Pengertian Etika Bahan Ajar Etika Profesi

31 | P a g e BAB TEORI DAN KONSEP ETIKA I _____________________________________________________ ___

A. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethikos, berarti timbul dari kebiasaan. Etika memiliki banyak makna antara lain: 1. Semangat khas kelompok tertentu, misalnya ethos kerja, kode etik kelompok profesi. 2. Norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan masyarakat tertentu mengenai perbuatan yang baik dan benar. 3. Studi tentang prinsip-prinsip perilaku baik dan benar sebagai falsafat moral. Etika sebagai refleksi kritis dan rasional tentang norma-norma yang terwujud dalam perilaku hidup manusia. 4. Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika juga memiliki pengertian arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu. 1. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. 2. Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. 3. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan ekspektasi profesi dan masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa memahami Pengertian Etika, Teori-Teori Etika Teleologi, Deontologi, Etika Keutamaan, Konsep hak, kewajiban, keadilan dan kepedulian 2 32 | P a g e profesi secara wajar, jujur, adil, profesional, dan terhormat. 4. Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit. 5. Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersama dan pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu. Menurut K. Bertens, etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting. Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai dalam pengajaran etika bisnis, yaitu : 1. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis. Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila kesadaran itu sudah ada, tapi masih lemah dan ragu. Orang yang mendalami etika bisnis diharapkan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari kegiatan ekonomis yang perlu diberikan perhatian serius. 2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, serta membantu pebisniscalon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral yang tepat. Dalam etika sebagai ilmu, bukan hanya penting adanya norma-norma moral, tidak kalah penting adalah alasan bagi berlakunya norma-norma itu. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis. 3. Membantu pebisniscalon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang tepat didalam profesinya kelak. Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah studi etika ini menjamin seseorang akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-kurangnya meliputi dua sisi 33 | P a g e berikut, yaitu disatu pihak, harus dikatakan: etika mengikat tetapi tidak memaksa. Disisi lain, studi dan pengajaran tentang etika bisnis boleh diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis. Untuk melengkapi tentang etika, perlu juga ditambahkan tentang apa yang sebenarnya bukan etika What ethics is not. Salah seorang tokoh etika, Peter Singer menerangkan sebagai berikut: 1. Etika bukan seperangkat larangan khusus yang hanya berhubungan dengan perilaku seksual. 2. Etika bukan sistem yang ideal, luhur dan baik dalam teori, namun tidak ada gunanya dalam praktek. Agaknya, penilaian demikianlah yang apriori diberikan oleh masyarakat jika ada kasus kejadian klinis. 3. Etika bukan sesuatu yang hanya dapat dimengerti dalam konteks agama. Ini tentulah pemikiran sekuler. Menurut ajaran agama, sesuatu yang secara moral baik adalah sesuatu yang sangat disetujui dan disenangi Tuhan. Sedangkan Singer berpendapat sama dengan Plato 2000 tahun sebelumnya, suatu perbuatan manusia adalah baik karena disetujui Tuhan, bukan sebaliknya karena disetujui Tuhan perbuatan itu menjadi baik. Kontradiksi pendapat tentang ini sudah berlangsung berabad-abad, dan mungkin akan berlangsung terus. 4. Etika bukan sesuatu yang relatif atau subjektif. Sangkalan Singer terhadap anggapan keempat ini tidak dijelaskan lebih lanjut disini, karena elaborasinya dari sudut historis dan falsafah yang panjang dan rumit. Tiga Bagian Utama Etika Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika studi konsep etika, etika normatif studi penentuan nilai etika, dan etika terapan studi penggunaan nilai-nilai etika. 1. Meta-Etika Studi Konsep Etika. Meta-Etika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa. Dalam meta-etika, tindakan atau peristiwa yang dibahas dipelajari berdasarkan hal itu sendiri dan dampak yang dibuatnya. Sebagai contoh,Seorang anak menendang bola hingga kaca jendela pecah. Secara meta-etis, baik-buruknya tindakan tersebut harus dilihat menurut sudut pandang yang netral. Pertama, dari sudut pandang si anak, bukanlah suatu kesalahan apabila ia menendang bola ketika sedang bermain, karena memang 34 | P a g e dunianya dunia anak-anak memang salah satunya adalah bermain, apalagi ia tidak sengaja melakukannya. Akan tetapi kalau dilihat dari pihak pemilik jendela, tentu ia akan mendefinisikan hal ini sebagai kesalahan yang telah dibuat oleh si anak. Si pemilik jendela berasumsi demikian karena ia merasa dirinya telah dirugikan. Bagaimanapun juga hal-hal seperti ini tidak akan pernah menemui kejelasannya hingga salah satu pihak terpaksa kalah atau mungkin masalah menjadi berlarut-larut. Mungkin juga kedua pihak dapat saling memberi maklum. Menyikapi persoalan-persoalan yang semacam inilah, maka meta-etika dijadikan bekal awal dalam mempertimbangkan suatu masalah, sebelum penetapan hasil pertimbangan dibuat. Etika Normatif Studi Penentuan Nilai Etika. Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat. Etika Terapan Studi Penggunaan Nilai-Nilai Etika. Etika terapan memberi pemahaman tentang spektrum bidang terapan etika sekaligus menunjukkan bahwa etika merupakan pengetahuan praktis. Berbagai bidang terapan di antaranya adalah bidang kesehatan, tanggung-jawab sosial perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah Inggris Corporate Social Responsibility CSR, pengolahan tanah, dan masih banyak lainnya. Sejarah Etika Etika termasuk dalam ruang lingkup sejarah peradaban dan etnologi. Sejarah etika menekankan pada berbagai sistem filosofis yang dalam perjalanan waktu telah dielaborasi dengan mengacu pada tatanan moral. Oleh karena itu, pendapat yang dikemukakan oleh orang-orang bijak zaman dahulu, seperti Pythagoras 582-500 SM, Heraclitus 535-475 SM, Konfusius 558-479 SM, nyaris milik sejarah etika, karena, meskipun mereka mengusulkan berbagai kebenaran moral dan prinsip- prinsip, mereka melakukannya dengan cara yang dogmatis, tidak secara filosofis- sistematis. Istilah etika pertama kali dipakai oleh orang Yunani, yaitu dalam pengajaran Socrates 470-399 SM. 35 | P a g e 1. Etika filosof Yunani Kuno: Socrates, Plato, Aristoteles. Menurut Sokrates, objek utama dari aktivitas manusia adalah kebahagiaan, dan sarana yang diperlukan untuk mencapainya adalah kebajikan. Karena semua orang selalu mencari kebahagiaan, tidak ada orang yang sengaja korup. Segala kejahatan muncul dari kebodohan, dan kebajikan adalah kehati-hatian. Oleh karena itu kebajikan bisa diberikan lewat instruksi. Murid Socrates, Plato 427-347 SM menyatakan bahwa summum bonum terdiri atas imitasi sempurna dari Tuhan, baik yang mutlak, tiruan yang tidak dapat diwujudkan