193 | P a g e
bermuara pada satu kesimpulan utama; bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Sebagian orang menyebut
perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan habit dan budaya kerja. Sinamo 2005 lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos mengandung
pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar,
pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
B. Aspek-Aspek Etika Etos Kerja
Menurut Sinamo 2005 setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang menjelma
menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan, komitmen, dan penghayatan atas
paradigma kerja tertentu. Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang positif, kreatif dan produktif. Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang
ini, Sinamo 2005 menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem
keberhasilan yang berkelanjutan sustainable success system pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya
sebagai Catur Dharma Mahardika bahasa Sanskerta yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, yaitu:
1. Mencetak prestasi dengan motivasi superior. 2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner.
3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif. 4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek etos kerja sebagai berikut: 1. Kerja adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor,
sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.
2. Kerja adalah amanah. Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab.
194 | P a g e
Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
3. Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Jadi, jika pekerjaan
atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada d iri sendiri, “I’m doing
my best ” Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik
mutunya. 4. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat
manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat. Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi
diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk
bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan. 5. Kerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang
Khalik, sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita
bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata. 6. Kerja adalah seni. Semua adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja
dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Jansen mencontohkan Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya
meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya.
7. Kerja adalah kehormatan. Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang
lebih besar akan datang kepada kita. Jansen mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja menulis, meskipun ia
dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
8. Kerja adalah Pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh
kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.
Anoraga 1992 juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan sebagai
berikut:
195 | P a g e
1. Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia 2. Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan.
3. Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral 4. Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti
5. Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih. Dalam penulisannya, Akhmad Kusnan 2004 menyimpulkan pemahaman bahwa
etos kerja menggambarkan suatu sikap, maka ia menggunakan lima indikator untuk mengukur etos kerja. Menurutnya etos kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki dua
alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia, 2. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia, 3. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia,
4. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,
5. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah. Bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah,
maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya Kusnan, 2004, yaitu; 1. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
2. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia, 3. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan,
4. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan, 5. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas, dapat dilihat bahwa aspek-aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa
aspek etos kerja yang dikemukakan oleh Sinamo, sehingga penulisan ini mendasari pemahamannya pada delapan aspek etos kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap etos kerja.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etika Etos Kerja
Etika etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max Weber. Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern, yaitu rasionalitas rationality
menurut Weber 1958 lahir dari etika Protestan. Pada dasarnya agama merupakan suatu
196 | P a g e
sistem nilai. Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh
ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Dengan demikian, kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan, jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan atau modernisasi.
Weber 1958 memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional, berdisiplin tinggi, bekerja tekun sistematik,
berorientasi sukses material, tidak mengumbar kesenangan - namun hemat dan bersahaja asketik, serta menabung dan berinvestasi, yang akhirnya menjadi titik tolak
berkembangnya kapitalisme di dunia modern. Sejak Weber menelurkan karya tulis The Protestant Ethic and the Spirit of
Capitalism 1958, berbagai studi tentang Etos Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum mengkonfirmasikan adanya korelasi positif
antara sebuah sistem kepercayaan tertentu dan kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan modernitas Sinamo, 2005.
Menurut Rosmiani 1996, etos kerja terkait dengan sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja. Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya, yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional. Ia menemukan etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya kualitas
keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah kokohnya tingkat etos kerja yang rendah itu.
Budaya Selain temuan Rosmiani 1996 diatas, Usman Pelly dalam Rahimah, 1995
mengatakan bahwa sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional, etos budaya ini juga disebut sebagai
etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos
kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki
etos kerja. Pernyataaan di atas juga didukung oleh studi yang dilakukan Suryawati, Dharmika,
Namiartha, Putri dan Weda 1997 yang menyimpulkan bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilai-nilai budaya yang ada dan tumbuh pada masyarakat yang
bersangkutan. Etos kerja juga sangat berpegang teguh pada moral etik dan bahkan Tuhan.
197 | P a g e
Etos kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan secara turun-temurun.
