I.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemberian ekstrak purwoceng pada jumlah titik implantasi dan korpus luteum pada tikus putih bunting, serta
rasio dari jumlah titik implantasi terhadap korpus luteum yang digunakan sebagai indikator keberhasilan implantasi
I.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng yang diberikan selama 13 hari kebuntingan
dimulai hari 1 sampai dengan hari ke-13 terhadap keberhasilan implantasi tikus bunting Sprague Dawley. Data yang diperoleh diharapkan bisa dimanfaat sebagai
acuan referensi penelitian dalam bidang kedokteran khususnya dibidang reproduksi pada hewan politokus lainnya.
I.4 Hipotesis
Pemberian ekstrak etanol purwoceng pada tikus betina bunting dari 1-13 hari akan meningkatkan rasio jumlah titik implantasi terhadap jumlah korpus
luteum selama kebuntingan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Purwoceng
Purwoceng yang memiliki nama latin Pimpinella alpina diklasifikasikan dalam famili Umbelliferae. Famili Umbelliferae umumnya berupa terna yaitu
tumbuhan yang berbatang lunak karena tidak membentuk kayu. Tumbuhan ini berukuran kecil dan merambat di tanah, daunnya tunggal atau majemuk tanpa
daun penumpu. Bunga tersusun sebagai bunga payung, banci, aktimorf, dan berbilangan 4 atau 5. Kelopak bunganya kecil, daun mahkota bebas, dan benang
sari dalam satu lingkaran berhadapan dengan daun-daun kelopaknya. Bakal buah beruang dua dan tiap ruang terdiri dari satu atau dua bakal biji yang kebanyakan
hanya mempunyai satu integumen Tjitrosoepomo 1994.
Gambar 1 Tanaman Purwoceng Sumber: Pulungan 2008 Purwoceng merupakan tanaman semak menutup tanah dan memiliki tinggi
± 25 cm. Batang merupakan batang semu, berbentuk bulat, lunak, dan warnanya hijau pucat. Daun purwoceng merupakan daun majemuk, berbentuk jantung,
panjang ± 3 cm dan lebar ± 2,5 cm, tepi daun bergerigi, dan ujung daun tumpul, pangkal daun bertoreh. Tangkai daun memiliki panjang ± 5cm, warnanya coklat
kehijauan, dan pedulangan daun menyirip. Bunganya juga merupakan bunga majemuk berbentuk payung, tangkainya silindris, panjangnya ± 2 cm, kelopak
bunga berbentuk tabung berwarna hijau, benang sarinya berwarna putih, putik berbentuk bulat hijau, dan mahkota berambut dengan warna coklat. Buahnya
lonjong kecil berwarna hijau. Bijinya juga lonjong kecil tetapi berwarna coklat.
Akarnya merupakan akar tunggang berwarna putih kotor Pulungan 2008. Purwoceng ditanam dengan biji. Di habitatnya akan berkecambah setelah berumur
satu bulan, berbunga antara bulan ke-5 sampai bulan ke-6 dan dapat dipanen pada umur 7 - 8 bulan Yuhono 2004.
Purwoceng mengandung sterol, furanokumarin bergapten, isobergapten, dan sphondin. Senyawa-senyawa aktif itu banyak terdapat di batang dan akar.
Senyawa sterol akan dikonversi menjadi testosteron di dalam tubuh. Sedangkan senyawa aktif lain merangsang susunan saraf pusat untuk memproduksi
Luteinizing Hormone LH. Banyak orang sudah membuktikan khasiat purwoceng sebagai obat penghilang sakit, penurun panas, anti fungi, dan anti bakteri Ajijah
et al. 2010. Zat aktif yang terkandung di dalam purwoceng telah dianalisis melalui uji fitokimia purwoceng di Balittro 2011 dengan hasil pada Tabel 2.
Tabel 1 Hasil uji fitokimia purwoceng No
Zat aktif Hasil uji
1 Alkaloid
+++ 2
Saponin -
3 Tanin
+ 4
Fenolik -
5 Flavonoid
+++ 6
Triterpenoid
+
7 Steroid
+
8 Glikosida
+
Ket : - Negatif, + Positif lemah, ++ Positif , +++ Positif kuat Sumber: Balitro 2011
II.2 Biologi Tikus