48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data yang berhasil dikumpulkan, hasil dari pengolahan data dan pembahasan dari hasil
pengolahan tersebut. Adapun urutan pembahasan secara sistematis adalah sebagai berikut: deskripsi umum hasil penelitian, pengujian asumsi klasik, analisis data
yang berupa hasil analisis regresi, pengujian variabel independen secara parsial dan simultan dengan model regresi, pembahasan tentang pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Jumlah Bank Umum Syariah BUS di Indonesia menurut data Bank
Indonesia ada sebanyak 12 Bank Umum Syariah. Selama periode 2011-2015 bank yang menyediakan data laporan keungan bulanan ada sebanyak 12 bank.
Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 12 Bank Umum Syariah.
B. Data Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Tujuan di lakukan metode purposive sampling untuk menghindari adanya
ambiguitas yang disampaikan oleh informasi-informasi tersebut. Artinya pemilihan sampel berdasarakan kriteria-kriteria tertentu, antara lain kualifikasi
sampel yang digunakan sebagai berikut:
49 1.
Merupakan Bank Umum Syariah di Indonesia 2.
Bank yang diteliti masih beroperasi pada periode tahun di penelitian 3.
Bank yang diteliti sudah menjadi Bank Umum Syariah pada kurun waktu periode penelitian.
Didapatlah sampel dari 12 bank umum syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dan menyediakan laporan keuangan yang dibutuhkan pada periode
penelitian 2012-2015. Dibawah ini sekilas gambaran umum objek penelitian:
a. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Dunia
Gagasan mengenai bank syariah telah muncul sejak lama, ditandai dengan banyaknya pemikir muslim yang menulis tentang keberadaan bank
Islam, misalnya Anwar Qureshi 1946, Naeim Siddiqi 1948, dan Mahmud Ahmad 1952. Awal abad ke-20 merupakan masa kebangkitan
dunia Islam dari “ketertidurannya” ditengah pergolakan dunia. Kondisi ini membawa kesadaran baru untuk menerapkan prinsip dan nilai-nilai syariah
dalam kehidupan. Salah satu upaya adalah dalam penerapan lembaga keuangan syariah yang didasarkan atas prinsip-prinsip Islam. Perintisan
penerapan sistem profit and loss sharing sebagai inti bisnis lembaga keuangan syariah tercatat telah ada sejak tahun 1940-an, yaitu upaya
mengelola jamaah haji secara non-konvensional di Pakistan dan Malaysia. Rintisan berikutnya yang merupakan tonggak sejarah perkembangan
perbankan syariah adalah Islamic Rulal Bank di daerah Mit Ghamr yang didirikan oleh Dr. Ahmed el-Najar yang permodalannya dibantu oleh Raja
Faisal pada tahun 1963 hingga 1967 di Kairo, Mesir, walaupun pada
50 akhirnya operasionalnya diambil alih oleh National Bank of Egypt dan
Central Bank of Egyp t Dewi, 2007:53.
Kesuksesan Mit Ghamr mengelola bank dengan sistem bagi hasil, menginspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia untuk membentuk bank
Islam dengan sistem bagi hasil. Beberapa negara Islam seperti Pakistan, Sudan dan Iran mengubah seluruh sistem keuangan yang ada di negara
tersebut menjadi bebas bunga. Adapun di negara Malaysia dan Indonesia, bank tanpa bunga beroperasi berdampingan dengan bank-bank
konvensional Manan, 2012:205.
b. Sejarah Bank Syariah di Indonesia
Bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan prinsipprinsip syariah Islam. Di dalam operasinya bank syariah mengikuti aturan Al-
Qur’an-Hadis dan regulasi dari pemerintah Martono, 2010:94. Bank syariah di Indonesia secara konsisten telah menunjukkan
perkembangannya dari waktu ke waktu, berikut ini adalah Tabel perkembangan bank syariah dari awal terbentuknya di Indonesia:
Tabel 4. 1. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun Keterangan 1980
Muncul ide dan gagasan konsep lembaga keuangan syariah, uji coba BMT Salman di bandung dan koperasi
Ridho Gusti.
1990 Loka karya MUI dimana para peserta sepakat mendirikan
bank syariah di Indonesia. 1992
Pada tanggal 1 mei 1992 bank syariah pertama bernana bank muamalat indonesia mulai beroperasi
Kemunculan BMI ini kemudian diikuti dengan lahirnya
51 Tahun Keterangan
UU No. 7 Thn 1992 tentang perbankan yang mengakomodasi perbankan dengan prinsip bagi hasil baik
bank umum maupun BPRS
1999 Keluar UU No. 23 Thn 1999 tentang Bank Indonesia yang
mengakomodasi kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah dimana BI bertanggung jawab terhadap pengaturan
dan pengawasan bank komersial termasuk bank syariah. BI dapat menetapkan kebijakan moneter dengan
menggunakan prinsip syariah. Pada tahun ini dibuka kantor cabang bank syariah untuk pertama kali.
