63
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kultivasi pada sistem indoor memperlihatkan bahwa Chaetoceros gracilis memiliki laju pertumbuhan spesifik maksimum dan kelimpahan maksimum
tertinggi. Skeletonema costatum memiliki nilai µ
maks
dengan urutan kedua dan kelimpahan maksimum Skeletonema costatum lebih besar dibandingkan
Thalassiosira sp. Thalassiosira sp. merupakan spesies yang memiliki µ
maks
terendah di antara 3 diatom yang dikultivasi dan juga kelimpahan maksimum yang lebih rendah dibandingkan dua spesies diatom lainnya.
Kultivsi pada sistem outdoor memperlihatkan bahwa Skeletonema costatum memiliki µ
maks
yang lebih tinggi dibandingkan dua spesies lainnya dengan kelimpahan maksimum yang lebih rendah dibandingkan Chaetoceros gracilis.
Chaetoceros gracilis memiliki µ
maks
yang lebih rendah dibandingkan Skeletonema costatum dan nilai kelimpahan maksimum tertinggi dibandingkan dua spesies
diatom lainnya. Thalassiosira sp. memilki µ
maks
terendah juga dengan
kelimpahan maksimum terendah dibandingkan dua spesies diatom lainnya.
Skeletonema costatum pada sistem indoor memiliki µ
maks
lebih besar dibandingkan pada sistem outdoor. Kelimpahan tertinggi pada Skeletonema
costatum juga terdapat pada perlakuan sistem indoor. Thalassiosira sp. pada sistem indoor memilki µ
maks
yang lebih besar dibandingkan pada sistem outdoor. Kelimpahan tertinggi Thalassiosira sp. juga terdapat pada sistem indoor.
Chaetoceros gracilis pada sistem indoor sama halnya memiliki µ
maks
yang lebih besar dibandingkan pada sistem outdoor. Kelimpahan tertinggi Chaetoceros
gracilis juga terdapat pada sistem indoor. Perlakuan sistem indoor pada ketiga
64
spesies ternyata memberikan laju pertumbuhan spesifik maksimum dan jumlah kelimpahan yang lebih besar dibandingkan pada sistem outdoor.
Spesies diatom yang dianggap paling efektif dikultivasi dalam sistem indoor adalah Chaetoceros gracilis sedangkan spesies diatom yang dianggap efektif
dikultivasi dalam sistem outdoor adalah Skeletonema costatum.
5.2 Saran
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian kandungan nitrat dan phoshat pada media kultivasi serta penelitian yang dilakukan sebaiknya melihat
musim terlebih dahulu agar tidak terjadi kontaminasi mikroba akibat pengaruh cuaca yang mengakibatkan kegagalan dalam kultivasi.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anjar, .I.M.S., E. Rusyani, dan L. Erawati. 2002. Budidaya Fitoplankton Skala Laboratorium. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Prosiding
Proyek Pengembangan Perekayasaan Teknologi Balai Budidaya Laut Lampung Tahun 2002. Hal: 49-56.
Ari, W.K., W. Tjahjo, dan Anindiastuti. 2002. Budidaya Fitoplankton Skala Massal. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Prosiding Proyek
Pengembangan Perekayasaan Teknologi Balai Budidaya Laut Lampung Tahun 2002. Hal: 57-69.
Basmi, J. 1999. Planktonologi: Chrysophyta-Diatom, Penuntun Identifikasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Becerril, D.U.H., P.M.G. Sara., dan A.B.C. Sofia. 2009. Morphological variability of the planktonic diatom Thalassiosira delicatula Ostenfeld emend. Hasle
from the Mexican Pacific, in culture conditions. Acta Bot. Croat. 68 2: 313
–323. Cahyaningsih, S. 2009. Standar Nasional Indonesia Perbenihan Perikanan pakan
alami. Pelatihan MPM-CPIB Pembenihan Udang, 16-20 Juni 2009, Situbondo. Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Situbondo.
Chisti, Y. 2007. Biodiesel from microalgae. Biotechnology Advances. 25: 294- 306.
_______. 2008. Biodiesel from microalgae beats bioethanol. Cell Press. 26: 126- 131.
Darley, W.M. 1982. Algal Biology: a physiological approach. Blackwell Scientific Publication. Edinburg.
