295 | P a g e
pribadi seharusnya tidak menggunakan cara-cara ini untuk menutupi atau membenarkan perilakunya yang tidak etis. Berikut adalah cara-cara pembenaran
atau rasionalisasi yang dimaksud yang biasanya kita jumpai. Setiap orang melakukannya everybody does it
Seseorang berperilaku tidak etis karena perilaku yang sama dilakukan oleh orang lain. Argumen bahwa menyontek, melanggar rambu lalu lintas,
memalsukan informasi laba agar pajak rendah, atau menjual produk cacat tersembunyi, menjual barang dinas untuk kepentingan pribadi adalah perilaku
yang dapat diterima lazimnya didasarkan pada rasionalisasi bahwa orang lain melakukannya dan karena itu dapat diterima.
Jika suatu tindakan sah atau dibenarkan menurut hukum legal, maka tindakan itu etis if it’s legal, it’s ethical
Menggunakan argumen bahwa semua perilaku yang legal adalah etis sangat
mendasarkan pada kesempurnaan hukum. Berdasarkan falsafah ini, seseorang tidak berkewajiban untuk, misalnya, mengembalikan barang yang
ditemukan kecuali orang lain atau pemiliknya dapat membuktikan bahwa itu miliknya. Seperti telah dikemukakan pada bab 8, slogan tersebut harus
diubah menjadi, “Jika suatu tindakan tidak etis, kemungkinan tindakan tersebut juga tidak legal.”
Kemungkinan pengungkapan dan konsekuensi likelihood of discovery and consequences
Argumen ini mendasarkan pada evaluasi kemungkinan orang lain akan menemukan atau mengungkap perilaku. Lazimnya, seseorang juga menilai besarnya
hukuman atau penalti konsekuensi jika terdapat pengungkapan tersebut. Sebagai contoh, perlukah mengembalikan uang pembayaran gaji yang ternyata berlebih
karena secara tak sengaja petugas salah menghitung? Jika si penerima gaji yakin bahwa petugas pembayar akan mengetahui dan akan menuntut pengembalian dan
dapat mempermalukan dirinya, maka si penerima akan mengembalikan kelebihan seketika, tetapi jika tidak, si penerima akan menunggu untuk melihat apakah petugas
gaji akan dapat menemukan kesalahannya.
E. Cara Membangun Etos Pribadi
Membangun etos pribadi merupakan sebuah upaya untuk menjadikan diri kita
296 | P a g e
bertindak secara etis. Untuk dapat bertindak secara etis maka individu harus mempertimbangkan konsekuensi tindakan yang dilakukan. Menjadi seseorang yang
memiliki etos pribadi atau menjadi pribadi yang beretika merupakan suatu kondisi yang dangat dipengaruhi oleh individu sendiri. Bagaimana cara membangun etos
pribadi maka jawabannya adalah dengan menciptakan citra diri sebagai seseorang yang beretika dan memiliki rencana agar selalu dicitrakan seperti itu.
1. Lima prinsip berperilaku etis. Norman Vincent Pale dan Kenneth H. Blanchard mengemukakan lima prinsip
untuk berperilaku etis yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar menjadi pribadi beretika. Kelima prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a. Tujuan purpose. misi kita sebagai individu yang dinyatakan secara jelas, sederhana, dan
didasarkan pada nilai-nilai, harapan, dan visi kita. Tujuan ini sangat penting karena membantu kita dalam menentukan perilaku mana yang dapat diterima
dan mana yang tidak dapat diterima. Tujuan ini dapat kita tetapkan dengan menyatakan bahwa kita ingin menjadi seseorang yang sehat secara etis.
b. Perspektif perspective. Meluangkan waktu untuk merenung dan berpikir bagaimana dan kemana akan
melangkah dan mencapai tujuan. c. Kesabaran patience.
Merupakan hal yang dibutuhkan untuk memperoleh keyakinan bahwa berpegang teguh pada nilai-nilai etika akan membawa kita dalam kesuksesan
jangka panjang. Untuk ini kita perlu mempertahankan keseimbangan antara mencapai hasil dan cara kita mencapai hasil tersebut tidak menghalalkan
segala cara dalam mencapai sesuatu. d. Keteguhan persistence.