sepenuhnya dalam hidup ini. Kebajikan memungkinkan manusia untuk memerintah sesuai keinginannya, karena ia harus benar, sesuai dengan perintah akal budi, dan dengan bertindak demikian ia menjadi seperti Tuhan. Tetapi Plato berbeda dari Socrates, ia tidak menganggap kebajikan terdiri dari kebijaksanaan saja, tetapi juga keadilan, kesederhanaan, dan ketabahan. Kebajikan merupakan harmoni yang tepat dari kegiatan manusia. Aristoteles 384-322 SM, harus dianggap sebagai pendiri nyata etika sistematis. Dengan karakteristik ketajaman ia membahas etika dan politik. Sebagian besar masalah yang menyangkut etika itu sendiri. Tidak seperti Plato, yang mulai dengan ide-ide sebagai dasar pengamatan, Aristoteles lebih memilih untuk mengambil fakta-fakta pengalaman sebagai titik awalnya, menganalisis secara akurat, dan berusaha untuk melacak penyebab tertinggi dan utama. Dia berangkat dari titik bahwa semua orang cenderung untuk kebahagiaan sebagai objek akhir dari semua usaha mereka, sebagai kebaikan tertinggi, yang dicari demi dirinya sendiri, dan semua barang lainnya hanya berfungsi sebagai sarana. Kebahagiaan ini tidak terdapat dalam barang-barang eksternal, tetapi hanya dalam aktivitas yang tepat untuk sifat manusia. Kegiatan ini harus dilaksanakan dalam kehidupan yang sempurna dan abadi. Kesenangan tertinggi secara alami terikat dengan kegiatan ini, tetapi untuk membentuk kebahagiaan yang sempurna, barang-barang eksternal juga harus ada. Kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai melalui usaha sendiri. Dengan penetrasi yang tajam dari Aristoteles dan hasil penyelidikan kebajikan intelektual dan moral, teorinya dianggap benar oleh sebagian besar orang. Satu-satunya yang kurang adalah bahwa visinya tidak menembus melampaui kehidupan duniawi ini, dan bahwa ia tidak pernah melihat dengan jelas hubungan manusia dengan Tuhan. 36 | P a g e 2. Etika Filosof Yunani dan Romawi: Hedonisme, Epicurus, Sinis, Stoicisme, Skeptis. Sebuah gilirannya etika lebih hedonistik edone, kenikmatan dimulai dengan Democritus 460-370 SM, yang menganggap disposisi gembira dan ceria sebagai kebaikan dan kebahagiaan tertinggi manusia. Sensualisme murni atau Hedonisme pertama kali diajarkan oleh Aristippus dari Kirene 435-354 SM, menurut kesenangan adalah akhir dari kebaikan tertinggi usaha manusia. Epicurus 341-270 SM berbeda dari Aristippus dalam prinsip bahwa jumlah total terbesar yang mungkin dari kenikmatan spiritual dan sensual adalah hal yang tertinggi yang dapat dicapai manusia. Kebajikan adalah norma direktif yang tepat dalam attainment akhir ini. Para Sinis, Antisthenes 444-369 SM dan Diogenes dari Sinope 414-324 SM, mengajarkan kebalikan dari Hedonisme, yaitu bahwa kebajikan saja sudah cukup untuk kebahagiaan, bahwa kesenangan adalah kejahatan, dan bahwa manusia benar-benar bijaksana atas hukum manusia. Ajaran ini segera berubah menjadi kesombongan dan penghinaan terbuka untuk hukum dan untuk sisa manusia Sinisme. Kaum Stoa, Zeno 336-264 SM dan murid-muridnya, Cleanthes, Chrysippus, dan lain-lain, berusaha untuk memperbaiki dan menyempurnakan pandangan Antisthenes. Kebajikan, menurut mereka, dalam hidup manusia sesuai dengan perintah rasional, dan, seperti alam setiap individu seseorang hanyalah bagian dari tatanan alam keseluruhan. oleh karena itu, kebajikan adalah perjanjian yang harmonis dengan Tuhan, yang membentuk keseluruhan alam. Seperti apakah hubungan Tuhan dengan dunia dalam pandangan mereka, panteistik atau rasa teistik, tidak seluruhnya jelas. Stoa Romawi, Seneca 4 SM - AD 65, Epictetus lahir sekitar tahun 50, dan Kaisar Marcus Aurelius AD 121-180. Cicero 106-43 SM menguraikan tidak ada sistem filsafat baru miliknya sendiri, tetapi memilih pandangan-pandangan tertentu dari berbagai sistem filsafat Yunani yang tampaknya terbaik menurutnya. Dia menyatakan bahwa kebaikan moral, yang merupakan objek umum dari semua kebajikan, ada di dalam manusia sebagai makhluk rasional yang berbeda dari makhluk buas. Tindakan sering baik atau buruk, adil atau tidak adil, bukan karena institusi atau kebiasaan manusia, tetapi sifat mereka. Cicero memberikan sebuah eksposisi lengkap dari kebajikan kardinal dan kewajiban terhubung dengan mereka. Ia bersikeras terutama pada devosi kepada dewa-dewa, yang tanpanya masyarakat 37 | P a g e manusia tidak bisa ada. Sistem etika Yunani dan Romawi berjalan atas kecenderungan skeptis, yang menolak hukum moral alam, dasar seluruh tatanan moral pada kebiasaan atau kesewenang-wenangan manusia, dan membebaskan orang bijak dari ketaatan pada ajaran biasa dari tatanan moral. Kecenderungan ini dilanjutkan oleh kaum Sofis. 3. Etika: Sejarah Moralitas Kristen. Paganisme kuno tidak pernah memiliki konsep yang jelas dan pasti tentang hubungan antara Tuhan dan dunia, kesatuan umat manusia, nasib manusia, serta sifat dan makna dari hukum moral. Kristen menjelaskan penuh pertanyaan ini dan pertanyaan lain yang sejenis. Seperti Santo Paulus mengajarkan Roma, ii, 24 persegi, Tuhan telah menulis hukum moral di hati semua orang, bahkan yang berada di luar pengaruh Wahyu Kristen; hukum ini memanifestasikan dirinya dalam hati nurani setiap orang dan adalah norma yang menurut seluruh umat manusia akan dinilai pada hari perhitungan. Corse ini segera diadopsi dalam periode awal, seperti Yustinus Martir, Irenaeus, Tertullian, Clement dari Alexandria, Origenes, Ambrosius, Hieronimus, dan Agustinus. Mereka yang mengeksposisi dan membela kebenaran Kristen, memanfaatkan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh para filsuf pagan. Hal ini terutama berlaku St Agustinus, yang melanjutkan untuk benar-benar mengembangkan sepanjang garis filosofis dan untuk menetapkan dengan tegas sebagian besar kebenaran moralitas Kristen. Hukum abadi lex aterna, jenis asli dan sumber dari segala hukum temporal, hukum alam, hati nurani, tujuan akhir manusia, kebajikan kardinal, dosa, pernikahan, dll diperlakukan oleh dia di paling jelas dan tajam cara. 4. Etika: Sejarah Filsafat Abad Pertengahan Etika. Sebuah garis tajam pemisahan antara filsafat dan teologi, dan khususnya antara etika dan teologi moral, pertama kali bertemu dengan dalam karya-karya terpelajar besar Abad Pertengahan, khususnya Albert 1193-1280 Besar, Thomas Aquinas 1225 -1274, Bonaventura 1221-1274, dan Duns Scotus 1274-1308. Pada fondasi diletakkan filsuf dan teolog Katolik yang berhasil terus membangun. Abad keenam belas ditandai dengan kebangkitan kembali pertanyaan etis, meskipun sebagian besar dijawab melalui teologi. Contoh teolog besar adalah Victoria, Dominicus Soto, L. Molina, Suarez, Lessius, dan De Lugo. Sejak abad 38 | P a g e keenam belas jurusan etika filsafat moral telah didirikan di banyak universitas Katolik. Yang lebih besar, karya-karya filosofis murni tentang etika, namun tidak muncul sampai abad ketujuh belas dan kedelapan belas, sebagai contoh yang dapat kita contoh produksi Ign. Schwarz, Instituitiones juris et universalis Naturae Gentium 1743. 