Sosial Politik Soewarso, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo 1995 menemukan bahwa tinggi
rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh. KH. Abdurrahman Wahid 2002 mengatakan bahwa etos kerja harus dimulai
dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa depan bangsa dan negara. Dorongan untuk mengatasi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan hanya
mungkin timbul, jika masyarakat secara keseluruhan memiliki orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik. Orientasi ke depan itu harus diikuti oleh
penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian achievement. Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain, yaitu semangat profesionalisme yang menjadi tulang
punggung masyarakat modern. Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati, Dharmika, Namiartha, Putri dan Weda 1997 juga menemukan adanya indikasi bahwa etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan
alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang
pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut. Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras.
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan
keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi Rahimah, Fauziah, Suri dan Nasution, 1995.
Struktur Ekonomi Pada penulisan Soewarso, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo 1995 disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh. Motivasi Intrinsik Individu
198 | P a g e
Anoraga 1992 mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan inilah yang menjadi suatu motivasi kerja. Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang.
Menurut Herzberg dalam Siagian, 1995, motivasi yang sesungguhnya bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri, yang sering
disebut dengan motivasi intrinsik. Ia membagi faktor pendorong manusia untuk melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor hygiene ini
merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak ada, yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah timbulnya
motivasi, tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi. faktor ini disebut juga faktor ekstrinsik, yang termasuk diantaranya yaitu gaji, status, keamanan kerja, kondisi kerja,
kebijaksanaan organisasi, hubungan dengan rekan kerja, dan supervisi. Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi, tentunya organisasi tersebut perlu
memastikan terlebih dahulu bahwa faktor hygiene tidak menjadi penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik.
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya, yang mana ketiadaannya bukan berarti ketidakpuasan, tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia. Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi pencapaian suksesachievement, pengakuanrecognition, kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan
karieradvancement, tanggung jawabresponsibility, kemungkinan berkembanggrowth possibilities, dan pekerjaan itu sendirithe work itself. Herzberg, dalam Anoraga, 1992.
Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi.
Etika Kerja vs Etika Profesi
Etika profesi atau etika profesional professional ethics merupakan suatu bidang etika social terapan. Etika profesi berkaitan dengan kewajiban etis mereka yang
menduduki posisi yang disebut profesional. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para professional dalam menjalani kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan
jasa kepada masyarakat yang berstandar tinggi. Sebagai bidang etika terapan, etika profesi pada dasarnya berkaitan dengan penerapan standar moral atau prinsip-prinsip etika yang
telah ada ke dalam praktik kehidupan profesi. Standar moral ini biasanya meliputi prinsip- prinsip moral tertentu yang disepakati untuk dijadikan sebagai nilai-nilai dan panduan
bersama oleh para anggota profesi. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan profesi, etika meliputi norma-norma yang mentransformasikan nilai-nilai atau cita-cita luhur ke
199 | P a g e
dalam praktik sehari-hari para profesional dalam menjalankan profesi mereka. Norma- norma ini biasanya dikodifikasikan secara formal ke dalam bentuk kode etik code of ethics
atau kode aturan perilaku code of conducts profesi yang bersangkutan. Etika profesi biasanya dibedakan dari etika kerja work ethics atau occupational
etchics yang mengatur praktik, hak dan kewajiban bagi mereka yang bekerja di bidang yang tidak disebut profesi non-profesional. Non-profesional adalah pegawai atau pekerja
biasa dan dianggap kurang memiliki otonom dan kekuasaan atau kemampuan profesional. Namun demikian, ada sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada alasan moral
untuk mengeluarkan etika kerja dari kajian etika profesional karena keduanya tidak terlalu berbeda jenisnya kecuali yang menyangkut besarnya bayaran yang diterima dari pekerjaan
mereka. Pertimbangan utamanya adalah bahwa orang pada umunya tidak terlampau mengkhawatirkan terjadinya “perampasan” atau “pengambilalihan” pekerjaan, melainkan
mengkhawatirkan terjadinya penyalahgunaan kewenangan, kekuasaan atau keahlian. Misalnya, masyarakat tidak atau kurang mengkhawatirkan bahwa tukang daging akan
mengambil alih pekerjaan penjahit, atau sebaliknya, penjahit akan mengambil alih pekerjaan tukang daging, tetapi lebih mengkhawatirkan apakah mereka melaksanakan
pekerjaan mereka hanya demi kepentingan mereka sendiri. Masyarakat mengkhawatirkan bahwa tukang daging, misalnya, tidak memotong dan menimbang daging sesuai dengan
ukuran yang dipesan; pembuat roti akan secara sengaja mencampurkan racun kedalam roti yang dibuatnya, atau piñata rambut secara sengaja menyetrom pelanggannya yang sedang
dikeringkan rambutnya dengan alat pengering rambut elektrik hair-dryer. Dengan perkataan lain, apakah diskresi atau kewenangan mereka dalam mengambil keputusan
tidak mereka salah-gunakan semata-mata hanya untuk mengejar kepentingan mereka sendiri self-interest dengan mengabaikan kepentingan orang lain yang seharusnya
mereka layani. Pembedaan antara etika profesi dan etika kerja lazimnya dilakukan mengingat
aktivitas para profesional seperti dokter, pengacara, dan akuntan, adalah berbeda dengan pekerja lain pada umumnya. Para profesional memiliki karakteristik khusus dari segi
pendidikan atau pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang membedakannya dari pekerja non-profesional. Tuntutan akan standar profesionalisme dan
etika terhadap profesional adalah jauh lebih tinggi dibandingkan terhadap non-profesional. Namun demikian tetap perlu diingat, meskipun etika profesi dibedakan dari etika kerja,
kerangka dan prinsip-prinsip yang dicakup etika profesi tetap dapat diberlakukan sebagai etika kerja. Ini terutama karena etika profesi mencakup prinsip-prinsip umum etika yang,
200 | P a g e
sebagaimana prinsip-prinsip itu diberlakukan pada kehidupan profesi, dapat diterapkan pada bidang pekerjaan atau kehidupan yang lain.
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
1. Kewajiban PNS Disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 3, bahwa setiap PNS wajib: a. Mengucapkan sumpahjanji PNS.
Pelanggaran sumpah janji PNS ini akan diberikan hukuman disiplin sedang apabila dikakukan tanpa alasan yang yang sah.
Mengucapkan sumpahjanji jabatan Pelanggaran sumpah janji jabatan ini akan diberikan hukuman disiplin sedang
apabila dikakukan tanpa alasan yang yang sah. b. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945, Negara Kesaruan Republik Indonesia, dan Pemerintah. Yang dimaksud dengan
“setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Pemerintah” adalah setiap PNS di samping taat juga berkewajiban melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
kebijakan negara dan Pemerintah serta tidak mempermasalahkan danatau menentang Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai pns ini akan diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan akan diberi teguran disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah danatau
Negara akan diberikan hukuman disiplin berat. Menaati segala peraturan perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-
undangan. Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai pns ini akan diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila
pelanggaran berdampak negative pada instansiyang bersangkutan akan diberi teguran disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah danatau
Negara akan diberikan hukuman disiplin berat. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
201 | P a g e
Yang dimaksud dengan “tugas kedinasan” adalah tugas yang diberikan oleh atasan yang berwenang dan berhubungan dengan:
1 perintah kedinasan, 2 peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian atau peraturan yang
berkaitan dengan kepegawaian, 3 peraturan kedinasan,
4 tata tertib di lingkungan kantor, atau 5 standar prosedur kerja Standar Operating Procedure atau SOP.
Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai PNS ini akan diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan akan diberi teguran disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah danatau
Negara akan diberikan hukuman disiplin berat. Menjunjung tinggi kehormatan Negara, pemerintah, dan martabat PNS
Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai pns ini akan diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila
pelanggaran berdampak negative pada instansiyang bersangkutan akan diberi teguran disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah danatau
Negara akan diberikan hukuman disiplin berat. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, danatau
golongan. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjalankan kewajibannya dengan
memprioritaskan kepentingan-kepentingan umum
dari kepentingan
personalnya. Maksudnya, dalam menjalankan tugasnya, setiap PNS wajib mendahulukan kepentingan-
kepentingan Negara daripada kepentingan dirinya sendiri ataupun kepentingan kelompok. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan. Yang dimaksud dengan “menurut sifatnya” dan “menurut perintah” adalah
didasarkan pada peraturan perundangundangan, perintah kedinasan, danatau kepatutan. Jadi Setiap Pegawai Negeri Sipil, harus senantiasa memegang teguh rahasia jabatan
berdasarkan perundangan. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara.
