama pengomposan
13 berlangsung. Pengomposan menggunakan 2 aktivator, penggunaan kotoran kambing untuk
wadahbox 1 dan penggunaan bakteri probio untuk wadahbox 2. Pengomposan dilakukan pada suatu wadah kompos berbentuk persegi panjangbox dengan dimensi 150 cm x 150 cm
x 70 cm panjang x lebar x tinggi yang terbuat dari beberapa habel yang disusun dengan dimensi 66,25 cm x 7,5 cm x 7cm panjang x lebar x tinggi. Gambar desain box kompos
dapat dilihat pada lampiran 2. Komposisi bahan-bahan pada box 1 antara jerami, kotoran kambing, dan lumpur adalah 100 kg:100 kg:100 kg, sedangkan komposisi bahan-bahan pada
box 2 antara jerami, bakteri, dan lumpur adalah 100 kg:100 kgml:90 kg. Pengomposan dilakukan dengan mencampur dan menumpuk ketiga bahan-bahan tersebut ke dalam box
kompos selama 60 hari. Setelah semua bahan baku tersebut sudah tercampur dan tertumpuk di dalam wadah tersebut maka tumpukan bahan-bahan ini akan mengalami proses
dekomposisi secara aerob.
Gambar 4. Wadah kompos
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, proses pengomposan melalui tiga tahap perubahan suhu yaitu tahap penghangatan, tahap suhu puncak, dan tahap pendinginan. Oleh
karena itu, untuk mengetahui waktu kematangan kompos perlu dilakukan pengukuran suhu dari tumpukan bahan campuran tersebut setiap harinya. Pengukuran suhu dilakukan pada 4
titik dengan kedalaman berbeda.
Untuk mempermudah melakukan pengukuran dengan menggunakan termometer, maka digunakan pipa pvc yang ditancapkan ke dalam tumpukan bahan tersebut pada 4 titik
yang diinginkan. Pengukuran suhu dilakukan dengan memasukkan termometer ke dalam pipa-pipa tersebut dan buat catatan suhu harian. Selama tiga tahap ini, selain suhu perlu
diperhatikan juga kelembaban dari tumpukan bahan tersebut, saat cuaca terik perlu ditambahkan air ke dalam tumpukan bahan campuran tersebut agar kelembabannya tetap
tinggi, sedangkan saat cuaca dingin atau sedang hujan tidak perlu ditambahkan air.
14
Gambar 5. Skema pengomposan
Proses pengomposan berakhir atau kematangan kompos ditandai dengan suhu yang semakin dingin dan mendekati stabil. Selanjutnya kompos yang sudah matang ini
dipindahkan ke suatu wadah lain untuk diaduk, dihaluskan, dan kemudian diayak menggunakan alat pengayak sampai didapat struktur kompos yang halus. Kompos hasil akhir
ini kemudian dibawa ke laboratorium tanah milik balai penelitian tanah untuk selanjutnya dilakukan analisis kandungan kompos.
3.3.3 Analisis kandungan kompos
Analisis kandungan kompos dilakukan setelah didapat hasil akhir kompos melalui proses pengomposan sebelumnya. Parameter yang diperhatikan pada analisis kandungan
kompos adalah Suhu, nilai pH, rasio CN, kadar air, dan kadar logam-logam yang terkandung dalam sampel kompos. Setelah dilakukan uji di laboratorium dan didapat
masing-masing nilai parameter tersebut, dilakukan perbandingan dengan standar mutu kompos menurut SNI 19-7030-2004. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
15
Gambar 6. Diagram alir penelitian
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN