Biologi Tikus HASIL DAN PEMBAHASAN

Akarnya merupakan akar tunggang berwarna putih kotor Pulungan 2008. Purwoceng ditanam dengan biji. Di habitatnya akan berkecambah setelah berumur satu bulan, berbunga antara bulan ke-5 sampai bulan ke-6 dan dapat dipanen pada umur 7 - 8 bulan Yuhono 2004. Purwoceng mengandung sterol, furanokumarin bergapten, isobergapten, dan sphondin. Senyawa-senyawa aktif itu banyak terdapat di batang dan akar. Senyawa sterol akan dikonversi menjadi testosteron di dalam tubuh. Sedangkan senyawa aktif lain merangsang susunan saraf pusat untuk memproduksi Luteinizing Hormone LH. Banyak orang sudah membuktikan khasiat purwoceng sebagai obat penghilang sakit, penurun panas, anti fungi, dan anti bakteri Ajijah et al. 2010. Zat aktif yang terkandung di dalam purwoceng telah dianalisis melalui uji fitokimia purwoceng di Balittro 2011 dengan hasil pada Tabel 2. Tabel 1 Hasil uji fitokimia purwoceng No Zat aktif Hasil uji 1 Alkaloid +++ 2 Saponin - 3 Tanin + 4 Fenolik - 5 Flavonoid +++ 6 Triterpenoid + 7 Steroid + 8 Glikosida + Ket : - Negatif, + Positif lemah, ++ Positif , +++ Positif kuat Sumber: Balitro 2011

II.2 Biologi Tikus

Tikus merupakan salah satu hewan mamalia yang mempunyai peranan penting untuk tujuan ilmiah, karena memiliki daya adaptasi yang baik. Tikus memiliki beberapa galur yang merupakan hasil persilangan sesama jenis. Galur yang sering digunakan untuk penelitian adalah galur Wistar, Long-Evans dan Sprague-Dawley Weihe 1989. Sprague-Dawley merupakan salah satu galur yang dikembangkan di Winconsin pada tahun 1925 oleh R.W. Dawley untuk pembibitan komersial. Penelitian ini menggunakan galur Sprague-Dawley sebagai hewan coba dengan ciri-ciri memiliki kepala yang pendek dan ekor yang lebih panjang dari jenis lain dari galurnya Harkness 1989, sehingga ekor lebih panjang dari tubuhnya. Tikus yang banyak digunakan sebagai hewan percobaan adalah tikus putih Rattus norvegicus. Hewan percobaan ini memiliki beberapa keunggulan yaitu penanganan dan pemeliharaannya mudah, umur relatif pendek, sifat reproduksi menyerupai mamalia besar, lama kebuntingan singkat, angka kelahiran tinggi, siklus estrus pendek dan karakteristik setiap fase siklus jelas Malole Pramono 1989. Tikus sebagai hewan laboratorium banyak digunakan dalam penelitian dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh obat- obatan, toksisitas, metabolisme, embriologi, teratologi, onkologi, hematologi, nutrisi, maupun dalam mempelajari tingkah laku. Gambar 2 Rattus sp. Tikus putih sebagai hewan nokturnal aktif di malam hari dan melakukan kegiatan reproduksi di malam hari. Siklus birahi adalah suatu periode dalam kegiatan fisiologi hewan betina yang terdiri dari dari fase proestrus 12 jam, estrus 12 jam, metestrus 21 jam dan diestrus 57 jam. Siklus birahi berlangsung sekitar 4–5 hari dan periode estrus dimulai pada malam hari Tuner Bagnara 1988. Waktu kawin tikus dilakukan pada fase estrus. Fase estrus adalah fase yang penting untuk perkembang biakan hewan karena hewan betina memberikan tanda-tanda keinginan untuk kawin. Siklus birahi tikus dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor cahaya, suhu, nutrisi, dan hubungan sosial. Pada tikus estrus yang diberi pencahayaan lebih dari 15 jam tidak akan mengalami kebuntingan Malole Pramono 1989. Untuk menentukan tahapan siklus birahi dapat dilakukan dengan teknik papsmear vagina ulas vagina, Sehingga siklus estrus secara histologi melalui gambaran epitel vaginanya dapat dibedakan menjadi proestrus, estrus, metestrus dan diestrus Partodiharjo 1992. Cara mengetahui telah terjadinya perkawinan tikus dengan memperhatikan adanya massa putih yang menyumbat vagina vaginal plug atau melalukan papsmer pada vagina untuk memeriksa adanya spermatozoa menggunakan mikroskop. Tabel 2 Data biologi tikus putih Kriteria Nilai Berat lahir 5-6 gr Berat badan Jantan 300-400 gr Betina 250-300 gr Lama hidup 2-3 tahun Konsumsi makanan perhari 10 gr 100 gr BB Konsumsi air minum tikus dewasa 20-45 ml hari Umur pubertas betina 50-60 hari Umur saat dikawinkan Jantan 8-9 minggu Betina 8-9 minggu Lama siklus estrus 4-5 hari Lama estrus 9-10 jam Lama kebuntingan 20-22 hari Jumlah anak per kelahiran 6-12 ekor anak Umur disapih 21 hari Berat lepas sapih 20-30 gr Sumber: Smith Mangkoewidjojo 1988 Siklus estrus dikendalikan oleh hormon gonadotropin Folicle Stimulating Hormone FSH dan Luteinizing Hormone LH yang dihasilkan oleh hipofisis anterior, serta hormon steroid seks estrogen dan progesteron dihasilkan oleh ovarium. Pengaturannya berlangsung melalui poros hipotalamus-hipofisis- ovarium Binkley 1995. Kebuntingan pada Tikus Fertilisasi umumnya terjadi setelah ovum masuk ke ampula dan bertemu spermatozoa. Ovum hidup lebih dari 12 jam sedangkan lama hidup spermatozoa dalam saluran reproduksi tikus betina adalah 14 jam. Spermatozoa akan menembus lapisan sel granulosa yang melekat di sisi luar ovum yang disebut korona radiata dan menembus zona pelusida. Setelah fertilisasi terjadi, ovum ditranspor ke cavum uteri membutuhkan waktu 3 sampai 4 hari Guyton Hall 1997. Transpor ini dipengaruhi oleh arus cairan lemah di dalam tuba akibat sekresi epitel ditambah kerja epitel bersilia yang melapisi tuba. Tuba falopii berkontraksi secara spastik selama 3 hari pertama setelah ovulasi dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan progesteron yang disekresikan oleh korpus luteum. Ovum akan mengalami pembelahan dan membentuk sel bola padat yang disebut blastomer tanpa terjadi perubahan massa Guyton Hall 1997. Blastomer membelah dan membentuk kelompok besar yang disebut morula Hunter 1995. Sel-sel morula kemudian membentuk bola berongga berisi cairan kental yang disebut blastokista Chart Lilford 1995. Blastokista yang sedang berkembang akan tetap tinggal di uterus selama 1 sampai 3 hari sebelum berimplantasi dalam endometrium. Gambar 3 Embrio pada uterus Implantasi merupakan interaksi langsung yang kompleks antara embrio trofoblast dengan jaringan maternal uterus yang mengalami perubahan terus- menerus. Implantasi terjadi pada hari ke- 5 dan ke- 6 masa kebuntingan dan selesai pada hari ke- 7 Guyton Hall 1997. Tidak semua ovum yang diovulasikan akan diimplantasikan. Masa implantasi tergantung pada kadar hormon estrogen dan progesteron. Estrogen adalah hormon yang pertama kali bekerja terhadap endometrium sebelum progesteron memulai aksinya. Hormon progesteron mengakibatkan proliferasi endometrium dengan meningkatkan efektivitas kelenjar dan sekresi susu uterus Hunter 1995. Susu uterus merupakan nutrisi bagi ovum yang sedang membelah sejak proses pematangan ovum dimulai sampai blastosis terimplantasi di uterus Guyton 1994. Induk tikus yang baru Embrio melahirkan kemudian melakukan perkawinan, implantasi blastosisnya akan mengalami penundaan selama 2-4 hari. Pada rodensia saat terjadi implantasi menunjukan blastosis bersifat pasif dan endometrium dipengaruhi progesteron Smith Mangkoewidjojo 1988.