Edhy, W.A., P. Januar, dan Kurniawan. 2003. Plankton di Lingkungan PT. Central Pertiwi Bahari. Laboratorium Central Department, Aquaculture
Division PT. Central Pertiwi Bahari. Tulang Bawang. Hasle, G. R. dan E.E. 2010. Syvertsen: Marine Diatoms
http:www.dnr.state.md.usBaycblifealgaediatomskeletonema_costatu m.html. [17 Maret 2010]
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta.
66
Krichnavaruk, S., L. Worapanne., P. Sorawit., dan P. Prasert. 2004. Optimal growth conditions and the cultivation of Chaetoceros calcitrans in airlift
photobioreactor. Chemical Engineering. 1052005: 91-98. Mann, K.H. dan J.R.N. Lazier. 2006. Dynamics of Marine Ecosystem.
Hal. 33-34. 3rd edition. Blackwell Scientific Publication, London. UK. Nugraheny, N. 2001. Skripsi. Ekstraksi Bahan Anti-bakteri dari Diatom Laut
Skeletonema costatum. Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pandey, S.N. dan P.S. Trivedi. 2005. A textbook of algae.Vikas Publishing House PVT LTD. New Delhi.
Panggabean, L.M.G dan Sutomo. 2000. Karakteristik Pertumbuhan Beberapa Jenis Diatomae dalam Kultur Laboratoris. Seminar Lustrum IX Fakultas
Biologi dan Kongres I Kabiogama, 22-24 September 2000, Yogyakarta. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta. Indonesia.
Pratoomyot, J., P. Srivilas, dan T. Noiraksar. 2005. Fatty Acids Composition of 10 Microalgal Species. Songklanakarin J. Sci. Technol. 27 6: 1179-1187.
PT. Suri Tani Pemuka. 2005. Prosedur Kultur Plankton Indoor. Unit Hatchery Udang Vannamei PT. Suri Tani Pemuka, Bali.
Purba, O.S. 2008. Tesis. Pengembangan Medium Untuk Peningkatan Produktivitas Kultur Batch Diatom Laut Thalassiosira sp. Institut
Teknologi Bandung. Bandung. Reed-mariculture. 2001. Instant Algae.
http:www.reed-mariculture.commicroalgaechgra.htm. [20 Januari 2010] Setiawati, M. D. 2009. Skripsi. Uji Toksisitas Pada Mikroalga Chaetoceros
gracilis. Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan Chaetoceros gracilis dan Pengaruh Kepadatan Awal terhadap
Pertumbuhan C. gracilis di Laboratorium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 37 : 43
– 58. Somers, D. 1972. Scanning Elektron Microscope Studies On Some Species Of
The Centric Diatom Genera Thalassiosira and Coscinodiscus. Biol Jb. Dodonaea. 40: 304-315.
Suantika, G., A. Pingkan, dan S. Yusuf. 2009. Tesis. Pengaruh Kepadatan Awal Inokulum terhadap Kualitas Kultur Chaetoceros gracilis Schuut pada
Sistem Batch. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
67
Suprobowati, T.R. dan H. Suwarno. 2009. Diatom dan Paleolimnologi: Studi Komparasi Perjalanan Sejarah Danau Lac Saint-Augustine Quebeq-City,
Canada dan Danau Rawa Pening Indonesia. Biota. 14 1: 60-68. Sylvester, B., D.D. Nelvy, dan Sudjiharno. 2002. Persyaratan Budidaya
Fitoplankton. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Prosiding Proyek Pengembangan Perekayasaan Teknologi Balai Budidaya Laut Lampung
Tahun 2002. Hal: 24-36.
Tjahjo, W., L. Erawati, dan S. Hanung. 2002. Biologi Fitoplankton. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Prosiding Proyek Pengembangan
Perekayasaan Teknologi Balai Budidaya Laut Lampung Tahun 2002. Hal: 3-23.
Umdu, E.S., T. Mert, dan S. Erol. 2009. Transesterification of Nannochloropsis
oculata microalga’s lipid to biodiesel on Al
2
O
3
supported CaO and MgO catalysts. Bioresource Technology. 100: 2828
–2831. Zipcodezoo. 2009. Taxonomy Chaetoceros gracilis.
http:zipcodezoo.comChromistaCChaetoceros_gracilis. [20 Januari 2010]
LAMPIRAN
68
LAMPIRAN
1. Penghitungan kelimpahan diatom