5. Etika: Sejarah Filsafat Etika 1500-1700-an. Para Reformator benar-benar memegang teguh kesucian sebagai sumber wahyu yang sempurna. Melanchthon, dalam bukunya Elementa philosophiae moralis, masih melekat pada filosofi Aristotel, maka apakah Hugo Grotius, dalam karyanya, De jure belli et Pacis juga sama. Thomas Hobbes 1588-1679 mengandaikan bahwa manusia awalnya dalam kondisi kasar Naturae status di mana setiap orang bebas untuk bertindak saat dia senang, dan memiliki hak untuk semua hal, sehingga muncul perang semua melawan semua. Para penganut panteisme Spinoza Baruch 1632-1677 menganggap insting untuk mempertahankan diri sebagai dasar kebajikan. Setiap makhluk diberkahi dengan dorongan yang diperlukan untuk menyatakan diri sebagai alasan tuntutan tidak bertentangan dengan alam, membutuhkan masing-masing untuk mengikuti dorongan ini dan sesak nafas setelah apapun yang berguna baginya. Kebebasan akan terdiri hanya dalam kemampuan untuk mengikuti dorongan alami unrestrainedly ini. Shaftesbury 1671-1713 mendasarkan etika pada kasih sayang atau kecenderungan manusia. Ada kecenderungan simpatik, idiopatik, dan tidak wajar. Yang pertama dari hal ini kepentingan umum, kedua kebaikan pribadi agen, ketiga menentang yang lainnya. Untuk menjalani kehidupan moral yang baik, perang harus dilancarkan pada impuls yang tidak wajar, sedangkan kecenderungan idiopathetic dan simpatik harus dilakukan untuk menyelaraskan. Keselarasan ini merupakan kebajikan. Dalam pencapaian kebajikan prinsip subjektif dari pengetahuan adalah moralitas. Teori moralitas dikembangkan lebih lanjut oleh Hutcheson 1694-1747; sedangkan akal sehat disarankan oleh Thoms Reid 1710- 1796 sebagai norma tertinggi perilaku moral. Di Perancis para filsuf materialistik abad kedelapan belas, seperti Helvetius, de la Mettrie, Holbach, Condillac, dan lain- lain, menyebarluaskan ajaran sensualisme dan Hedonisme sebagaimana yang dipahami oleh Epicurus. 39 | P a g e 6. Sejarah Filsafat Etika: Kant, John Stuart Mill, Altruisme. Sebuah revolusi lengkap dalam etika diperkenalkan oleh Immanuel Kant 1724-1804. Dari bangkai alasan teoretis murni ia berpaling untuk penyelamatan untuk alasan praktis, dimana dia menemukan hukum, mutlak moral universal, dan kategoris. Hukum ini tidak harus dipahami sebagai otoritas eksternal, karena ini akan heteromony yang asing bagi moralitas sejati, melainkan lebih merupakan hukum akal kita sendiri, yang otonom yaitu, harus diamati untuk kepentingan sendiri, tanpa memperhatikan setiap kesenangan atau utilitas yang timbul darinya. Para pengikut Kant telah memilih satu doktrin lain dari etika dan gabungan berbagai sistem bersifat panteisme dengannya. Fichte tempat tertinggi manusia yang baik dan nasib di spontaniety mutlak dan kebebasan; Schleiermacher, dalam kooperasi dengan peradaban umat manusia progresif. Sebuah pandangan yang mirip berulang secara substansial dalam tulisan-tulisan Wilhelm Wundt dan, sampai batas tertentu, dalam orang-orang pesimis, Edward von Hartmann, meskipun budaya menganggap yang terakhir dan kemajuan hanya sebagai sarana untuk tujuan akhir, yang menurutnya, terdiri dari memberikan Mutlak dari siksaan eksistensi. Sistem Cumberland, yang mempertahankan kepentingan umum umat manusia untuk menjadi akhir dan kriteria perilaku moral, diperbaharui secara positif dalam abad kesembilan belas oleh Auguste Comte dan memiliki banyak pengikut menghitung, misalnya, di Inggris, John Stuart Mill, Henry Sidgwick, Alexander Bain, di Jerman, GT Fechner, F. E. Beneke, F. Paulsen, dan lain-lain. Herbert Spencer 1820-1903 berusaha untuk efek kompromi antara Utilitarianisme sosial Altruisme dan Utilitarianisme swasta Egoisme sesuai dengan teori evolusi. Menurutnya, perilaku yang baik yang berfungsi untuk meningkatkan kehidupan dan kesenangan. Karena kurangnya adaptasi manusia dengan kondisi kehidupan, kebaikan mutlak seperti perilaku belum mungkin, dan berbagai kompromi harus dibuat antara Altruisme dan Egoisme. Dengan kemajuan evolusi kondisi yang ada akan menjadi lebih sempurna, dan akibatnya manfaat yang diperoleh individu dari perilaku sendiri akan sangat berguna bagi masyarakat luas. Secara khusus, simpati dalam sukacita akan memungkinkan kita untuk mengambil kesenangan dalam tindakan altrusitic. 7. Etika: Filsafat Evolusioner, Sosialisme, Nietzsche. Sebagian besar non-Kristen filsuf moral telah mengikuti jalan yang dilalui Spencer. Dimulai dengan asumsi bahwa manusia, oleh serangkaian transformasi, 40 | P a g e secara bertahap berevolusi dari makhluk buas itu, dan karena itu berbeda dari dalam gelar saja, mereka mencari jejak pertama dan awal dari ide-ide moral dalam kasar itu sendiri. Charles Darwin telah melakukan beberapa pekerjaan persiapan sepanjang jalan, dan Spencer tidak ragu untuk belajar brute-etika, pada keadilan pra-manusia, hati nurani, dan pengendalian diri kasar. Hari Evolusionis mengikuti pandangannya dan berusaha untuk menunjukkan bagaimana moralitas hewan telah dalam manusia terus menjadi lebih sempurna. Dengan bantuan analogi diambil dari etnologi, mereka menceritakan bagaimana awalnya umat manusia berjalan di atas muka bumi secara semi-biadab, tidak tahu tentang pernikahan, dan hanya dengan derajat mencapai tingkat yang lebih tinggi moralitas. Sebagai evolusionis, demikian juga Sosialis mendukung teori evolusi dari sudut pandang etika mereka, namun yang terakhir tidak mendasarkan pengamatan mereka pada prinsip-prinsip ilmiah, tetapi pada pertimbangan sosial dan ekonomi. Menurut K. Marx, F. Engels, dan eksponen lain dari penafsiran materialistik dari sejarah yang disebut, semua, moral religius, konsep-konsep yuridis dan filosofis tapi refleks kondisi ekonomi masyarakat di benak pria. Sekarang ini hubungan sosial tunduk kepada perubahan konstan; maka ide-ide moralitas, agama, dll juga terus berubah. Oleh karena itu, tidak ada kode universal moralitas yang mengikat semua manusia pada segala waktu. Manusia berbeda satu sama lain dan selalu berubah, dan mereka melihat dunia dengan cara mereka sendiri. Apalagi keputusan yang dikeluarkan pada masalah-masalah agama dan moral hakiki tergantung pada kecenderungan, minat, dan karakter dari penilaian orang, sedangkan yang terakhir ini terus-menerus bervariasi. Pragmatisme berbeda dari Relativisme, bahwa tidak hanya dianggap benar yang terbukti oleh pengalaman untuk menjadi berguna. Oleh karena hal yang sama tidak selalu berguna, kebenaran tidak mungkin berubah. Menurut Max Nordau, ajaran moral tidak lain hanyalah kebohongan konvensional. Nietzsche pencetus sekolah yang doktrin yang didirikan pada prinsip- prinsip ini. Menurutnya, kebaikan awalnya diidentifikasi dengan kemuliaan dan budi peringkat. Proletariat bawah diinjak. Dengan demikian muncul pertentangan antara moralitas dan budak. Mereka yang berkuasa masih terus memandang kecenderungan egoistik mereka sendiri sebagai mulia dan baik, sementara rakyat memuji naluri kawanan umum, yaitu semua qulaities diperlukan dan berguna untuk keberadaannya - seperti kesabaran, ketaatan kelemahlembutan, dan cinta sesama. 