2.3 Keseimbangan
2.3.1 Definisi Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan relatif tubuh untuk mengontrol pusat gravitasi atau pusat massa tubuh terhadap bidang
tumpu dalam keadaan statik maupun dinamik sehingga tubuh bisa mempertahankan posturnya dalam mengantisipasi gerakan yang terjadi
Irfan, 2010. Keseimbangan muncul sebagai reaksi cepat dari tubuh ketika
terjadi pemindahan atau perubahan gerakan yang tiba-tiba dan tidak terduga, atau bisa juga disebut sebagai strategi ketika kita memperbaiki
posisi tubuh, memindahkan berat badan, berputar, atau melangkah. Strategi termasuk kedalam proses kognitif karena ada kaitannya dalam
pengaturan dan percontohan perencanaan dari tujuan langsung gerakan Gjelsvik, 2008.
2.3.2 Mekanisme Keseimbangan
Dalam kaitannya
dengan lingkungan,
keseimbangan memberikan tubuh menjadi harmoni dan aman. Dan keseimbangan
merupakan dasar dari sistem motorik. Apabila keseimbangan berkurang atau tidak ada maka kita harus menggunakan strategi lain untuk
mencegah jatuh. Pasien dengan kondisi neurologis seperi stroke telah kehilangan beberapa repertoar gerakan mereka dan tidak dapat
beradaptasi dengan tingkat yang sama seperti sebelumnya.
Menurut Gjelsvik 2008, keseimbangan merupakan istilah holistic antara postural control, righting, dan protective reaction.
a. Postural control
Postural control merupakan kemampuan untuk mengontrol posisi tubuh dalam suatu ruang yang memiliki fungsi ganda, yaitu
untuk stabilisasi dan orientasi Shumway-Cook Woollacott, 2007.
Menurut Aruin 2006, postural orientation adalah kemampuan untuk mempertahankan hubungan antar segmen tubuh,
tubuh dan lingkungan dalam suatu tugas tertentu. Memerlukan orientasi vertikal yang stabil untuk melawan gravitasi. Stabilitas
postural adalah kemampuan mempertahankan pusat berat tubuh dengan ruang batas sebagai acuan untuk stability limit. Stability limit
adalah batasan area di dalam ruang dimana tubuh bisa mempertahankan posisi tanpa mengubah base of support. Postural
stability tidak hanya dalam posisi tertentu tetapi ditentukan oleh lebar dari base of support dan keterbatasan lingkup gerak sendi,
kekuatan otot dan informasi sensori dalam mendeteksi keterbatasan. Stability limit setiap individu akan berbeda tergantung dari tugas,
lingkungan dan individu itu sendiri.
Skema 2.5 Sistem Postural Control Sumber: Shumway-Cook Woollacot, 2007
1. Internal Representation
Kemampuan dalam menginterpretasikan postur tubuh dalam otak terutama pada korteks. Internal representation ini
penting dalam pemetaan dari tubuh pada input sensasi dalam melakukan suatu aksi. Seringkali merujuk pada postural body
schema. Body schema menggabungkan antara geometri tubuh, kinetik, orientasi terhadap gravitasi.
2. Adaptive Mechanism
Adaptive mechanism merupakan kemampuan adaptasi ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik
Postural Control
Internal representation
Adaptive mechanism
Anticipatory mechanism
Sensory strategy
Individual sensory
system Neuromuscul
ar synergies
Musculoskeletal components
lingkungan sehingga akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik output.
3. Anticipatory Mechanism
Anticipatory mechanism merupakan kemampuan dalam mempersiapkanmemprediksikan
suatu eksekusi
untuk melakukan gerakan dengan baik. Ketika kita mengatakan ingin
melakukan gerakan yang cepat, maka sebelum kita bergerak akan muncul respon postural berupa aktivasi terhadap otot-otot
postural. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harwood
2010, tentang anticipatory mechanism terhadap aktivitas otot- otot postural, terlihat bahwa ketika otak telah memberikan
perintah untuk bergerak maka 1100 ms sebelum gerakan dilakukan otot sudah mulai teraktifasi. Mulai dari otot bagian
tranversus abdominalis, internal oblique, multifidus, external oblique, rectus abdominalis.
