Analisis Data Desa Pemutaran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Singaraja, Propinsi Bali. 3.2 Alat dan Bahan

30 pertumbuhan mikroalga dengan menghitung nilai kelimpahannya. Peralatan yang digunakan adalah mikroskop dan Haemocytometer. Monitoring kelimpahan dilakukan dengan melihat jumlah mikroalga pada kotak kecil Haemocytometer yang dilakukan pada 5 titik pandang dan 3 kali ulangan. Adapun formulasi yang digunakan ada pada persamaan 1. ..................... 1 Dimana N adalah jumlah sel mikroalga yang teramati

3.3.5 Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Media

Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan pada toples yang berisi media air laut sebanyak 4 L dan pada bak stirofom yang berkapasitas 45 L. Parameter fisika yang diukur adalah suhu, salinitas, dan cahaya, sedangkan parameter kimia yang diukur adalah pH. Pengukuran suhu, salinitas dan pH dilakukan dilakukan sebanyak 1 kali dalam 24 jam dan dimulai pada hari ke-0 t hingga hari ke-15 t 15 . Pengukuran cahaya yang dilakukan pada sistem indoor hanya 1 kali sedangkan pada sistem outdoor sebanyak 9 kali dalam waktu 24 jam, dengan rentang waktu 1 jam pada pukul 09.00 – 18.00 WITA.

3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan kepadatan pada ketiga spesies diatom Chaetoceros gracilis, Skeletonema costatum, dan Thalassiosira sp. dan juga pada kedua sistem sistem indoor dan sistem outdoor. Perbandingan tersebut digambarkan dengan menggunakan grafik, laju pertumbuhan spesifik µ, dan laju pertumbuhan spesifik maksimum µ maks . Kualitas air dianalisis 31 menggunakan uji validitas Pearson untuk melihat korelasi yang terjadi dan uji lanjut regresi untuk melihat pengaruh parameter kualitas air terhadap kelimpahan dengan selang kepercayaan 0,05. Laju pertumbuhan spesifik µ mikroalga dihitung dengan rumus menurut Krichnavaruk et al 2004, pada persamaan 2. .......................................................2 Dimana N t adalah kepadatan populasi pada waktu ke-t, N adalalah kepadatan populasi sel pada waktu 0, T adalah waktu awal dan T t adalah waktu pengamatan. Laju pertumbuhan spesifik maksimum µ maks dihitung dari kelimpahan pada saat awal kultivasi hingga puncak kelimpahan maksimum, dimana N t adalah puncak kelimpahan maksimum, N adalah kelimpahan pada awal kultivasi sedangkan T t adalah waktu pada saat kelimpahan maksimum dan T adalah kelimpahan pada saat awal kultivasi. 32

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kelimpahan dan Laju Pertumbuhan Spesifik Diatom Pada Sistem Indoor

Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga spesies diatom yang dikultur selama lima belas hari pada sistem indoor memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Jumlah kelimpahan awal spesies diatom yang dikultivasi juga memiliki jumlah yang berbeda. Skeletonema costatum memiliki kelimpahan awal sebesar 0,15×10 6 selmL, Thalassiosira sp. memiliki kelimpahan awal sebesar 0,05×10 6 selmL, dan Chaetoceros gracilis memiliki jumlah kelimpahan awal sebesar 0,54×10 6 selmL. Grafik kelimpahan dan laju pertumbuhan spesifik diatom pada sistem indoor dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 7. Tabel 2. Kelimpahan ×10 6 selml dan laju pertumbuhan spesifik µ diatom pada sistem indoor Hari Skeletonema costatum Thalassiosira sp. Chaetoceros gracilis ×10 6 selmL µ ×10 6 selmL µ ×10 6 selmL µ 0,15 - 0,05 - 0,54 - 1 0,87 1,754 0,29 1,754 1,60 1,088 2 1,19 0,316 0,64 0,794 3,81 0,866 3 1,42 0,179 0,74 0,145 6,63 0,555 4 1,81 0,239 0,84 0,134 7,09 0,068 5 1,97 0,085 0,84 0,000 7,25 0,022 6 1,41 -0,336 0,90 0,064 6,14 -0,166 7 0,59 -0,870 0,57 -0,453 5,21 -0,165 8 0,25 -0,857 0,62 0,075 4,49 -0,147 9 0,14 -0,588 0,75 0,196 5,83 0,260 10 0,44 -1,139 0,70 -0,069 4,44 -0,271 11 0,006 -2,079 0,62 -0,127 4,34 -0,024 12 - - 0,47 -0,279 2,04 -0,752 13 - - 0,39 -0,182 1,31 -0,448 14 - - 0,27 -0,357 1,19 -0,089 15 - - 0,21 -0,254 0,67 -0,575