41 | P a g e Kelemahan menjadi kebaikan, mengernyit merendahkan diri menjadi rendah hati, tunduk kepada penindas membenci adalah ketaatan, pengecut berarti kesabaran. Moralitas adalah satu penipuan panjang dan berani. Oleh karena itu, nilai melekat pada konsep yang berlaku moralitas harus seluruhnya ulang. Superioritas intelektual di luar kebaikan dan kejahatan seperti yang dipahami dalam pengertian tradisional. Tidak ada order moral yang lebih tinggi yang orang-orang kalibrasi tersebut setuju. Akhir dari masyarakat bukanlah kebaikan bersama anggotanya. Aristokrasi intelektual adalah akhir sendiri. Seperti bersandar dengan masing-masing individu untuk memutuskan siapa yang milik ini aristokrasi intelektual, sehingga setiap orang bebas untuk membebaskan diri dari tatanan moral yang ada. Teori Etika Sejumlah teori dan konsep etika telah dikembangkan oleh beberapa filsuf atau pemikir dalam bidang etika. Pembelajaran teori etika tersebut untuk memperoleh kemudahan dalam mengupas persoalan etika dan sebagai panduan untuk menentukan benar atau salahnya suatu tindakan, keputusan dan kebijakan. 1. Teori Teleleologi. Dalam buku karangan Kusmanadji 2004, II-1-II-2 dikemukakan bahwa teori teleleologi disebut juga teori konsekuensialis, menyatakan bahwa nilai moral suatu tindakan ditentukan semata-mata oleh konsekuensi tindakan tersebut. Benar atau salahnya tindakan ditentukan oleh hasil atau akibat dari tindakan tersebut. Maka, yang menyebabkan tindakan itu benar atau salah adalah bukan tindakan itu sendiri melainkan akibat dari tindakan tersebut. Akibat dalam hal ini adalah konsekuensi baik. Oleh karena itu, kebaikan merupakan konsep fundamental dalam teori teleleologi. Menurut Aristoteles, Etika teleologis atau Etika Aristoteles, yakni etika yang mengukur benarsalahnya tindakan manusia dari menunjang tidaknya tindakan tersebut ke arah pencapaian tujuan telos akhir yang ditetapkan sebagai tujuan hidup manusia. Setiap tindakan menurut Aristoteles diarahkan pada suatu tujuan, yakni pada yang baik agathos. Yang baik adalah apa yang secara kodrati menjadi arah tujuan akhir causa finalis adanya sesuatu. Yang baik yang menjadi tujuan akhir hidup manusia menurut dia adalah kebahagiaan atau kesejahteraan eudaimonia. Itulah sebabnya teori etikanya sering disebut sebagai teori etika Eudaimonisme. 42 | P a g e Dalam buku karangan Ucok Sarimah 2008, 5-6 membedakan teori teleleologi menjadi 3, yaitu: a. Egoisme Etis Suatu tindakan benar atau salah tergantung semata-mata pada baik buruknya akibat tindakan tersebut bagi pelakunya. b. Altruisme Etis Berlawanan dengan egoisme etis, bahwa baik buruknya suatu tindakan ditentukan oleh baik buruknya akibat tindakan tersebut terhadap orang lain, kecuali pelaku. c. Utilitarianisme Gabungan antara egoisme etis dan altruisme etis, bahwa benar salahnya tindakan tergantung pada baik buruknya konsekuensi tindakan tersebut bagi siapa saja yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut. Dari ketiga teori tersebut, teori teleleologi yang sangat menonjol adalah utilitarianisme yang biasanya dihubungkan dengan filsuf Inggris, Jeremy Betham dan John Stuart Mill. Sesuai dengan namanya utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat” dalam mengukur baik dan buruk. Kebaikan didefinisikan sebagai kesenangan sedangkan keburukan didefinisikan sebagai kesedihan. Bentuk klasik utilitarianisme dinyatakan sebagai berikut: “Suatu tindakan adalah benar jika dan hanya jika tindakan itu menghasilkan selisih terbesar kesenangan di atas kesedihan bagi setiap orang.” Dalam buku karangan Kusmanadji 2004, 2, Utilitarianisme mencakup empat prinsip, yaitu: 1 Konsekuensialisme. Prinsip yang berpendiran bahwa kebenaran tindakan ditentukan semata-mata oleh konsekuensinya. 2 Hedonisme. Manfaat utility dalam teori ini didefinisikan sebagai kesenangan dan tidak adanya kesedihan. Hedonisme adalah prinsip bahwa kesenangan dan hanya kesenanganlah yang merupakan perbuatan tertinggi. 3 Maksimalisme. Tindakan yang benar adalah tindakan yang tidak hanya memiliki konsekuensi berupa beberapa kebaikan, tetapi juga jumlah terbesar konsekuensi baik setelah memperhitungkan konsekuensi buruk. 4 Universalisme. Konsekuensi yang harus dipertimbangkan adalah konsekuensi bagi setiap orang. 43 | P a g e Utilitarianisme Klasik dan Utilitarianisme Pluralistik Utilitarianisme Klasik mendefinisikan kebaikan tertinggi adalah kesenangan pleasure dan keburukan tertinggi adalah keburukan plain dan semua tindakan harus dievaluasi dengan ukuran kesenangan dan kesedihan yang dihasilkan bagi semua orang yang dipengaruhi. Utilitarianisme Pluralistik disebut juga utilitarianisme dalam arti luas yaitu dengan mengartikan kebaikan sebagai kesejahteraan umat manusia. Apapun yang menjadikan umat manusia secara umum lebih baik atau memberikan manfaat adalah kebaikan , dan apapun yang menyebabkan umat manusia menjadi lebih buruk atau menimbulkan kerugian adalah keburukan. Utilitarianisme Tindakan dan Utilitarianisme Aturan Utilitarianisme Tindakan berpendirian bahwa dalam semua situasi seseorang seharusnya melakukan tindakan yang memaksimalkan manfaat utility bagi semua orang yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut. Dapat pula dinyatakan suatu tindakan adalah benar jika dan hanya jika tindakan itu menghasilkan selisih terbesar dari kebaikan atas keburukan bagi setiap orang. Utilitarianisme Aturan berpendirian bahwa manfaat dapat diperhitungkan pada kelompok-kelompok tindakan, bukan pada masing-masing tindakan secara individual. Dapat pula dinyatakan suatu tindakan adalah benar jika dan hanya jika tindakan itu sesuai dengan seperangkat aturan yang keberterimaannya secara umum akan menghasilkan selisih terbesar dari kebaikan atas keburukan bagi setiap orang. Meski pun sudah dialami manfaat dari utilitarisme bukan berarti utilitarisme secara teoritis tidak memiliki masalah. Jika semua yang dikategorikan sebagai baik hanya diperoleh dari manfaat terbanyak bagi orang terbanyak, maka apakah akan ada orang yang dikorbankan? Anggap saja ada anjing gila, anjing tersebut suka menggigit orang yang lewat. 7 dari 10 orang menyarankan anjing tersebut dibunuh sedangkan 3 lainnya menyarankan dibunuh. Penganut utilitarisme akan menjawab tentu yang baik jika anjing itu dibunuh. Lalu saran 3 orang tadi dikemanakan? Apakah mereka harus menerima itu begitu saja? Kalau menurut teori ini YA. Kasus di atas hanyalah sebatas anjing bagaimana jika manusia? Bukan tidak mungkin hal ini terjadi bahkan sudah terjadi, tentu dalam perkembangan peradaban ada sejarah diskriminasi ras mau pun etnis. Kasus diskriminasi ras kulit hitam dan 44 | P a g e diskriminasi etnis Tionghoa sebelum tahun 1997 tampaknya tidak terdengar asing lagi di telinga. Salah satu sebab mereka didiskriminasikan karena mereka minoritas, dan mayoritas berhak atas mereka. Oleh utilitarisme hal ini dibenarkan selama diskriminasi membawa manfaat. Kelebihannya adalah ketika berkenaan dengan bisnis dan keuangan. Perhitungan ala utilitaris ini dapat berlaku sebagai tinjauan atas keputusan yang akan diambil. Mengingat dalam keuangan yang ada kebanyakan adalah angka- angka, jadi keputusan dapat diambil secara mudah berdasarkan jumlah terbanyak bagi manfaat terbanyak. 