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjalankan tugas-tugasnya dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat demi kepentingan Negara.
202 | P a g e
Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil. Pegawai Negeri Sipil memiliki kewajiban dalam memberikan informasi dengan cepat
kepada atasan, jika mengetahui berbagai hal yang dapat memberikan kerugian atau berbahaya terhadap Pemerintah.
Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja. Yang dimaksud dengan k
ewajiban untuk “masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja” adalah setiap PNS wajib datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan
jam kerja serta tidak berada di tempat umum bukan karena dinas. Apabila berhalangan hadir wajib memberitahukan kepada pejabat yang berwenang.
Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan. Yang dimaksud dengan “sasaran kerja pegawai” adalah rencana kerja dan target
yang akan dicapai oleh seorang pegawai yang disusun dan disepakati bersama antara pegawai dengan atasan pegawai.
Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya. Yang dimaksud dengan “menggunakan dan memelihara barang-barang milik
negara dengan sebaik- baiknya” adalah setiap PNS wajib menggunakan dan memelihara
barang milik Negara dengan efektif dan efisien serta sesuai dengan peraturan perundang- undangan
Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. Yang dimaksud dengan “memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
masyarakat” adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas. Yang dimaksud dengan “membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas” adalah
membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan peraturan perundang-undangan.
Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier. Yang dimaksud dengan “memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier” adalah member kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pengembangan karier, antara lain memberi
kesempatan mengikuti rapat, seminar, diklat, dan pendidikan formal lanjutan. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
203 | P a g e
Yang dimaksud dengan ”menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang” adalah menaati peratuan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Larangan PNS Disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 4, bahwa setiap PNS dilarang: a. Menyalahgunakan wewenang.
Yang dimaksud dengan “menyalahgunakan wewenang” adalah menggunakan kewenangannya untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu untuk
kepentingan pribadi atau kepentingan pihak lain yang tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut.
b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi danatau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain.
Sebagai contoh : Seorang PNS yang tidak memiliki wewenang di bidang perizinan membantu mengurus perizinan bagi orang lain dengan memperoleh imbalan.
c. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain danatau lembaga atau organisasi internasional.
d. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing.
e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang- barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara
secara tidak sah. Yang dimaksud dengan
“memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang- barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau
surat berharga milik negara secara tidak sah” adalah perbuatan yang dilakukan tidak atas
dasar ketentuan termasuk tata cara maupun kualifikasi barang, dokumen, atau benda lain yang dapat dipindahtangankan.
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara.
g. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan.
Yang dimaksud dengan “jabatan” adalah jabatan struktural dan jabatan fungsional
tertentu.
204 | P a g e
h. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan danatau pekerjaannya.
PNS dilarang menerima hadiah, padahal diketahui dan patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. i. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.
Yang dimaksud dengan “bertindak sewenang-wenang” adalah setiap tindakan
atasan kepada bawahan yang tidak sesuai dengan peraturan kedinasan seperti tidak memberikan tugas atau pekerjaan kepada bawahan, atau memberikan nilai hasil
pekerjaan Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai tidak berdasarkan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan.
j. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani. k. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
Yang dimaksud dengan “menghalangi berjalannya tugas
kedinasan ”
adalah perbuatan yang mengakibatkan tugas kedinasan menjadi tidak lancar atau tidak mencapai hasil yang harus dipenuhi.
