c. Protective reaction and strategies
Protective reaction and strategies dilakukan jika righting tidak tepat atau tidak memadai untuk menjaga keseimbangan.
Bentuknya adalah dengan melangkah atau menggunakan tangan agar tidak terjatuh.
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi Keseimbangan
1 Central of Mass – CoM
CoM adalah titik yang sesuai dengan pusat dari total massa tubuh dan adalah titik di mana tubuh berada dalam keseimbangan
yang sempurna. Hal ini ditentukan dengan mencari rata-rata dari beratbeban dari CoM pada setiap segmen tubuh Kisner Colby,
2002. 2
Center of Gravity – CoG CoG terdapat pada semua benda, yang terletak tepat di
tengah benda tersebut. CoG adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu
ditopang oleh titik ini, maka tubuh akan seimbang. Pada manusia, CoG berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. CoG
manusia ketika duduk tegak adalah tepat di bawah sternum di atas diafragma.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: ketinggian dari CoG dengan BoS, ukuran BoS, lokasi LoG dengan
BoS, serta berat badan. 3
Line of Gravity – LoG LoG merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui
CoG. Hubungan antara LoG, CoG dengan BoS akan menentukan derajat stabilitas tubuh.
4 Base of Support – BoS
BoS merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika LoG tepat berada di bidang tumpu,
tubuh akan seimbang. Semakin dekat BoS dengan CoG, maka stabilitas tubuh makin tinggi.
5 Stability Limit
Stability limit adalah batasan area dimana tubuh bisa mempertahankan posisi tanpa merubah base of support. Batas
tersebut selalu berubah tergantung pada tugas, biomekanik individu, dan aspek lingkungan Kisner Colby, 2002.
6 Ground Reaction Force – GRF
Merupakan gaya reaksi yang diberikan secara khusus oleh tanah saat terjadi interaksi tubuh dengan tanah karena adanya
penngaruh gravitasi. Pada saat duduk terjadi reaksi dari bidang tumpu yang sama besarnya dan berlawanan denga arah kekuatan
tekanan tubuh pada permukaan melalui kaki.
2.3.4 Keseimbangan pada pasien stroke
Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari sistem somatosensorik visual, vestibular, propioceptive dan motorik yang secara
keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur meliputi basal
ganglia, cerebellum, dan area assosiasi Batson, 2009. Keseimbangan adalah hasil interaksi antara motorik, sensorik dan
proses kognitif. Keseimbangan merupakan pusat dari sebelum terjadinya gerakan. Dan keseimbangan merupakan proses sensorimotor yang holistik,
persepsi dengan
lingkungan sekitar,
serta koordinasi
aktifitas neuromuskular pada tubuh.
Keseimbangan muncul sebagai reaksi cepat dari tubuh ketika terjadi pemindahan atau perubahan gerakan yang tiba-tiba dan tidak terduga, atau
bisa juga disebut sebagai strategi ketika kita memperbaiki posisi tubuh, memindahkan berat badan, berputar, atau melangkah.
Strategi termasuk kedalam proses kognitif karena ada kaitannya dalam pengaturan dan percontohan perencanaan dari tujuan langsung
gerakan. Pasien stroke dapat mengalami kelemahan otot yang menyebabkan
menurunnya kemampuan postural control. Akibatnya terjadi gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan pada pasien stroke berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengatur perpindahan berat badan dan kemampuan gerak otot yang menurun sehingga kesetimbangan tubuh
menurun. Keseimbangan juga merupakan parameter bagi pasien stroke terhadap keberhasilan terapi mereka.
Pada pasien stroke, mereka berusaha membentuk gerakan kompensasi untuk gangguan kontrol postur mereka, kompensasi ini tidak
selalu menjadi hasil yang optimal. Pasien dengan gangguan keseimbangan yang moderat hingga berat menggunakan banyak gerakan tambahan sebagai
kompensasi dari defisit motoriknya, sedangkan untuk pasien dengan gangguan keseimbangan yang ringan, mereka memiliki kemampuan
melakukan gerakan yang hampir sama dengan pola gerak normal. Gangguan fungsi keseimbangan merupakan akibat stroke yang
paling berpengaruh pada faktor aktifitas. Karena kemampuan keseimbangan tubuh dibidang tumpu mengalami gangguan dalam beradaptasi terhadap
gerakan dan kondisi lingkungan. Gangguan sensoris dan motorik pasca stroke mengakibatkan
gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot, penurunan fleksibilitas jaringan lunak, serta gangguan kontrol motorik dan sensorik. Fungsi yang
hilang akibat gangguan kontrol motorik pada pasien stroke mengakibatkan hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan merasakan keseimbangan
tubuh dan postur kemampuan untuk mempertahankan posisi tertentu.
Kesulitan membentuk dan mempertahankan postur yang tepat dapat diketahui saat pasien melakukan gerakan ke berdiri maupun ke duduk.
Gambar 2.6 Skema Konsep Postural Control Sumber : Raine, 2009
2.4 Metode Bobath