Keteguhan memerlukan adanya komitmen untuk hidup berdasarkan prinsip- prinsip etika yang tidak luntur karena berjalannya waktu. Kita harus tetap teguh
mempertahankan prinsip-prinsip etika yang kita yakini, meskipun untuk itu kita merasakan adanya ketidaknyamanan.
e. Kebanggaan pride. Kebanggaan akan kita peroleh ketika kesabaran dan keteguhan berhasil untuk
dipertahankan. Perolehan kebanggan dengan cara ini akan membuat kita
297 | P a g e
menjadi pribadi yang lebih kokoh sehingga tidak mudah tergoda untuk berperilaku tidka etis.
2. Unsur etos pribadi. Untuk membangun etos pribadi maka tidak cukup hanya dnegan mengetahui
lima prinsip diatas. Menjadi pribadi yang beretika maka kita perlu mengetahui apa saja unsur etos pribadi tersebut. Terdapat tiga poin yang menjadi unsur etos pribadi
yang akan diuraikan pada bagian ini. a. Komitmen etis.
Memiliki pendirian dan kemauan yang kuat untuk bertindak secara etis. Menurut Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, seseorang disebut
berkomitmen “when you are willing to give your time and energy to something that you believe in, or a promise or firm decision to do something”, ketika bersedia
memberikan waktu dan energi untuk sesuatu yang kita yakini, atau sebuah janji,
atau sebuah keputusan bulat untuk melakukan sesuatu. Semua orang mempunyai keterbatasan waktu dan energi, tetapi dengan komitmen yang baik, waktu dapat
“dibuat” dan energi dapat “dikumpulkan”. Komitmen ada janji yang harus ditepati. Komitmen juga akan terkait dengan
makna kehadiran kita dalam sebuah komunitas. Orang yang berkomitmen seringkali menjadi sumber energi bagi yang lain. ketiadaan orang seperti ini merupakan sebuah
kehilangan besar. Jadi kalau kita tidak hadir dalam sebuah pertemuan, dan kawan- kawan kita merasa tidak terkena dampaknya, bisa jadi kehadiran kita tidak
menggenapkan atau mengganjilkan. Alias tidak bermakna. Apakah yang selama ini kita anggap komitmen itu, ternyata niat baik saja,
atau keinginan saja yang jika memungkinkan dilaksanakan, atau betul-betul janji yang jika diingkari adalah sebuah hutang yang belum terbayar? Hidup berkualitas
tidak bisa hanya mengandalkan niat baik atau keinginan. Komitmen yang dilaksanakan adalah salah satu penentunya.
b. Kesadaran etis. Suatu kemampuan untuk mempersepsikan memahami isu-isu etis dan
implikasi-implikasi etis dari suatu situasi. c. Kompetensi etis.
Untuk memilih yang benar kita harus memiliki kemampuan untuk melakukan penalaran moral yang sehat dan mengembangkan strategi-strategi praktis
298 | P a g e
penyelesaian masalah. Ini berarti bahwa kita harus menanggalkan konsepsi kita yang keliru mengenai etika, misalnya konsepsi bahwa “jika memenuhi aturan hukum
berarti etis.”
Selama ini kompetensi dimaknai sebgai kemampuan untuk menguasai jenis kemampuan, yaitu pengetahuan, keterampilan teknis, dan sikap perilaku.
Kompetensi haruslah dimaknai kembali sebagai pengembangan integritas pribadi yang dilandasi iman yang kuat sebagai fondasinyaSQ, baru kemudian dapat
membangun hubungan yang tulusikhlas dengan sesama EQ, dan akhirnya barulah penguasaan IPTEK melalui IQ bisa bermanfaat untuk membangun bisnis
yang etis dalam rangka mencapai tujuan kemakmuran bersama bagi para stakeholders, tidak hanya untuk kepentingan ego pribadi.
Dengan mengutip R.Pahlan Competency Management: A Practicioner’s
Guide, terjemahan, 2007, dapat menggali lima istilah dalam definisi kompetensi sebagai berikut.