Contoh: PNS yang tidak memberikan dukungan dalam hal diperlukan koordinasi,
sinkronisasi dan integrasi dalam tugas kedinasan.
l. Memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
cara: 1 ikut serta sebagai pelaksana kampanye
2 menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS PNS sebagai peserta kampanye hadir untuk mendengar, menyimak visi, misi,
dan program yang ditawarkan peserta pemilu, tanpa menggunakan atribut Partai atau PNS. Yang dimaksud dengan
“menggunakan atribut partai” adalah dengan menggunakan danatau memanfaatkan pakaian, kendaraan, atau
media lain yang bergambar partai politik danatau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, danatau calon PresidenWakil Presiden dalam masa kampanye. Yang dimaksud dengan
“menggunakan atribut PNS” adalah seperti menggunakan seragam Korpri, seragam dinas, kendaraan dinas, dan lain-lain.
205 | P a g e
3 sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; danatau 4 sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
m. Memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden dengan cara: 1 membuat keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye; danatau 2 mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang
kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat n. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon
Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai
peraturan perundang- undangan, dan o. memberikan dukungan kepada calon
Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, dengan cara:
1 terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah
Yang d imaksud dengan “terlibat dalam kegiatan kampanye” adalah seperti PNS
bertindak sebagai pelaksana kampanye, petugas kampanyetim sukses, tenaga ahli, penyandang dana, pencari dana, dan lain- lain.
2 menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye 3 membuat keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye, danatau 4 mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang
kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
Hukuman disiplin PNS
PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 danatau Pasal 4 PP No 53 Tahun 2010 seperti yang disebutkan sebelumnya akan dijatuhi hukuman
disiplin. Adapun Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin yang dapat dijatuhi berdasarkan Pasal 7 PP No 53 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari: a. hukuman disiplin ringan;
b. hukuman disiplin sedang; dan
206 | P a g e
c. hukuman disiplin berat. 2. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri dari:
a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis. 3. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b terdiri dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 satu tahun; b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 satu tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 satu tahun. 4. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tiga tahun; b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. pembebasan dari jabatan; d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2 dijatuhkan
bagi pelanggaran terhadap kewajiban: 1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja; 2. menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
4. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja; 5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, danatau
golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada unit kerja;
207 | P a g e
7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja; 8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 11 berupa: a. teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 5
lima hari kerja; b. teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 6
enam sampai dengan 10 sepuluh hari kerja; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yang sah selama 11 sebelas sampai dengan 15 lima belas hari kerja; 10. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
11. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
12. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja;
13. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak
sengaja; dan 14. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 3 dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
1. mengucapkan sumpahjanji PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;
2. mengucapkan sumpahjanji jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;
208 | P a g e
3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negative bagi instansi yang bersangkutan;
4. menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan;
5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan; 6. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan;
7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, danatau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak
negatif bagi instansi yang bersangkutan; 10. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 11 berupa: a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 satu tahun bagi PNS yang tidak masuk
kerja tanpa alasan yang sah selama 16 enam belas sampai dengan 20 dua puluh hari kerja;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 satu tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 dua puluh satu sampai dengan 25 dua
puluh lima hari kerja; dan
209 | P a g e
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 satu tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 dua puluh enam sampai
dengan 30 tiga puluh hari kerja; 12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun hanya mencapai 25 dua puluh lima persen sampai dengan 50 lima puluh persen;
13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada instansi yang bersangkutan; 14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja; 16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja; dan
17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada instansi yang bersangkutan. Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 4 dijatuhkan
bagi pelanggaran terhadap kewajiban: 1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada pemerintah danatau negara; 2. menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara;
3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 4. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara;
210 | P a g e
5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, danatau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara;
7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada pemerintah danatau negara; 8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danataunegara; 9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 11 berupa: a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tiga tahun bagi PNS yang
tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 tiga puluh satu sampai dengan 35 tiga puluh lima hari kerja;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah selama 36 tiga puluh enam sampai dengan 40 empat puluh hari kerja;
c. pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 empat
puluh satu sampai dengan 45 empat puluh lima hari kerja; dan d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian
tidak dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 empat puluh enam hari kerja atau lebih;
10. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada akhir tahun kurang dari
25 dua puluh lima persen; 11. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara;
211 | P a g e
12. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan 13. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara.
Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2 dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan:
1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang- barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara,
secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja; 3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja; 4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan 5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja. Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 3 dijatuhkan
bagi pelanggaran terhadap larangan: 1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain
di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara
212 | P a g e
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;
4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan
kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi;
6. memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
cara ikut serta sebagai pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS, sebagai peserta kampanye dengan
mengerahkan PNS lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf a, huruf b, dan huruf c;
7. memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden dengan cara mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon
yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 13 huruf b;
8. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai
foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 14; dan
9. memberikan dukungan kepada calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala DaerahWakil Kepala
Daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan huruf d. Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 4 dijatuhkan
bagi pelanggaran terhadap larangan:
213 | P a g e
1. menyalahgunakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 1; 2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi danatau orang lain dengan
menggunakan kewenangan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 2; 3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain danatau
lembaga atau organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 3; 4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat
asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 4; 5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain
di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara;
7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 7; 8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan
dengan jabatan danatau pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 8; 9. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 10. menghalangi berjalannya tugas kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah danatau negara; 11. memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf d; 12. memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden dengan cara membuat
keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka
13 huruf a; dan
214 | P a g e
13. memberikan dukungan kepada calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye
danatau membuat keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 angka 15 huruf b dan huruf c. Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 angka 9, Pasal 9 angka 11, dan Pasal 10 angka 9 dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir tahun berjalan.
Macam-Macam Etika Etos Kerja
1. Etos Kerja Pancasila Etos kerja Pancasila merupakan pemikiran, nilai-nilainya dikaitkan dengan nilai-nilai
Pancasila yang tidak tertulis secara eksplisit, tetapi harus digali lebih dalam, khususnya pada sila Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan demikian, etos kerja ini dihubungkan dengan
sistem keyakinan untuk membedakannya dari etos kerja yang bersifat sekular seperti yang ditawarkan oleh falsafah Pragmatisme. Keunikan etos kerja ini dengan etos kerja lainnya
bisa dilihat dari 10 ciri utamanya, yaitu: Spesialisasi, Rasionalitas, Sistematis, Efisiensi, Konsistensi, Kerajinan, Kerja keras, Ketekunan, Pengharapan, dan Cinta Kasih.
Tentu bukan hanya ini saja nilai-nilai dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Masih ada kejujuran, keadilan, kesabaran, kesopanan, tolong menolong,
dan bersikap ramah, dan nilai-nilai etis lainnya. Namun, hanya sepuluh 10 nilai ini yang ingin ditonjolkan sebagai bentuk sederhana dari etika kerja Pancasila.
Tentu, etos kerja ini belum secara jelas terlihat dalam kehidupan masyarakat seperti etos kerja Barat atau Jepang, yang sudah melekat pada masyarakatnya. Seperti visi
Indonesia Raya, etika kerja Pancasila masih dalam bentuk cita-cita. Namun, dengan etos kerja inilah bangsa Indonesia mampu mencapai negara yang adil dan makmur, cita-cita
yang diikrarkan oleh para pendiri bangsa ini. 2. Etos Kerja Muslim
Etos kerja muslim dapat difenisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.
Apabila setiap pribadi muslim memahami, menghayati, dan kemudian mau mengaktualisasikannya dalam kehidupannya maka akan tampak pengaruh serta
dampaknya kepada lingkungan, yang kemudian mendorong dirinya untuk terjun dalam samudra dunia dengan kehangatan iman.