2. Teori Deontologi. Menurut Teori Deontologi perbuatan tertentu adalah benar bukan karena manfaat bagi kita sendiri atau orang lain tetapi karena sifat atau hakikat perbuatan itu sendiri atau kaidah yang diikuti untuk berbuat. Dalam buku karangan Ucok Sarimah 2008, 6 dalam kaitannnya dengan teori deontologi dikenal: a. Deontologi Tindakan Menurut teori ini, bila seseorang dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan, seseorang harus segera memahami apa yang harus dilakukan tanpa mendasarkan pada peraturan atau pedoman. b. Deontologi Kaidah Suatu tindakan benar atau salah karena kesesuaian atau tidak sesuainya dengan suatu prinsip moral yang benar. c. Deontologi Monistik Teori ini mendukung suatu kaidah umum seperti “the golden rule” sebagi prinsip moral tertinggi yang menjadi dasar untuk menurunkan kaidah atau prinsip- prinsip moral lainnya. d. Dentologi Pluralistik Teori ini dikemukakan oleh William David Ross yang mengidentifikasi tujuh kewajiban moral pada pandangan pertama prime face. Teori deontologi sebenarnya sudah ada sejak periode filsafat Yunani Kuno, tetapi baru mulai diberi perhatian setelah diberi penjelasan dan pendasaran logis oleh filsuf Jerman yaitu Immanuel Kant. Kata deon berasal dari Yunani yang artinya kewajiban. Sudah jelas kelihatan bahwa teori deontologi menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama 45 | P a g e melakukan kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan. Deontologi tidak terpasak pada konsekuensi perbuatan, dengan kata lain deontologi melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan utilitarisme yang mempertimbangkan hasilnya lalu dilakukan perbuatannya. Lalu apa itu kewajiban menurut deontologi? Sulit untuk mendefinisikannya namun pemberian contoh mempermudah dalam memahaminya. Misalnya, tidak boleh menghina, membantu orang tua, membayar hutang, dan tidak berbohong adalah perbuatan yang bisa diterima secara universal. Jika ditanya secara langsung apakah boleh menghina orang? Tidak boleh, apakah boleh membantu orang tua? Tentu itu harus. Semua orang bisa terima bahwa berbohong adalah buruk dan membantu orang tua adalah baik. Nah, kira-kira seperti itulah kewajiban yang dimaksud. Menurut Kant, terdapat tiga kriteria agar suatu tindakan atau prinsip itu bermoral: a. Tindakan atau prinsip itu haruslah secara konsisten universal dapat diuniversalkan. b. Suatu tindakan secara moral benar bagi seseorang pada situasi tertentu jika dan hanya jika alasan untuk melakukan tindakan tersebut merupakan alasan yang ia harapkan dimiliki oleh orang lain pada situasi yang sama. c. Tindakan atau prinsip itu menghargai makhluk relasional sebagai tujuan akhir. d. Suatu tindakan secara moral benar jika dan hanya jika dalam melaksanakan tindakan tersebut seseorang tidak memperlakukan orang lain semata-mata sebagai alat untuk memenuhi kepentingannya sendiri, tetapi menghargai orang lain sebagai tujuan akhir bagi dirinya sendiri. e. Tindakan atau prinsip itu berasal dari, dan menghargai, otonomi makhluk rasional. f. Suatu tindakan adalah benar secara moral jika dan hanya jika tindakan tersebut menghargai kapasitas orang untuk memilih secara bebas bagi dirinya sendiri. Selain Kant, filsuf lain yang dikaitkan dengan Teori Deontologi adalah William David Ross. Menurut penilaian moral yang umum, seseorang tidak perlu barangkali bahkan tidak boleh membiarkan konsekuensi buruk dari perbuatan sebenarnya baik, jika orang itu mempunyai kemampuan untuk mencegahnya. Ross mengajukan jalan keluar dengan mengidentifikasi tujuh kewajiban moral pada pandangan pertama 46 | P a g e prima face. Artinya bahwa kewajiban-kewajiban tersebut harus dilaksanakan kecuali ada kewajiban lain yang lebih penting atau pada situasi tertentu ada kewajiban lain yang sama atau lebih kuat. Ketujuh kewajiban moral tersebut adalah: a. Fidelity kewajiban menepati janjikesetiaan. b. Kita harus menepati janji yang dibuat dengan bebas, baik eksplisit maupun implisit, dan mengatakan kebenaran. c. Reparation kewajiban ganti rugi. d. Kita harus memberikan ganti rugi kepada orang yang mengalami kerugian karena tindakan kita yang salah, kita harus melunasi hutang moril dan materiil. e. Gratitude kewajiban berterima kasih. f. Kita harus berterima kasih kepada orang yang berbuat baik terhadap kita. g. Justice kewajiban keadilan. h. Kita harus memastikan bahwa kebaikan dibagikan sesuai dengan jasa orang yang bersangkutan. i. Benefience kewajiban berbuat baik. j. Kita harus membantu orang lain yang membutuhkan bantuan kita, berbuat apa pun yang dapat kita perbuat untuk memperbaiki keadaan oarng lain. k. Self-improvement kewajiban mengembangkan diri. l. Kita harus mengembangkan dan meningkatkan diri kita dibidang keutamaan, intelegensi, dll. m. Non-maleficence kewajiban tidak merugikan. n. Kita tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. 3. Teori Keutamaan Virtue. Teori keutamaan virtue adalah teori yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati, melainkan: apakah orang itu bersikap adil, jujur, murah hati, dan sebagainya. Velasquez;2005 . Isu utama teori keutamaan adalah membicarakan tentang karakter apa saja yang membuat seseorang sebagai orang baik secara moral. Teori keutamaan sering juga dikatakan sebagai teori yang membicarakan tentang karakter yang merupakan keutamaan moral. Karakter yang pada umumnya dianggap sebagai keutamaan moral adalah watak baik yang ada pada setiap individu. Karakter yang umumnya dianggap sebagai keutamaan moral adalah: a. Keberanianketeguhan, meningkatkan peluang untuk memperoleh apa yang 47 | P a g e diinginkan. b. Kejujuran, mensyaratkan niat baik dan tulus untuk menyampaikan kebenaran. c. Kesetiaan, tanggung jawab untuk menjunjung tinggi dan melindungi kepentingan pihak-pihak tertentu dan organisasi. d. Keandalan, berusaha secara maksimal dan masuk akal dalam memenuhi komitmen. e. Moderat tidak ekstrim, cenderung ke dimensi pada umumnya. f. Pengendalian diri yang baik. g. Toleransi terhadap sesama. h. Keramahan merupakan inti kehidupan bisnis, keramahan itu hakiki untuk setiap hubungan antar manusia, hubungan bisnis tidak terkecuali. i. Loyalitas berarti bahwa seseorang tidak bekerja semata-mata untuk mendapat gaji, tetapi mempunyai juga komitmen yang tulus dengan perusahaan. j. Kehormatan adalah keutamaan yang membuat seseorang menjadi peka terhadap suka dan duka serta sukses dan kegagalan perusahaan. k. Rasa malu membuat solider dengan kesalahan perusahaan. l. Kesantunan. m. Belas kasih. n. Bangga tetapi tidak arogan. o. Berkeadilan, memastikan bahwa manfaat atau keuntungan dibagikan sesuai dengan jasa pihak-pihak yang terkait dan berhak, dll. Etika keutamaan memerlukan konteks, artinya dalam menerapkan etika keutamaan kita perlu memiliki pemahaman mengenai hakikat manusia dan tujuan hidup ini. Hakikat manusia dapat diketahui dengan lebih memahami watak dari manusia itu sendiri. Sedangkan tujuan hidup dapat ditentukan dengan mempertanyakan “apa akhir dari kehidupan manusia?”. Bahwa manusia di dunia hanya bagian dari perjalanan panjangnya menuju kehidupan yang kekal sehingga dalam pribadi manusia secara otomatis memiliki sifa-sifat keutamaan. Keutamaan merupakan disposisi watak yang dimiliki seseorang dan memungkinnya untuk bertingkah laku baik secara moral. Ada tiga hal yang mencerminkan keutamaan, tiga hal tersebut adalah: a. Disposisi. b. Keutamaan merupakan suatu kecenderungan tetap. Keutamaan cenderung 48 | P a g e bersifat permanen, walaupun tidak berarti tidak bisa hilang. Walaupun tidak mudah, Keutamaan dapat saja hilang. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti faktor lingkungan, orang di sekitarnya, dll. c. Keutamaan merupakan sifat baik dari segi moral yang telah mengakar dalam diri seseorang. d. Kemauankehendak. e. Keutamaan adalah kecenderungan tetap yang menyebabkan kehendak tetap pada arah tertentu. Perilaku berkeutamaan disertai dengan maksud baik. Dengan demikian, Motivasi atau maksud pelaku sangat penting karena itulah yang mengarahkan kehendak. f. Pembiasaan diri. Keutamaan tidak dimiliki manusia sejak lahir, melainkan diperoleh dengan cara membiasakan diri atau berlatih. Keberanian, misalnya, adalah keutamaan yang diperoleh melalui pembiasaan diri melawan rasa takut. Agar seseorang pada akhirnya dapat memiliki keutamaan moral, hal-hal yang perlu dilakukan adalah: a. Pemahaman dan menentukan karakter-karakter yang baik terhadap tujuan akhir, yaitu kehidupan yang baik. b. Memberikan kandungan atau makna terhadap tujuan akhir tersebut. Dalam melangsungkan kehidupan kesehariannya manusia senantiasa melakukan suatu tindakan, tindakan yang dilakukannya ada tindakan yang benar dan ada tindakan yang salah. Suatu tindakan dinyatakan benar apabila tindakan yang dilakukan sepenuhnya mewujudkan atau mendukung keutamaan yang relevan, dimengerti sebagai ciri-ciri karakter yang memungkinkan untuk mencapai kebaikan- kebaikan sosial Aristoteles, MacIntyre. Tiga Konsep Moral Yang Penting 1. Hak. Hak merupakan konsep moral yang penting, yang memungkinkan individu memilih secara bebas dalam memenuhi kepentingan atau menjalankan aktivitas tertentu dan melindungi pilihan-pilihan tersebut. Hak adalah suatu klaim yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Seseorang mempunyai suatu hak apabila orang tersebut memiliki klaim untuk bertindak dengan cara tertentu atau mempunyai klaim terhadap orang lain agar orang lain tersebut berbuat dengan cara tertentu. Macam 49 | P a g e hak antara lain: a. Hak legal dan hak moral. Hak legal adalah hak yang diakui dan ditegakkan sebagai bagian dari hukum. Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial. Contoh kasus,mengeluarkan peraturan bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran yang telah memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut. Hak moral meliputi hak-hak yang secara moral seharusnya kita miliki, terlepas apakah diakui atau tidak oleh hukum.. Hak moral lebih bersifat individu. Hak ini memiliki kekuatan karena berasal dari kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip etika yang lebih umum.Selain itu, hak moral biasanya dianggap universal karena hak ini dimiliki oleh semua umat manusia, tidak dibatasi oleh juridiksi tertentu. b. Hak khusus dan hak umum. Hak khusus berkaitan denggan individu-individu tertentu. Sumber utama kekuatan hak khusus adalah kontrak atau perjanjian, karena instrumen ini menciptakan sejumlah hak dan kewajiban bagi individu-individu yang membuat perjanjian. Hak umum adalah hak yang melibatkan klaim terhadap setiap orang, atau kemanusiaan secara umum. Hak ini dimilki oleh semua manusia tanpa kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan “ hak asasi manusia”. c. Hak positif dan hak negatif. Hak positif adalah hak yang mewajibkan orang lain bertindak untuk kita. Contoh, hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, mengharuskan pihak lain untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan. Hak negatif berkorelasi dengan kewajiban pada pihak lain untuk tidak bertindak terhadap kita. Contoh adalah hak milik. Hak negatif terbagi lagi menjadi 2 yaitu: hak aktif dan pasif. Hak negatif aktif adalah hak untuk berbuat atau tidak berbuat seperti yang orang kehendaki. Contoh, saya mempunyai hak untuk pergi kemana saja yang saya suka atau mengatakan apa yang saya inginkan. Hak-hak aktif ini bisa disebut hak kebebasan. Hak negatif pasif adalah hak untuk tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu. d. Hak individual dan hak sosial. 50 | P a g e Hak individual adalah hak yang dimiliki individu-individu terhadap negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak- hak yang ia miliki. Hak sosial bukan hanya hak kepentingan terhadap negara saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut dengan hak sosial. e. Hak absolut. Hak yang bersifat absolut adalah suatu hak yang bersifat mutlak tanpa pengecualian, berlaku dimana saja dengan tidak dipengaruhi oleh situasi dan keadaan. Namun ternyata hak tidak ada yang absolut. Mengapa? Menurut ahli etika, kebanyakan hak adalah hak prima facie yang artinya hak itu berlaku sampai dikalahkan oleh hak lain yang lebih kuat. Keadilan. Konsep keadilan dipergunakan untuk: a. Menilai tindakan seseorang. b. Menilai praktik-praktik dan institusi sosial, politik, dan ekonomi. Seringkali dijadikan sebagai kriteria tunggal untuk menilai benarsalahnya suatu perbuatan. Ada 2 tokoh dalam hal ini yaitu Aristoteles dengan konsep keadilan tradisional dan John Rawls dengan konsep keadilan egalitarian. Menurut konsep tradisional Aristoteles, keadilan terdiri dari keadilan universal dan keadilan khusus. Berikut ini adalah penjelasannya: a. Keadilan universal. Keadilan yang berlaku bagi keseluruhan “keutamaan”. Orang yang adil adalah orang yang selalu berbuat benar secara moral dan mematuhi hukum. b. Keadilan khusus. Berkaitan dengan “keutamaan” pada situasi khusus. Adil berarti mengambil hanya bagian yang patut atau tepat; memberikan kepada siapa saja tanpa pandang bulu apa yang menjadi haknya. Tidak adil berarti mengambil terlalu banyak kekayaan, kehormatan atau manfaat lain yangg diberikan oleh masyarakat; menolak untuk menanggung bagian yang wajar dari suatu beban. Keadilan khusus dibagi menjadi 3 macam yaitu: 51 | P a g e 1 Keadilan distributif distributive justice. Keadilan distributif adalah keadilan dalam pendistribusian manfaat dan beban. Keadilan ini diperlukan dalam kondisi: a Manfaat yang akan dibagikan yang tersedia lebih sedikit daripada jumlah dan keinginan orang. contoh: pembagian kompor gas. b Beban atau pekerjaan yang tidak menyenangkan terlalu banyak dibandingkan dengan jumlah orang yang bersedia memikul banyak contoh. Prinsip yang mendasari keadilan distributif adalah bahwa orang yang sama dalam keadaan yang sama harus diperlakukan sama. Keadilan distributif bersifat perbandingan comparative, maksudnya bahwa pertimbangan dalam keadilan ini adalah perbandingan antara jumlah bagian masing-masing orang yang menerima manfaat atau dibagi beban, bukan masalah jumlah absolut dari manfaat beban yang diterima. contoh kasus banyak terjadi di Aceh. Keadilan distributif dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu keadilan prosedur dan keadilan hasil distribusi yang sesungguhnya dicapai. Prosedur yang adil akan membuahkan hasil yang adil. Isu atau permasalahan keadilan distributif muncul ketika kita menilai institusi sosial, politik dan ekonomi dalam kaitannya dengan pembagian manfaat dan beban dari usaha bersama kepada para anggota kelompok. 