Fase Pertumbuhan Mikroalga Biofuel dari Mikroalga

16 Sebagai salah satu organisme yang hidup di dalam air, salinitas merupakan salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroalga. Fluktuasi salinitas secara langsung menyebabkan perubahan tekanan osmosis di dalam sel mikroalga. Salinitas yang terlampau tinggi atau rendah dapat menyebabkan tekanan osmosis di dalam sel menjadi lebih rendah atau lebih tinggi, sehingga aktifitas sel terganggu. Hal ini mempengaruhi pH protoplasma sel dan menurunkan kegiatan enzim di dalam sel. Umumnya mikroalga air laut hidup normal pada salinitas optimum 25-35 ‰ Sylvester et al., 2002. Salinititas optimum untuk diatom adalah 28-32 ‰ Cahyaningsih, 2009.

2.3 Fase Pertumbuhan Mikroalga

Edhy et al. 2003 menjelaskan terdapat 4 fase dalam pertumbuhan mikroalga yaitu fase lag istirahat, fase logaritmik pertumbuhan eksponensial, fase stasioner pertumbuhan stabil, dan fase deklinasi kematian. Fase-fase pertumbuhan mikroalga tersebut dapat dlihat pada Gambar 4. Fase lag merupakan fase ketika populasi mikroalga tidak mengalami perubahan, tetapi ukuran sel pada fase ini meningkat. Fotosintesis masih aktif berlangsung dan organisme mengalami metabolisme tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatannya belum meningkat. Dalam perairan tambak kondisi air masih bening atau remang-remang dengan transparansi 80 cm. Fase logaritmik diawali dengan pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang terus menerus, pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal. Dalam perairan tambak ditandai dengan air yang mulai berwarna sampai warna pekat dengan transparansi 60-30 cm bahkan dapat 30 cm. 17 Sumber : Edhy et al. 2003 Gambar 4. Grafik fase pertumbuhan mikroalga Fase stasioner merupakan fase dengan pertumbuhan yang mulai mengalami penurunan dibandingkan fase logaritmik. Pada fase ini, laju reproduksi atau pembelahan sel sama dengan laju kematian dalam arti penambahan dan pengurangan plankton relatif sama sehingga kepadatan plankton cenderung tetap. Dalam perairan tambak fase ini memperlihatkan warna yang cenderung stabil dan sebaiknya dipertahankan supaya tidak terjadi droping plankton. Fase deklinasi merupakan fase ketika terjadi penurunan jumlah atau kepadatan mikroalga. Pada fase ini laju kematian lebih cepat dibandingkan laju reproduksi. Laju kematian mikroalga dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien, cahaya, temperatur, dan umur mikroalga itu sendiri. Dalam perairan tambak kematian mikroalga ditandai dengan meningkatnya transparansi, adanya perubahan warna, serta terdapat busa atau buih. 18

2.4 Biofuel dari Mikroalga

Biofuel yang dapat terbarukan dibutuhkan untuk menggantikan minyak yang dijadikan bahan bakar yang berkontribusi pada pemanasan global dan ketersediaannya yang terbatas. Biodiesel dan bioethanol merupakan bahan bakar yang berpotensi dapat diperbarui yang menarik perhatian besar. Biodiesel dan bioethanol diproduksi oleh tanaman pertanian menggunakan metode yang ada yang keberadaannya tidak dapat menggantikan minyak fosil yang dijadikan bahan bakar, tapi ada sebuah alternatif. Oleh karena itu dibutuhkan penemuan baru bahan baku yang cocok untuk produksi bahan bakar yang tidak mengurangi ketersediaan minyak nabati yang dapat dikonsumsi manusia sebagai makanan. Salah satu alternatifnya yaitu mikroalga. Mikroalga lebih memiliki potensi untuk dijadikan biodiesel dibandingkan biofuel Chisti, 2008. Minyak dari mikroalga mengandung lipid yang cocok untuk esterifikasi atau transesterifikasi Umdu et al., 2008. Di antara berbagai jenis alga, mikroalga merupakan kelompok biota yang menjanjikan hasil lebih baik karena: 1. Memiliki laju pertumbuhan yang tinggi Ritt-man, 2008 dalam Umdu et al., 2008. 2. Kandungan lipid dapat disesuaikan dengan mengubah komposisi media untuk tumbuh Naik et al., 2006 dalam Umdu et al., 2008. 3. Dapat dipanen lebih dari sekali dalam satu tahun Schenk et al., 2008 dalam Umdu et al., 2008. 4. Dapat menggunakan air laut atau air limbah Schenk et al., 2008 dalam Umdu et al., 2008. 19 5. Karbondioksida di atmosfer, merupakan sumber untuk pertumbuhan mikroalga Schenk et al., 2008 dalam Umdu et al., 2008 6. Biodiesel dari lemak alga merupakan non toksik dan bersifat biodegradable secara cepat. Schenk et al., 2008 dalam Umdu et al., 2008. 7. Mikroalga yang digunakan untuk biodiesel mampu berproduksi 15-300 kali lebih cepat dibandingkan tanaman daratan Chisti, 2007.

2.5 Teknik Kultivasi Mikroalga