215 | P a g e
a. Ciri – Ciri Etos Kerja Muslim
Ciri – ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam
sikap dan tigkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah yang akan
memuliakan dirinya, memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan. 1 Memiliki jiwa kepemimpinan leadership
Memimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain, agar orang lain tersebut dapat berbuat sesuai dengan keinginannya. Sebagai
seorang muslim, kita dituntut untuk memiliki kepemimpinan Islam sudah barang tentu seluruh peranan dirinya merupakan bayang
– bayang dari kehendak Allah sehingga keputusan dirinya mampu mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan
ruang serta waktu dengan nilai tauhid. 2 Selalu berhitung
Rasulullah pernah bersabda, bekerjalah untuk duniamu, seakan – akan engkau
akan hidup selama – lamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan – akan
engkau akan mati besok. Setiap langkah dalam kehidupan seorang muslim harus selalu memperhitungkan
segala aspek dan resikonya dan menggunakan perhitungan yang rasional, yaitu tidak percaya dengan takhayul. Komitmen pada janji dan disiplin pada waktu
merupakan citra seorang muslim sejati. 3 Menghargai waktu
Hal ini tercantum di dalam firman Allah, Q. S. Al Ashr : 1 – 3. Waktu bagi seorang
muslim adalah rahmat yang tiada terhitung nilainya. Baginya pengertian terhadap makna waktu merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Sebagai konsekuensi
logisnya dia menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas. 4 Hidup hemat dan efisien
Seorang muslim mempunyai cara hidup yang sangat efisien di dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Dia menjauhkan sikap yang tidak produktif dan
mubadzir, karena kedua sikap tersebut dijauhi dalam Islam. Dia berhemat bukan dikarenakan karena ingin menumpuk kekayaan, sehingga melahirkan sikap kikir.
Tetapi berhemat dikarenakan bahwa tidak selamanya hidup itu berjalan mulus, sehingga berhemat berarti mengestimasikan apa yang akan terjadi di masa depan.
5 Keinginan untuk mandiri
216 | P a g e
Sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanya terdapat pada jiwa yang merdeka, sedangkan jiwa yang terjajah akan terpuruk, sehingga dia tidak pernah
mampu mengolah kemampuan serta potensi dirinya secara optimal.
1. Etika Etos kerja merupakan sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang
integral. 2. Delapan etos kerja menurut Jansen H. Sinamo:
a. Kerja adalah rahmat, bekerja tulus penuh syukur. b. Kerja adalah amanah, bekerja tulus penuh tanggung jawab.
c. Kerja adalah panggilan, bekerja tulus penuh integritas. d. Kerja adalah aktualisasi, bekerja tulus penuh semangat.
e. Kerja adalah ibadah, bekerja tulus penuh kecintaan. f. Kerja adalah seni, bekerja tulus penuh kreativitas
g. Kerja adalah kehormatan, bekerja tulus penuh keunggulan. h. Kerja adalah pelayanan, bekerja tulus penuh kerendahan hati.
3. Faktor yang mempengaruhi etos kerja antara lain agama, budaya, sosial politik, kondisi lingkungangeografis, pendidikan, struktur ekonomi, dan motivasi intrinsik individu.
4. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para professional dalam menjalani kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan jasa kepada masyarakat yang
berstandar tinggi. Sedangkan etika kerja mengatur praktik, hak dan kewajiban bagi mereka yang bekerja di bidang yang tidak disebut profesi non-profesional. Non-
profesional adalah pegawai atau pekerja biasa dan dianggap kurang memiliki otonom dan kekuasaan atau kemampuan profesional.
5. Etos kerja dapat dibedak ke dalam beberapa jenis, antara lain: a. Etos kerja pancasila
Etos kerja Pancasila merupakan pemikiran; nilai-nilainya dikaitkan dengan nilai-nilai Pancasila, yang tidak tertulis secara eksplisit, tetapi harus digali lebih dalam, khususnya
pada sila Ketuhanan yang Maha Esa. b. Etos Kerja Muslim
RANGKUMAN
217 | P a g e
Etos kerja muslim dapat difenisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Beberapa ciri etos kerja muslin
adalah memiliki jiwa kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, hidup hemat dan efisien, dan keinginan untuk mandiri.