2 Keadilan kompensasi compensatory justice. Keadilan kompensasi berhubungan dengan masalah pemberian imbalan atau penggantian kompensasi kepada seseorang karena kekeliruan atau kesalahan yang menimpa dan merugikannya. Alasan yang mendasari adanya kompensasi adalah terjadi suatu kekeliruan atau kecelakaan yang disebabkan kelalaian sehingga menyebabkan seseorang dalam keadaan lebih buruk, misalnya merusak keseimbangan moral. Dengan memberikan kompensasi maka keadaan si korban dapat dikembalikan seperti semula, sehingga keseimbangan moral tercapai kembali. Tujuan kompensasi adalah mengembalikan apa yang hilang dari seseorang akibat kesalahan orang lain bersifat memperbaiki. Keadilan kompensasi tidak bersifat perbandingan. Jumlah kompensasi yang harus diberikan kepada korban ditetapkan berdasarkan karakteristik masing-masing kasus. Seseorang mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi kepada pihak yang menjadi korban apabila terdapat 3 kondisi sebagai berikut: 52 | P a g e a Perbuatan yang menyebabkan kerugian merupakan perbuatan yang salah atau merupakan kelalaian negligence. b Perbuatan orang yang bersangkutan merupakan penyebab sesungguhnya kerugian tersebut. c Orang tersebut secara sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan kerugian. 3 Keadilan retributif retributive justice. Keadilan retributif berkaitan dengan pemberian hukuman terhadap pelaku kesalahan. Alasan yang mendasari pemberian hukuman adalah seseorang yang melakukan suatu kejahatan telah merusak kesimbangan moral karena menjadikan orang lain dalam keadaan buruk. Pemulihan keseimbangan moral dalam kasus ini dicapai dengan memberikan hukuman yang sesuai dengan kejahatan tersebut Tujuan pemberian hukuman adalah untuk memperbaiki dengan cara memberikan hukuman. Keadilan retributif tidak bersifat perbandingan. Jumlah hukuman yang dikenakan kepada pelaku kejahatan ditentukan berdasarkan karakteristik masing-masing kasus. Seseorang dapat diminta bertanggung jawab secara moral atau dapat dikenai hukuman sehingga keadilan retributif tercapai, namun harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a Seseorang tidak dapat dikenai hukuman jika ia tidak tahu atau tidak memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ia perbuat. b Orang tersebut sungguh-sungguh melakukan kejahatan. c Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan kesalahannya. Isu keadilan kompensasi dan retributif muncul pada saat kita berupaya memperbaiki kesalahan. Berdasarkan konsep Egalitarian John Rawls, perspektif keadilan berhubungan dengan pertanyaan: Bagaimana keadilan akan dapat dicapai ketika beberapa orang yang bebas dan setara berusaha mencapai tujuannya namun berbenturan dengan orang lain yang juga berusaha mencapai tujuannya yang mungkin saja tidak setara. Keadilan diartikan sebagai kewajaran fairness. Konsep keadilan ini mengakomodasi suatu kondisi dimana terjadi banyak perbedaan yang menimbulkan kesulitan untuk menetapkan keadilan secara absolut, sehingga diperlukan adanya personal judgement untuk menetapkan kewajaran. Keadilan menurut Egalitarian didasarkan pada 2 prinsip, yaitu: 53 | P a g e a Setiap orang memiliki kebebasan yang sama. b Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga: - menguntungkan pihak yang paling kurang beruntung prinsip perbedaan; - sesuai dengan tugas dan kedudukan yang terbuka bagi semua pihak berdasarkan persamaan kesempatan prinsip kesetaraan dalam kesempatan. Kedua prinsip di atas disusun menurut urutan prioritas artinya menjalankan prinsip a dahulu, baru kemudian dapat menerapkan prinsip b. a Prinsip a. Setiap orang memilki hak-hak dasar yang harus dipenuhi sebelum ketidaksetaraan berdasarkan prinsip b dapat diterapkan. Kebebasan tidak boleh dipertukarkan dengan kemakmuran, artinya seseorang yang mengikuti kedua prinsip ini tidak boleh mengorbankan kebebasannya demi meningkatkan kemakmurannya. b Prinsip b Ada kondisi-kondisi yang menyebabkan orang yang rasional akan membuat pengecualian terhadap prinsip a dan menerima bagian yang lebih kurang sama atas beberapa barang primer. Dengan demikian, dalam beberapa kasus, “setiap orang akan menjadi lebih baik dengan ketidak- setaraan daripada kesetaraan. dalam konteks manfaat dan beban. Ketidak- setaraan dalam kekayaan dan kewenangan adalah adil hanya apabila ketidak-setaraan itu mengakibatkan kompensasi manfaat keuntungan bagi setiap orang, khususnya bagi anggota masyarakat yang paling tidak beruntung. Kepedulian. Salah satu karakteristik pokok sudut pandang etika adalah objektivitas atau ketidak berpihakan impartiality, artinya setiap hubungan khusus yang kita miliki dengan orang-orang keluarga, teman, pegawai harus dikesampingkan pada saat kita mengambil keputusan atau melakukan tindakan. Hal ini tidak sesuai dengan teori etika kepedulian Dalam masyarakat luas, tidak hanya di Indonesia, kepedulian dan keberpihakan telah menjadi prinsip moral penting sebagaimana dikemukakan oleh pandangan etika kepedulian atau etika komunitarian historis, dipelopori oleh 54 | P a g e gerakan Feminisme. Menurut pandangan Etika Kepedulian, kewajiban moral tidaklah mengikuti prinsip-prinsip moral universal dan imparsial, melainkan memberikan perhatian dan tanggapan terhadap kebaikan orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan dekat dan bernilai. Hubungan konkret tidaklah terbatas antar individu, atau antara individu dengan kelompok, namun mencakup juga sistem hubungan yang lebih besar yang membentuk komunitas konkret, karenanya Etika Kepedulian meliputi jenis-jenis kewajiban yang disebut etika komunitarian. Etika Komunitarian adalah etika yang melihat komunitas dan hubungan komunal konkret memiliki nilai fundamental yang harus dilestarikan dan dibina. Yang penting dalam etika komunitarian bukanlah individu-individu yang terisolasi, tetapi komunitas yang di dalamnya individu-individu menemuka diri mereka dengan memandang diri mereka sendiri sebagai bagian integral dari komunitas yang lebih besar, dengan tradisi, kebudayaan dan sejarahnya. Manfaat Dan Fungsi Etika Ketut Rinjin, 2004 melalui Sjafri Mangkuprawira, 2006 mengungkapkan peran dan manfaat etika sebagai berikut. 1. Manusia hidup dalam jaringan norma moral, religius, hukum, kesopanan, adat istiadat, dan permainan. Oleh karena itu, manusia harus siap mengorbankan sedikit kebebasannya. 2. Norma moral memberikan kebebasan bagi manusia untuk bertindak sesuai dengan kesadaran akan tanggung jawabnya - human act, dan bukan an act of man. Menaati norma moral berarti menaati diri sendiri, sehingga manusia menjadi otonom dan bukan heteronom. 3. Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena: a. Norma hukum tidak menjangkau wilayah abu-abu. Norma dan hukum cepat ketinggalan zaman, sehingga sering mendapat celah-celah hukum. Norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak secara etis dikemudian hari; Etika mensyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang kejujuran, keadilan dan prosedur yang wajar terhadap manusia dan masyarakat. Asas legalitas harus tunduk pada asas moralitas. 4. Manfaat etika adalah: 55 | P a g e a. mengajak mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara otonom; mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang tertib, teratur, damai dan sejahtera. 