1 Karakter Dasar diartikan sebagai kepribadian seseorang yang cukup dalam dan berlangsung lama. Dalam definisi ini, karakter dasar mengarah pada motif,
karakteristik pribadi, konsep diri dan nilai-nilai seseorang. 2 Kriteria Referensi berarti bahwa komptensi dapat diukur berdasarkan standar
atau kriteria tertentu. Dapat diukur faktor-faktor pembentuk terjadinya kinerja karyawan yang beragam unggul, biasa, dan rendah. Dari faktor-faktor tersebut
kemudian dapat diprediksi kinerja seseorang. Misalnya angka penjualan yang dilakukan seorang wiraniaga per satuan waktu.
3 Hubungan Kausal mengindikasikan bahwa keberadaan suatu kompetensi dan pendemonstrasiannya memprediksi atau menyebabkan suatu kinerja unggul.
Kompetensi-kompetensi seperti
motif, sifat
dan konsep
diri dapat
memprediksikan ketrampilan dan tindakan. Kemudian ketrampilan dan tindakan memprediksi hasil kinerja pekerjaan. Jadi disitu ada maksud atau motif yang
mengakibatkan sebuah tindakan atau perilaku yang membuahkan hasil. Contohnya, kompetensi pengetahuan selalu digerakkan oleh kompetensi motif,
karakteristik pribadi, atau konsep diri. Model kausal ini dapat diperjelas lagi melalui
contoh berikut;
kalau organisasi
tidak mengakuisisi
atau mengembangkan kompetensi inisiatif bagi para karyawannya, maka dapat
diduga pekerjaan yang harus disupervisinya akan dikerjakan ulang dan biaya
299 | P a g e
untuk memastikan kualitas pelayanan akan meningkat 4 Kinerja Unggul mengindikasikan tingkat pencapaian,misalnya dari sepuluh
persen tertinggi dalam suatu situasi kerja. 5 Kinerja Efektif adalah batas minimum tingkat hasil kerja yang dapat diterima. Ini
biasanya merupakan garis batas dimana karyawan yang hasil kerjanya di bawah garis ini dianggap tidak kompeten untuk melakukan pekerjaan tersebut.
3. Pemeriksaan 3K. Ketika kita sedang membangun diri menjadi individu yang memiliki etos
pribadi maka perlu untuk memperhatikan apakah kita telah bertindak secara etis atau tidak. Memeriksa apakah suatu tindakan kita etis atau tidak dapat dilakukan dengan
sebuah pemeriksaan etika yang lebih dikenal dengan sebutan pengecekan tga K. sebagai seorang pribadi, siapapun kita maka kita harus menyadari dengan apa yang
kita lakukan, konsekuensi, dan komplikasinya. Maka dari itu dikenallah istilah pengecekan tiga K yang meliputi kepatuha, kontribusi, dan konsekuensi.
a. Kepatuhan. Berarti hidup dan berperilaku sesuai dengan aturan hukum, kode etik, aturan
organisasi, prinsip-prinsip moral, harapan masyarakat, dan konsep umum lain seperti kejujuran dan keadilan. Kita harus menyadari bahwa untuk posisi dan peran
tertentu yang kita jalani, kita bertanggung jawab tidak hanya untuk perbuatan kita sendiri, tetapi juga perbuatan orang lain. Jika kita adalah seorang atasan, misalnya,
kita harus memperlakukan bawahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tetap berpegang pada kejujuran dan memperhatikan rasa keadilan.
b. Kontribusi. Kontribusi berkaitan dengan apa yang kita berikan atau sumbangkan kepada
orang lain atau masyarakat. Bagi organisasi bisnis, misalnya, kontribusi meliputi memberikan penghargaan untuk kemitraan pelanggan, menyediakan lapangan
kerja, membantu individu dan masyarakat memenuhi kebutuhaanya, dan memperbaiki kualitas kehidupan para pegawai serta masyarakat secara
keseluruhan. Sebagai individu atau anggota suatu organisasi, kita harus senantiasa menyadari peran kita dan berusaha agar selalu mencapai kinerja terbaik dalam
rangka memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi dan kebaikan
orang lain.