II.3 Organ Reproduksi Ovarium

Dokumen yang terkait

Efektivitas pemberian ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina) selama 13 21 hari kebuntingan terhadap bobot organ reproduksi dan anak tikus putih

1 14 47

Efektivitas pemberian ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina) selama 13-21 hari kebuntingan terhadap bobot organ reproduksi dan anak tikus putih (Rattus sp.)

0 5 82

Efektivitas pemberian ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina) selama 1-13 hari kebuntingan terhadap bobot ovarium dan uterus tikus putih (Rattus sp.)

3 27 83

Efektifitas Pemberian Ekstrak Etanol Purwoceng (Pimpinella alpina) terhadap Pertambahan Bobot Badan Tikus Betina Buting Umur Kebuntingan 0 – 13 Hari

0 5 78

Efektivitas Pemberian Ekstrak Etanol Purwoceng (Pimpinella alpina KDS) Selama 21 Hari Laktasi terhadap Bobot Badan Anak Tikus Putih (Rattus norvegicus)

0 3 94

Tampilan anak tikus jantan (rattus novergicus) dari induk yang diberi ekstrak etanol akar purwoceng (pimpinella alpina) selama 1-13 hari kebuntingan

1 5 45

Perkembangan Tulang Anak Tikus Jantan Dari Induk Yang Diberi Ekstrak Etanol Purwoceng Pada Hari Ke 13-21 Kebuntingan

0 3 28

Bobot Badan Tikus Betina Bunting Yang Diberi Ekstrak Etanol Akar Purwoceng (Pimpinella Alpina) Pada Hari 13-21 Kebuntingan

2 14 31

Efektivitas Ekstrak Etanol Akar Purwoceng (Pimpinella Alpina Kds) Pada Induk Tikus Selama 1-13 Hari Kebuntingan Terhadap Siklus Estrus Anak Betinanya

0 8 40

Tampilan anak tikus betina dari induk bunting yang diberi ekstrak akar purwoceng (Pimpinella alpina KDS) selama 1-13 hari.

0 5 35