I. I. Soal Latihan
1. Apa yang anda ketahui dengan etos kerja? Sebutkan faktor2 yang mempengaruhi etos kerja?
2. Jelaskan perbedaan antara etika kerja dan etika profesi 3. Sebutkan dan jelaskan lima indikator untuk mengukur etos kerja menurut teori Akhmad
Kusnan 4. Sebutkan dan jelaskan kewajiban dan larangan PNS menurut PP NO 53 Tahun 2010
5. Sebutkan tingkat dan jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan PNS menurut PP NO 53 Tahun 2010
6. Menurut anda, bagaimanakah etos kerja PNS yang berkembang selama ini ? Hubungkan dengan teori etos kerja yang anda ketahui
II. Soal Kasus Kasus I: Cuti Bersama Tak Mendidik Kerja Keras
Pemerintah kembali memutuskan Jumat, 3 Juni 2011, sebagai cuti bersama. Kesepakatan untuk libur ini dinilai sebagai pembolosan yang disahkan. ”Terlalu banyak
libur akan melemahkan etos kerja dan ujungnya menurunkan produktivitas nasional. Padahal, semestinya warga Indonesia bekerja keras bila ingin maju,” kata Rektor
Universitas Muhammadiyah Surabaya Prof Zainuddin Maliki, Senin 235 di Surabaya. Cuti bersama pada Jumat 3 Juni diputuskan dalam Surat Keputusan Bersama
Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Perubahan Hari Libur dan Cuti Bersama.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dalam siaran persnya menjelaskan, cuti bersama untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan hari kerja di antara
dua hari libur. Selain itu, selama ini sebagian pegawai negeri sipil tidak sepenuhnya memanfaatkan hak cuti tahunan yang menjadi momen rekreasi dan penyegaran bagi
karyawan dan keluarga.
LATIHAN
218 | P a g e
Menurut Zainuddin, Indonesia sudah bermasalah dengan produktivitas dan etos kerja bangsa. ”Hari kerja pun seperti libur karena jam kerja tidak dimanfaatkan secara
produktif,” ujarnya. Praktisi pendidikan Arief Rachman menilai, kebiasaan cuti bersama di Indonesia tidak mendidik karakter bangsa yang suka bekerja keras. Padahal, bangsa ini
harus mengembangkan semangat dan kebiasaan bekerja keras, bukan lebih senang liburan.
”Benar-benar tidak mendidik bangsa agar suka kerja keras jika setiap kali ada hari
kejepit, dilanjutkan dengan cuti bersama. Yang namanya cuti, terserah pribadi,” ujarnya.
Arief khawatir, kebiasaan cuti bersama ini bisa jadi contoh tidak baik bagi anak-anak sekolah. ”Anak-anak jadi lebih suka menantikan liburan, bukan belajar,”
ujarnya. INAINEELN Sumber: Kompas, Selasa, 24 Mei 2011
Pertanyaan: 1. Bagaimana pendapat anda mengenai etos kerja PNS yang sering melakukan cuti
bersama tersebut ? Berikan jawaban anda dengan jelas dan berlandaskan pada teori etos kerja.
Kasus II: Dirjen Pajak Pecat Gayus Tambunan Direktur Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo akhirnya memecat secara tidak
hormat pegawainya, Gayus Tambunan, sebagai pegawai negeri sipil PNS di Direktorat Jenderal Pajak. Gayus dipecat berdasarkan hasil rekomendasi Direktorat Kepatuhan
Internal Transformasi Sumber Daya Aparatur atau KITSDA yang menemukan adanya pelanggaran disiplin dan kode etik yang dilakukan oleh Gayus.
Kalau sekarang status Gayus masih pegawai negeri. Tetapi pelanggaran sebagai pegawai negeri sudah ada sehingga terancam hukuman diberhentikan tidak hormat. Senin
segera diusulkan ke Menkeu untuk diberhentikan, kata Tjiptardjo, saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat 2632010.
Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh KITSDA, Gayus menurutnya mengaku telah menerima uang dari wajib pajak. Hal ini kemudian dijadikan bukti untuk memecat
Gayus secara tidak hormat dari Ditjen Pajak. Dia diberhentikan itu karena pelanggaran dia sebagai pelanggaran kode etik. Dia ngaku mengerjakan ini, terima uang segini, itu sudah
cukup, ungkap Tjiptardjo. Sumber : Kompas, Jumat, 26 Maret 2010
Pertanyaan:
219 | P a g e
1. Jelaskan pelanggaran etika kerja yang dilakukan oleh Gayus dalam kaitannya dengan pelanggaran disiplin PNS dalam PP NO 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS
220 | P a g e
BAB
PENGERTIAN KORUPSI, FAKTOR PENYEBAB KORUPSI, DAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI
A. Istilah dan Definisi Korupsi