Kualitas Air pada Sistem indoor

outdoor. Kelimpahan tertinggi Skeletonema costatum terdapat pada perlakuan sistem indoor. Thalassiosira sp. pada sistem indoor memilki laju pertumbuhan spesifik maksimum yang lebih besar dibandingkan pada sistem outdoor. Kelimpahan tertinggi Thalassiosira sp. juga terdapat pada sistem indoor. Chaetoceros gracilis pada sistem indoor sama halnya memiliki laju pertumbuhan spesifik maksimum µ maks yang lebih besar dibandingkan pada sistem outdoor. Kelimpahan tertinggi Chaetoceros gracilis juga terdapat pada sistem indoor. Perlakuan sistem indoor pada ketiga spesies diatom ternyata memberikan laju pertumbuhan spesifik maksimum dan jumlah kelimpahan yang lebih besar dibandingkan pada sistem outdoor. Hal ini dapat diduga karena lingkungan yang berbeda pada proses kultivasi.

4.4 Kualitas Air

4.4.1 Kualitas Air pada Sistem indoor

Perubahan suhu air harian saat kultivasi pada ketiga spesies dapat dilihat pada Gambar 12. Perubahan suhu dari hari ke-0 hingga hari ke-15 diakibatkan karena adanya penyesuaian media terhadap suhu lingkungan. Air pada saat pertama kali dituang dalam wadah media kultivasi memiliki suhu 35,0 o C. hal ini dikarenakan adanya proses penembakan sinar UV yang menyebabkan tingginya suhu air. Gambar 12. Suhu pada kultivasi sistem indoor Hari ke-0 dapat dilihat terjadi penurunan suhu hingga 27,0-28,0 o C. Penurunan suhu dengan nilai minimum pada ketiga spesies terjadi pada hari ke-9 dengan kisaran 23,7-24,7 o C. Penurunan suhu yang dicapai pada hari ke-15 adalah 25,3-25,8 o C. Skeletonema costatum pada saat kultivasi memiliki kisaran perubahan suhu antara 23,7-27,0 o C, Thalassiosira sp. memiliki kisaran perubahan suhu antara 24,5-27,8 o C dan Chaetoceros gracilis memiliki kisaran perubahan suhu antara 24,7-27,0 o C. Berdasarkan analisis validitas Pearson, fluktuasi suhu tidak menunjukkan adanya korelasi yang signifikan dengan kelimpahan pada ketiga spesies diatom yang dikultur. Kisaran suhu pada ketiga spesies tersebut termasuk ke dalam kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan mikroalga yaitu 19,0 – 32,0 o C Sylvester et al., 2002 dan Cahyaningsih, 2009. Perubahan salinitas media kultur indoor dapat dilihat pada Gambar 13. Salinitas awal pada saat kultivasi diatom adalah 28,0 ‰. Kenaikan salinitas media kultivasi pada sistem indoor berkorelasi positif terhadap waktu. Skeletonema costatum memiliki salinitas maksimum pada hari ke-15 sebesar 34,5 ‰, Thalassiosira sp. memiliki salinitas maksimum pada hari ke-15 sebesar 31,7 ‰, dan Chaetoceros gracilis memiliki salinitas maksimum pada hari ke-15 sebesar 34,0 ‰. Kenaikan salinitas dapat diduga karena adanya penguapan air yang disebabkan oleh pengadukan atau aerasi dan adanya pengaruh panas dari lampu TL sehingga mengakibatkan terjadinya penguapan Gambar 13. Salinitas pada kultivasi sistem indoor Berdasarkan uji validitas Pearson, parameter salinitas dan kelimpahan Skeletonema costatum menunjukan hubungan yang nyata sedangkan pada Thalassiosira sp. dan Chaetoceros gracilis tidak menunjukan hubungan yang nyata. Uji lanjut menggunakan analisis regresi memperlihatkan bahwa salinitas mempengaruhi kelimpahan Skeletonema costatum p0,05. Salinitas yang diamati pada ketiga spesies termasuk ke dalam salinitas optimum bagi pertumbuhan mikroalga 25,0-35,0 ‰ Sylvester et al., 2002. Perubahan derajat keasaman pH dalam kultur ketiga spesies diatom yang dilakukan selama 15 hari pengamatan cenderung berfluktuatif. Perubahan derajat keasaman pH pada media kultivasi sistem indoor dapat dilihat pada Gambar 14. Kisaran perubahan pH pada Skeletonema costatum adalah 7,60-8,31. pH pada hari ke-0 adalah 8,20 dan pada hari ke-15 adalah 8,00. Kisaran perubahan pH pada Thalasiossira sp. adalah 7,80 – 8,60 dengan pH hari ke-0 adalah 8,10 dan hari ke-15 adalah 8,10. Kisaran perubahan pH pada Chaetoceros gracilis adalah 8,00 -8,40 dengan pH hari ke-0 adalah 8,20 dan hari ke-15 adalah 8,10. Gambar 14. Derajat keasaman pH pada kultivasi sistem indoor Perubahan pH pada saat kultivasi mikroalga dapat disebabkan karena adanya perubahan kelarutan CO 2 dan mineral di dalam medium pertumbuhan Suantika, 2009. Berdasarkan uji validitas Pearson, dapat dikatakan bahwa pH tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan jumlah kelimpahan pada ketiga spesies diatom yang dikultur. Intensitas cahaya pada sistem indoor memiliki kisaran yang cukup stabil. Cahaya yang digunakan pada sistem indoor hanya bergantung pada lampu TL. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 15 yang menunjukan intensitas cahaya pada sistem indoor yang diukur selama 9 jam memiliki kisaran antara 4.123-5.290 lux dengan rata-rata 4.593 lux. Gambar 15. Intensitas cahaya pada kultivasi sistem indoor Kisaran ini dapat dikatakan cukup stabil dibandingkan kisaran pada sistem outdoor. Hal ini dikarenakan penggunaan lampu TL 36 watt yang memiliki pencahayaan yang cukup konstan selama kegiatan kultur. Kisaran ini dapat dikatakan optimum karena intensitas cahaya bagi pertumbuhan mikroalga adalah 2.000-8.000 lux Sylvester et al., 2002.

4.4.2 Kualitas Air pada Sistem Outdoor