Penelitian terbaru memfokuskan peran otot tranversus abdominalis TrA dan multifidus. Fungsi dari kedua otot ini
adalah sebagai stabilisator inti core. Otot-otot ini memiliki pengaruh segmental pada lumbal spine. Studi di atas
menunjukkan bahwa serabut otot dalam pada otot TrA dan multifidus adalah otot yang pertama aktif ketika sebelum
terjadinya pergerakan.
4. Sensory Strategy
Informasi sensori dari somatosensoris permukaan, visual tugastujuan, sistem vestibular gravitasi diintegrasikan
untuk mengintepretasikan sensoris secara kompleks dalam lingkungan untuk bergerak. Ketiga sensasi tersebut dapat
digunakan untuk
membentuk reaksi
dalam menjaga
keseimbangan. Integrasi
sensomotorik penting
untuk menghubungkan sensasi ke respon motorik, proses adaptif dan
anticipatory Kisner Colby, 2002. 5.
Individual Sensory System Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular,
dan somatosensoris. Input dari sistem-sistem ini merupakan sumber informasi penting tentang posisi tubuh dan gerakan yang
berkenaan dengan gravitasi dan lingkungan. Setiap bagian tubuh memberikan informasi yang berbeda tentang posisi dan gerakan
tubuh pada CNS. Jadi setiap bagian tubuh akan memberikan referensi yang berbeda terhadap postural control.
a. Visual
Visual penglihatan memegang peran penting dalam sistem sensoris. Penglihatan merupakan sumber utama
informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan
memegang peran
penting untuk
mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai
lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak
pandang. Penglihatan berperan penting dalam pengendalian postur, gerak, dan fungsi yang manipulatif Kisner dan
Colby, 2002. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat
menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktifitas sehingga memberikan kerja otot yang
sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. b.
Vestibular Komponen vestibular merupakan sistem sensoris
yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga
membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
Sistem vestibular membawa informasi tentang posisi tubuh dalam kaitannya dengan gravitasi dan perubahan pada
posisi tersebut. Dalam sistem ini ada jalur yang berfungsi untuk mengatur perubahan otot-otot postural dalam
kaitannya dengan gravitasi, ada juga sistem yang terlibat
dengan penyesuaian postural postural adjustments terhadap perubahan posisi, menggunakan otot-otot axial.
Kelainan dalam sistem vestibular mengakibatkan sensasi seperti pusing atau ketidakstabilan, yang tidak
terjangkau oleh kesadaran kita, serta masalah dengan fokus mata dan menjaga keseimbangan Woollacott dan
Shumway-Cook, 2007. c.
Somatosensoris Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau
proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula
spinalis. Sebagian besar masukan input proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus. Beberapa hal penting yang berhubungan dengan
proprioseptif dalam posisi berdiri adalah: a
Informasi yang diterima ankle joint yang disebabkan oleh perubahan pusat gravitasi, menghasilkan perputaran
torsi pada ankle joint. b
Informasi yang berasal dari otot – otot leher memberikan referensi yang penting tentang gerakan kepala dalam
hubungannya dengan truktus.
c Otot – otot mata merefleksikan posisi mata dalam
hubunganya dengan kepala. Dalam mempertahankan keseimbangan dan orientasi
postural dibutuhkan informasi yang akurat tentang posisi tubuh terhadap segmen tubuh lain dan terhadap lingkungan
sekitarnya yang didapat dari reseptor sensoris perifer yang terdapat pada organ visual, vestibuler dan somatosensoris.
Gangguan, kerusakan maupun keadaan yang tidak stabil pada reseptor sensoris perifer mampu merubah
kemampuanya dalam mendeteksi input yang ada sehingga informasi menjadi tidak akurat dan berakibat terhadap
postural control. Reseptor di kapsul sendi memberikan informasi
tentang gerakan dan posisi bagian tubuh relatif terhadap satu sama lain, peran mereka dalam postural control belum
sepenuhnya didefinisikan. Otot spindle memberikan informasi tentang perubahan panjang otot dan peregangan
dinamis dan dapat juga diaktifkan dengan peregangan otot. Pressoreceptors mendeteksi goyangan tubuh, sedangkan
mechanoreceptors dapat menentukan regangan pada kulit, serta perubahan kecepatan dan tekanan. Ada beberapa input
dalam postural control yang dihasilkan dari proprioseptif. Pertama, informasi dari sendi pergelangan kaki sangat
penting karena merupakan salah satu bagian tubuh yang kontak dengan permukaan sehingga memberikan informasi
titik tumpu beban tubuh. Kedua, informasi dari otot leher memberikan referensi penting tentang gerakan kepala dalam
kaitannya dengan alignment dari tubuh. Dan ketiga, refleks dari otot mata mampu menstabilkan bayangan objek pada
retina hubungannya dengan posisi mata dengan pergerakan dari kepala.
