27
air tawar. Kemudian dilakukan perendaman dengan HCl 0,2 selama 24 jam dan dibilas kembali dengan air tawar. Sterilisasi alat-alat gelas dilanjutkan dengan
menggunakan oven pada suhu 120
o
C selama 1,5 jam. Sterilisasi selang dan batu aerasi dilakukan dengan perendaman menggunakan larutan HCl 10 selama 24
jam. Peralatan gelas yang telah dipanaskan kemudian dikeringkan dan dibungkus dengan alumunium foil. Sterilisasi peralatan yang tidak tahan panas dan
berukuran besar misalnya boks stirofom dilanjutkan dengan melakukan perendaman menggunakan larutan klorin dengan konsentrasi 40 ppm.
Sterilisasi media cair dilakukan dengan menggunakan ozonisasi yang terlebih dahulu dilakukan filtrasi bertingkat 50 µm, 10 µm, 5 µm, dan 2 µm dan
diklorinasi dengan konsentrasi 50 ppm yang diaerasi selama 24 jam. Kemudian media cair tersebut dinetralisir dengan natrium tiosulfat 50 ppm untuk
menghilangkan kandungan klorin pada media cair tersebut. Pupuk yang digunakan pada kultivasi outdoor juga disterilisasi dengan menggunakan autoklaf
yang sama halnya seperti pupuk yang digunakan pada sistem indoor.
3.3.2 Persiapan Media
Media air untuk fase botol gelas 1 L dan Erlenmeyer 250 mL pada sistem indoor dibuat dengan cara menurunkan salinitas air laut menjadi 28
‰ dengan
menambahkan air tawar atau akuades terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan sterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit. Setelah dingin, air dapat digunakan sebagai media kultivasi mikroalga.
Media air untuk fase toples dan galon pada sistem indoor dipersiapkan dengan cara menembakan sinar UV, ozonisasi, dan menyaring air laut dengan
filter bertingkat terlebih dahulu. Kemudian air laut dimasukan ke dalam toples
28
dan galon dan disterilisasi menggunakan klorin 25 ppm. Sebelum digunakan sebagai media kultivasi, air laut diaerasi selama 24 jam dan dinetralkan klorinnya
dengan cara menambahkan natrium tiosulfat 25 ppm. Media yang digunakan dalam sistem outdoor adalah air laut dengan salinitas
28 ‰. Air laut yang digunakan terlebih dahulu dilakukan penyaringan secara
bertingkat dan penembakan sinar UV. Kemudian, media disterilisasi dengan klorin sebanyak 50 ppm dan selanjutnya diaerasi, keesokan harinya dinetralkan
dengan natrium tiosulfat 50 ppm.
3.3.3 Proses Kultivasi
Kultivasi mikroalga pada penelitian ini disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram alir kultivasi diatom Kultur pada Tes Tube 10 mL
Kultur pada Erlenmeyer 250 mL
Kultur pada Botol Kaca 1 L
Kultur pada Galon 10 L
Kultur pada Toples 4 L Kultur pada Galon 18 L
Sistem Indoor
Kultur pada Bak Stirofom 45 L Pengamatan
Kelimpahan Harian Sistem
Outdoor
29
Proses kultivasi sistem indoor memiliki beberapa tahapan. Kultivasi pada Erlenmeyer dilakukan dengan cara menyiapkan Erlenmeyer ukuran 250 mL.
Strain yang berasal dari test tube dipindahkan pada Erlenmeyer yang berukuran 250 mL sebanyak 10 dari volume media dan diisi air laut hingga mencapai 200
mL dan ditutup dengan alumunium foil. Setelah 7 hari strain dipindahkan ke botol kaca yang berukuran 1 L dengan persentase 10 strain mikroalga dari botol
kaca. Setelah 3 hari mikroalga siap dipindahkan ke galon dengan media sebanyak 10 L dan juga dengan persentase 10 dari media air pada galon. Setelah 3 hari,
strain pada media galon dipindahkan ke toples dengan volume media 4 L. Strain yang dituangkan sebanyak 10 dari media yang digunakan pada toples yaitu 400
mL. Volume inilah dilakukan pengamatan selama 15 hari dengan 3 kali pengulangan.
Proses kultivasi pada sistem outdoor merupakan tahapan lanjutan dari sistem indoor. Kultivasi sistem outdoor diawali dengan penuangan strain
sebanyak 10 dari ukuran bak yang digunakan pada kultivasi. Media air yang akan digunakan pada sistem outdoor memiliki volume 45 L sehingga strain yang
dituang adalah sebanyak 4,5 L. Strain mikroalga yang dituang berasal dari kultivasi pada sistem indoor. Sistem outdoor juga dilakukan pengamatan selama
15 hari dan juga dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
3.3.4 Penghitungan Kelimpahan Mikroalga Jumlah Sel