2000 BI mengeluarkan regulasi operasional dan kelembagaan
bank syariah dimana BI menetapkan peraturan kelembagaan perbankan syariah. Pengembangan pasar
uang antar bank syariah PUAS dan sertifikat wadiah Indonesia SWBI sebagai instrumen pasar uang syariah
2001 Pendirian unit biro perbankan syariah di bank indonesia
untuk menangani perbankan syariah. 2002
Peraturan BI No.412002 mengenai pengenalan pembuktian bersih cabang syariah yang merupakan
penyempurnaan jaringan kantor cabang syariah. 2004
Keluar UU No.3 Thn 2004 tentang perubahan UU No. 23 Thn 1999 tentang Bank Indonesia yang makin
mempertegas penetapan kebijakan moneter dengan yang dilakukan oleh BI dapat dilakukan dengan prinsip syariah.
Belakangan UU No.23 Thn 1999 diubah dengan peraturan pemerintah pengganti UU No.2 Thn 2008. Disamping itu,
BI juga menyiapkan peraturan standarisasi akad, tingkat kesehatan, dan lembaga penjamin simpanan. Ditahun ini
juga terjadi perubahan biro perbankan syariah menjadi direktorat perbankan syariah di bank syariah.
2005 Di era UU No.10 Thn 1998 secara teknis mengenai produk
mengacu pada PBI No.746PBI2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang kemudian sudah diganti dengan PBI
No.919PBI2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana
serta pelayanan jasa bank syariah. 2006
Pemberian layanan syariah juga semakin dipermudah dengan diperkenalkannnya konsep office chaneling, yakni
semacam konter layanan syariah yang terdapat di kantor cabangkantor cabang pembantu bank konvensional yang
sudah memiliki UUS. Hal demikian ditemukan dalam PBI No.83PBI2006 tentang perubahan kegiatan usaha bank
umum konvensional menjadi bank umum yang
52 Tahun Keterangan
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Produk bank syariah terdiri
dari produk penghimpunan dana funding¸ penyaluran dana landing, jasa services, dan produk dibidang sosial
2008 16 Juli 2008 UU No. 21 Thn 2008 tentang perbankan
syariah disahkan yang memberikan landasan hukum industri perbankan syariah nasional yang diharapkan
mendorong perkembangan bank syariah yang selama 5 tahun terakhir assetnya tumbuh lebih dari 65 pertahun
namun pasarnya secara nasional masih dibawah 5. Beberapa lembaga hukum baru diperkenalkan dalam UU
No.21 Thn 2008 tentang perbankan syariah antara lain yakni menyangkut pemisahan spin off UUS dan komite
perbankan syariah. Terdapat beberpa PBI yang diamanahkan oleh UU No.21 Thn 2008 tentang perbankan
syariah. Adapun PBI yang secara khusus merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No.21 Thn 2008 tentang
perbankan syariah dan telah di Undangkan hingga saat ini antara lain:
1. PBI No.1016PBI2008 Perubahan atas PBI No.919PBI2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah
dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayan jasa bank syariah
2. PBI No.10 17PBI2008 Produk bank syariah dan UUS
3. PBI No.1018PBI2008 Restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah.
4. PBI No.1023PBI2008 Perubahan kedua atas PBI No.621PBI2004 tentang giro wajib minimum dalam
rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
5. PBI No.1024PBI2008 Perubahan PBI No.821PBI2006 tentang penilaian kualitas aktiva bank
umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
6. PBI No.1032PBI2008 Komite perbankan syariah 7. PBI No.113PBI2009 Tentang Bank Umum Syariah
Sumber: sadi 2015:34
Pada Tabel 4.1 di atas, peran perbankan syariah dalam konteks modernisasi saat ini tidak hanya berfokus kepada nasabah muslim.
53 Masyarakat Indonesia yang multikultural dengan berbagai macam
ragam budaya, bahasa dan agama menjadi market yang sangat penting dalam pengembangan perbankan syariah. Nasabah, dalam hal
perbankan sejatinya melihat kepada aspek pelayanan, program, maupun jaminan keamanan. Sehingga peningkatan perkembangan
bank syariah terus berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Perkembangan bank-bank syariah di Indonesia sejak tahun 1991 hingga beberapa tahun terakhir ini secara kuantitatif belum
menggembirakan, namun secara kualitatif khususnya ketika Indonesia menghadapi krisis moneter antara pertengahan tahun 1997 hingga
sekarang, terbukti telah menunjukkan ketangguhannya Perwataatmadja, 2007 : 88.
Terbitnya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 memiliki hikmah tersendiri bagi dunia perbankan nasional di mana pemeritah membuka
lebar kegiatan usaha perbankan dengan berdasarkan pada prinsip syariah. Hal ini guna menampung aspirasi dan kebutuhan yang
berkembang di masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan seluas- luasnya untuk mendirikan bank berdasarkan prinsip bank syariah ini,
termasuk juga kesempatan konversi dari bank umum yang kegiatan usahanya berdasarkan pada pola konvensional menjadi pola syariah.
Selain itu dibolehkan pula bagi pengelola bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang atau mengganti kantor cabang yang
54 sudah ada menjadi kantor cabang khusus syariah dengan persyaratan
yang tentunya melarang pada percampuran modal kerja dan akuntansinya Syafi’i, 2004 : 22.
C. Hasil Analisis