54 sudah ada menjadi kantor cabang khusus syariah dengan persyaratan
yang tentunya melarang pada percampuran modal kerja dan akuntansinya Syafi’i, 2004 : 22.
C. Hasil Analisis
a. ROA Return On Asset
Return On Asset adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal biaya
yang digunakan mendanai aktiva dikeluarkan dari analisis Dendiwijaya,2003:120. Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula
tingkat laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan.
Tabel 4. 2. Nilai ROA Bank Umum Syariah
Bulan 2011 2012 2013 2014 2015 Januari
2,26 1,36
2,52 0,08
0,88
Febuari
1,81 1,79
2,29 0,13
0,78
Maret
1,97 1,83
2,39 1,16
0,69
April
1,9 1,79
2,29 1,09
0,62
Mei
1,84 1,99
2,07 1,13
0,63
Juni
1,84 2,05
2,1 1,12
0,5
Juli
1,86 2,05
2,02 1,05
0,5
Agustus
1,81 2,04
2,01 0,93
0,46
September
1,8 2,07
2,04 0,97
0,49
Oktober
1,75 2,11
1,94 0,56
0,51
November
1,78 2,09
1,96 0,49
0,52
Desember
1,79 2,14
2 0,41
0,49
Sumber : data diolah Berdasarkan data ROA yang di peroleh dari data diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
55 Pada tahun 2011 ROA sebesar 1,79 meningkat pada tahun 2012
data ROA Bank Umum Syariah di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 2,14 namun pada tahun 2013 mengalami penurun sebesar
0,14 menjadi 2. Pada Tahun 2014 data ROA Bank Umum Syariah di Indonesia
kembali mengalami penurun yang lumayan jauh dari sebelumnya tahun 2013 sebesar 2 menjadi 0,41.
Pada Tahun 2015 data ROA Bank Umum Syariah di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,4 dari tahun sebelumnya
sebesar 0,41 menjadi 0,49. Semakin besar ROA maka menjukan semakin besar kemampuan bank untuk
menghasilkan laba. Dengan begitu maka akan semakin baik bank jika mempunyai tingkat rasio ROA yang semakin tinggi. ROA didapat dari perbandingan antara
laba sebelum pajak dengan rata-rata total aset.
b. CAR Capital Adequancy Ratio
Capital Adequancy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki baik untuk menunjang aktiva yang mengandung ataupun yang menghasilkan resiko Dendawijaya:
2009,122
Tabel 4. 3. CAR Bank Umum Syariah
Bulan 2011 2012 2013 2014 2015 Januari
20,23 16,27
15,29 16,76
14,16
Febuari
15,17 15,91
15,2 16,71
14,38
56 Maret
16,57 15,33
14,3 16,2
14,43
April
19,86 14,97
14,72 16,68
14,5
Mei
19,58 13,4
14,28 16,85
14,37
Juni
15,92 16,12
14,3 16,21
14,09
Juli
15,92 16,12
15,28 15,62
14,47
Agustus
15,83 15,63
14,71 14,73
15,05
September
16,18 14,98
14,19 14,54
15,15
Oktober
15,3 14,54
14,19 15,25
14,96
November
14,88 14,82
12,23 15,66
15,31
Desember
16,63 14,13
14,42 15,74
15,02
Sumber : data diolah Berdasarkan data diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pada tahun 2011 CAR sebesar 16,63 mengalami penurunan pada tahun 2012 CAR Bank Umum Syariah di Indonesia sebesar
14,13 mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 14,42
Pada tahun 2014 CAR Bank Umum Syariah Mengalami peningkatan yang tinggi sebesar 15,74 tetapi pada tahun 2015
CAR Bank Umum Syariah di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,72 menjadi 15,02.
Semakin tinggi CAR semakin bagus manajemen bank dalam memiliki modal. CAR minimum untuk sebuah bank adalah 8. Jadi jika
CAR suatu bank sudah lebih dari 8, maka bisa dikatakan bank tersebut sudah memeuhi syarat minimal kepemilikan modal bank yang telah
ditetapkan dan diatur oleh Bank Indonesia.
57
c. FDR Financing to Deposit Ratio
Financing to Deposit Ratio adalah rasio antara jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukkan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana
masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka deposito, dan tabungan. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya.
Tabel 4. 4. FDR Bank Umum Syariah
Bulan 2011 2012 2013 2014 2015 Januari
91,97 87,27
100,63 100,07
88,85
Febuary
95,16 90,49
102,17 102,03
89,37
Maret
93,22 87,13
102,62 102,22
89,15
April
95,17 95,39
103,08 95,9
89,57
Mei
94,88 97,95
102,08 99,43
90,05
Juni
94,93 98,59
104,43 100,8
92,56
Juli
94,18 99,91
104,83 99,89
90,13
Agustus
98,39 101,03
102,53 98,99
90,72
September
94,97 102,1
103,27 99,71
90,82
Oktober
95,24 100,84
103,03 93,9
90,67
November
94,4 101,19
102,58 89,91
90,26
Desember
88,94 100
100,32 86,66
88,03
Sumber: data diolah Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pada tahun 2011 FDR sebesar 88,94 mengalami peningkatan pada tahun 2012 FDR Bank Umum Syariah di Indonesia sebesar
100 mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 100,32
58 Pada tahun 2014 FDR Bank Umum Syariah Mengalami penurunan
yang tinggi sebesar 86,66 tetapi pada tahun 2015 FDR Bank Umum Syariah di Indonesia mengalami peningkatan sebesar
88,03. Semakin tinggi FDR maka semakin laba bank semakin meningkat
dengan asumsi bank tersebut dapat menyalurkan pembiayaannya dengan efektif, dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga
meningkat Mahardian:2008. Dengan demikian besar kecilnya rasio FDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.
d. NPF Non Performing Financing
Non Performing Financing NPF adalah perbandingan antara total
pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepda debitur Pratiwi:2012
Tabel 4. 5. NPF Bank Umum Syariah
Bulan 2011 2012 2013 2014 2015 Januari
3,28 2,68
2,49 3,22
5,56
Febuary
3,66 2,82
2,72 3,48
5,83
Maret
3,6 2,76
2,75 4,02
5,49
April
3,79 2,85
2,85 3,9
5,2
Mei
3,76 2,93
2,92 4,31
5,44
Juni
3,55 2,88
2,64 4,58
5,09
Juli
3,75 2,92
2,75 4,67
5,3
Agustus
3,53 2,78
3,01 4,58
5,3
September
3,5 2,74
2,8 4,86
5,14
Oktober
3,11 2,58
2,96 5,34
5,16
November
2,74 2,5
3,08 5,55
5,13
Desember
2,52 2,22
2,62 4,95
4,84
Sumber: data diolah
59 Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pada tahun 2011 NPF sebesar 2,52 mengalami penurunan pada tahun 2012 NPF Bank Umum Syariah di Indonesia sebesar 2,22
mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 2,62 Pada tahun 2014 NPF Bank Umum Syariah Mengalami
peningkatan yang tinggi sebesar 4,95 tetapi pada tahun 2015 NPF Bank Umum Syariah di Indonesia mengalami penurunan
sebesar 4,84. Semakin tinggi tingkat NPF yang diperoleh oleh suatu bank maka menunjukan
semakin tidak baik bagi bank tersebut, dikarenakan semakin tinggi NPF semakin tinggi pula tingkat pembiayaan yang tidak lancar.
1. Uji Asumsi Klasik