300 | P a g e
c. Konsekuensi. Konsekuensi berkaitan dengan pengaruh atau akibat dari keputusan dan
perbuatan kita. Akibat ini bisa positif atau negatif, baik diniatkan maupun tidak diniatkan. Ini berarti bahwa kita harus selalu memperhitungkan akibat-akibat
perbuatan kita bagi diri sendiri dan orang lain dan berusaha untuk memilih alternatif yang paling baik akibatnya bagi pihak-pihak terkait. Kita harus senantiasa berusaha
agar setiap keputusan dan tindakan kita tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi bermanfaat juga bagi sebanyak mungkin orang lain, apalagi orang-orang yang
mempunyai hubungan khusus dengan kita. Mengacu pada tiga K maka kita dapat melakukan hal-hal berikut ini sebelum
mengambil tindakan. Kepatuhan:
Patuhi, tetapi jangan bergantung semata-mata pada ketentuan hukum. Patuhi kaidah-kaidah moral.
Hormati kebiasaan orang lain, tetapi tidak dengan mengorbankan prinsip
etika Anda sendiri. Kontribusi dan konsekuensi:
Pertimbangkan kesejahteraan orang lain, termasuk pihak-pihak yang tidak berpartisipasi.
Berpikirlah sebagai seorang anggota organisasi atau komunitas, bukan sebagai individu yang terisolasi.
Pikirkan diri sendiri dan organisasi atau komunitas Anda sebagai bagian dari masyarakat.
Berpikirlah secara objektif. Ajukan pertanyaan, “Jenis orang seperti apakah yang melakukan perbuatan
semacam ini?”
301 | P a g e
LATIHAN
1 Jelaskan apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan sejati? 2 Jelaskan unsur-unsur etos pribadi?
3 Jelaskan tentang pemeriksaan 3K? 4 Apa yang dimaksud dengan
“amoral”? 5
Jika kita membandingkan “etika” dan “etiket”, apakah persamaan dan perbedaannya?
6 Jika kita membandingkan nilai moral dengan nilai-nilai lain, apa yang menjadi ciri khasnya?
7 Apa maksudnya, jika dikatakan bahwa kemajuan yang dicapai berkat ilmu dan teknologi bersifat ambivalen? Bagaimana ambivalensi ini tampak?
RANGKUMAN
1 Etos adalah suatu nilai yang mendasari sikap perilaku dan menjadi ciri khas bagi seseorang atau kelompok di mana saja mereka berada. Secara lebih
sederhana etos dimaknai sebagai etika yang telah mendarah daging. 2 Pembahasan etos pribadi meliputi nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu pembahsan juga meliputi masalah konsep diri, percaya diri, jujur, pribadi berintegrita, komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu, dan
manajemen konflik. 3 Etos pribadi akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi beretika. Penting
untuk memiliki etos pribadi karena dengan etos pribadi akan menjadi individu memiliki pemahaman yang lebi luas dalam menjalani kehidupan. Individu
tersebut akan menjadi pribadi yang lebih memahami isu moral yang terjadi, mampu menangani masalah dengan bahasa yang etis dan memandangnya
dengan sudut pandang yang tepat. Etos pribadi akan membuat seseorang mampu mempertahankan otonomi moralnya bertindak secara independen dan
teratur. 4 Untuk membangun pribadi beretika maka perlu adanya bekal pengetahuan
mengenai prinsip berperilaku etis dan unsur etos pribadi. Pemeriksaan tiga K bermanfaat untuk mengeatahui apakh suatu tindakan dilakukan dengan etis.
302 | P a g e
BAB
ATURAN KEPEGAWAIAN DAN KODE ETIK PROFESI PNS DI KEMENTERIAN KEUANGAN
_____________________________________________________
Dalam bab ini akan dipelajari tentang berbagai aturan kepegawaian dan kode etik yang berlaku di Kementerian Keuangan. Aturan kepegawaian dan kode etik di sebuah
instansi bersifat dinamis karena disesuaikan dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu dalam bab ini pembahasan tentang berbagai aturan tersebut diletakkan pada lampiran
mengingat perubahannya yang cepat disesuaikan dengan perubahan zaman. Namun pada bab ini akan dibahas sedikit tentang profesionalisme mengingat pegawai negeri juga
adalah profesi yang terikat pada nilai-nilai profesional.
A. Profesi dan Ciri-Cirinya