Macam-macam reseptor dalam sitem propriseptif yaitu : korpus Vater-Pacini untuk rasa tekan, letaknya di
bagian bawah kulit dan jaringan ikat, organ golgli di dalam tendon dan selaput sendi, “muscle spindle” ada dalam otot,
berfungsi sebagai “stretch-reseptor”, piring Golgi-Massoni ada dalam kulit untuk menangkap rasa tekan halus.
6. Neuromuscular Synergies
Struktur dan fungsi dari aktifitas motorik dan sistem saraf pusat saling mempengaruhi satu sama lain. Gerakan
merupakan hasil dari aktifitas otot-otot yang merupakan proses dari sistem saraf pusat. Pengolahan dalam sistem saraf pusat
merupakan hasil dari informasi yang dikirim menuju sistem tentang keinginan atau kebutuhan untuk melakukan aksi,
didasari pada kebutuhan akan interaksi dengan lingkungan. Setiap gerakan ditentukan oleh individu, tujuan fungsional, dan
lingkungan dimana gerakan tersebut diproses yang sesuai dengan fungsi oleh kesinergisan dari sistem saraf pusat dan
sistem muskular. 7.
Musculoskeletal Components Postural control memerlukan tindakan otot yang
terkoordinasi. Untuk menghasilkan kontraksi otot yang memadai. Aktifitas otot pada sendi berperan penting dalam
menyeimbangkan tubuh. Otot dan reseptor kulit berperan penting dalam mekanisme stabilisasi postural dalam keadaan
seimbang.
b. Righting
Righting mengacu pada pengamatan gerak antar segmen tubuh yang saling berhubungan dan antara segmen tubuh dengan
lingkungan. Righting terjadi ketika garis gravitasi bergerak menuju batas bidang tumpu. Gerakan yang timbul sebagai kemampuan dari
righting ini merupakan bagian dari kontrol keseimbangan yang otomatis dan volunter.
Ada 2 bentuk utama dari righting, yaitu: 1.
Head Righting Kepala akan memperbaiki posisinya terhadap trunk
sebagai respon terhadap perpindahan, dan hal ini bertujuan untuk mempertahankan posisi vertikal kepala.
2. Trunk Righting
1 Ketika trunk melakukan gerakan yang berhubungan
dengan bidang tumpu, semua perpindahan berat badan dan perpindahan posisi membutuhkan
perubahan dan penyesuaian dengan shoulder girdle, dada, dan panggul.
2 Ketika kepala bergerak untuk melihat atau mengubah
arah, tubuh akan mengikuti dan memperbaiki diri sesuai dengan gerakan pada kepala.
3 Ketika duduk dan berdiri kepala akan mengarahkan
urutan atau rangkaian gerakan. Otot perut akan menstabilkan dada dan memungkinkan fleksor leher
untuk menahan berat kepala. Trunk bergerak dan mengikuti kepala sampai pusat gravitasi berada
dalam bidang tumpu saat posisi duduk dan berdiri. Bagian utama dari gerakan ini, yang merupakan
dasar adalah trunk righting, baru kemudian diikuti oleh head righting.
Righting merupakan komponen penting dan sebagai dasar dari kemampuan untuk bergerak dari satu posisi ke posisi lain,
perpindahan berat badan, perubahan arah gerakan, dan untuk pengembangan strategi reaksi dan gerakan proteksi. Oleh karena itu,
righting sangat penting untuk semua aktifitas fungsional kita.
c. Protective reaction and strategies
Protective reaction and strategies dilakukan jika righting tidak tepat atau tidak memadai untuk menjaga keseimbangan.
Bentuknya adalah dengan melangkah atau menggunakan tangan agar tidak terjatuh.
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi Keseimbangan