5. Perlu diwaspadai bahwa power tends to corrupt, Absolute power corrupts absolutely ” serta pemimpin ala Machiavellian, yang galak seperti singa dan licin seperti belut. Artinya Kekuasaan cenderung disalahgunakan, jika kekuasaan itu absolut, penyalahgunaannyapun absolute. Jadi kekuasaan harus disertai dengan pengawasan dan penegakan hukum. the end justifies the means, even at all out ” tujuan menghalalkan segala cara, apapun resikonya, pokoknya menang atau untung, sehingga siapapun yang merintangi harus disingkirkan atau dilibas. Etika, disebut juga filsafat moral, adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis tindakan manusia dan merefleksikan ajaran moral. Lebih jauh lagi, Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Dr. Irmayanti, dkk. juga Popon Sjarif menyoroti sejauh mana etika mengatur tindakan manusia dan peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut mereka, dalam kehidupan nyata etika setidaknya mempunyai 3 fungsi yaitu sebagaimana yang akan dikemukakan berikut ini. Fungsi etika dalam tingkah laku dan pergaulan hidup manusia. Etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik karena itu ajaran moral, tapi etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang membingungkan. Etika ingin menampilkan keterampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme. Pluralisme moral diperlukan karena: a. Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya dan agama yang hidup berdampingan. b. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional. c. Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup. 56 | P a g e Peran etika menjadi nyata agar orang tidak mengalami krisis moral yang berkepanjangan. Etika dapat membangkitkan kembali semangat hidup agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan bijaksana melalui eksistensi profesinya. a. Fungsi etika dalam pergaulan ilmiah. Etika keilmuan menyoroti bagaimana peran seorang mahasiswa, ilmuwan terhadap kegiatan yang sedang dilakukan belajar, melakukan riset dan sebagainya. Tanggung jawab mahasiswa dan ilmuan dipertaruhkan ketika ia dalam proses kegiatan ilmiahnya terutama dalam sikap kejujuran ilmiah. Hal lain yang disoroti sebagai fungsi etika dalam pergaulan ilmiah adalah masalah bebas nilai. Mereka boleh meneliti apa saja sejauh itu sesuai dengan keinginan atau tujuan penelitiannya. b. Fungsi etika profesi. Bagi seorang professional yang bergerak di bidang tertentu, etika profesi dituangkan ke dalam suatu bentuk yang disebut dengan ‘kode etik’. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Adapun peran kode etik adalah sebagai berikut: a. Pertama, sebagai “kompas” moral, penunjuk jalan bagi si profesional yang berdasarkan nilai-nilai etisnya: hati nurani, kebebasan-tanggung jawab, kejujuran, kepercayaan, hak-kewajiban dalam bentuk pelayananjasa sebaik-baiknya terhadap kliennya. b. Kedua, adanya kode etik akan melindungi klien dari perbuatan yang tidak profesional sehingga diharapkan dapat menjamin kepercayaan masyarakat klien- klien terhadap pelayanan yang diberikan oleh si profesional. 57 | P a g e RANGKUMAN PENGERTIAN ETIKA Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, Ethikos, berarti timbul dari kebiasaan. Dari sekian banyak pengertian yang diberikan pada etika, definisi etika dapat disimpulkan sebagai studi untuk memahami apa yang merupakan kehidupan yang baik dan menaruh perhatian terhadap penciptaan kondisi bagi orang-orang untuk mencapai kehidupan yang baik tersebut. Menurut K. Bertens, etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu sebagai berikut:  Meta-etika studi konsep etika, sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa.  Etika normatif studi penentuan nilai etika, etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini.  Etika terapan studi penggunaan nilai-nilai etika, memberi pemahaman tentang spektrum bidang terapan etika sekaligus menunjukkan bahwa etika merupakan pengetahuan praktis. SEJARAH ETIKA  Etika Filsafat Yunani Kuno: Socrates, Plato, Aristoteles. Menurut Socrates, objek utama dari aktivitas manusia adalah kebahagiaan, dan sarana yang diperlukan untuk mencapainya adalah kebajikan. Plato menyatakan bahwa summum bonum terdiri atas imitasi sempurna dari Tuhan, baik yang mutlak, tiruan yang tidak dapat diwujudkan sepenuhnya dalam hidup ini. Aristoteles lebih memilih untuk mengambil fakta-fakta pengalaman sebagai titik awalnya, menganalisis secara akurat, dan berusaha untuk melacak penyebab tertinggi dan utama.  Etika Filsafat Yunani dan Romawi: Hedonisme, Epicurus, Sinis, Stoicisme, Skeptis Etika hedonistik menganggap disposisi gembira dan ceria sebagai kebaikan dan kebahagiaan tertinggi manusia. Epicurus 341-270 SM menyatakan bahwa jumlah total terbesar yang mungkin dari kenikmatan spiritual dan sensual, dengan 58 | P a g e kemungkinan kebebasan terbesar dari ketidaksenangan. Para Sinis mengajarkan kebalikan dari Hedonisme, yaitu bahwa kebajikan saja sudah cukup untuk kebahagiaan, bahwa kesenangan adalah kejahatan, dan bahwa manusia benar- benar bijaksana atas hukum manusia. Kaum Stoa berusaha memperbaiki dan menyempurnakan pandangan Antisthenes. Cicero memberikan sebuah eksposisi lengkap dari kebajikan kardinal dan kewajiban terhubung dengan mereka.  Etika: Sejarah Moralitas Kristen Santo Paulus mengajarkan Roma, ii, 24 persegi, Tuhan telah menulis hukum moral di hati semua orang. Hukum ini memanifestasikan dirinya dalam hati nurani setiap orang dan adalah norma yang menurut seluruh umat manusia akan dinilai pada hari perhitungan.  Etika: Sejarah Filsafat Abad Pertengahan Etika Sebuah garis tajam pemisahan antara filsafat dan teologi, dan khususnya antara etika dan teologi moral, pertama kali bertemu dengan dalam karya-karya terpelajar besar Abad Pertengahan, khususnya Albert 1193-1280 Besar, Thomas Aquinas 1225 -1274, Bonaventura 1221-1274, dan Duns Scotus 1274-1308.  Etika: Sejarah Filsafat Etika 1500-1700-an.  Etika: Sejarah Filsafat Etika: Kant, John Stuart Mill, Altruisme.  Etika: Filsafat Evolusioner, Sosialisme, Nietzsche. TEORI ETIKA  Teori Teleleologi. Teori teleleologi disebut juga teori konsekuensialis, menyatakan bahwa nilai moral suatu tindakan ditentukan semata-mata oleh konsekuensi tindakan tersebut. Benar atau salahnya tindakan ditentukan oleh hasil atau akibat dari tindakan tersebut. Teori Teleleologi yang sangat menonjol adalah utilitarianisme. Bentuk klasik utilitarianisme dinyatakan sebagai berikut: “ Suatu tindakan adalah benar jika dan hanya jika tindakan itu menghasilkan selisih terbesar kesenangan di atas kesedihan bagi setiap orang.” Utilitarianisme mencakup empat prinsip, yaitu Konsekuensialisme, Hedonisme, Maksimalisme, dan Universalisme.  Teori Deontologi Teori deontologi menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan. Deontologi tidak terpaku pada 59 | P a g e konsekuensi perbuatan. Menurut Kant, terdapat tiga kriteria agar suatu tindakan atau prinsip itu bermoral, yaitu tindakan atau prinsip itu haruslah secara konsisten universal dapat diuniversalkan, tindakan atau prinsip itu menghargai makhluk easional sebagai tujuan akhir, dan tindakan atau prinsip itu berasal dari, dan mengharrgai, otonomi makhluk rasional. William David Ross mengidentifikasi tujuh kewajiban moral prima face, artinya kewajiban-kewajiban tersebut harus dilaksanakan kecuali ada kewajiban lain yang lebih penting atau pada situasi tertentu ada kewajiban lain yang sama atau lebih kuat. Tujuh kewajiban moral, yaitu fidelity, reparation, gratitude, justice, benefience, self-improvement, dan non-maleficence.  Teori Keutamaan. Isu utama dari teori keutamaan adalah membicarakan tentang karakter yang membuat seseorang sebagai orang baik secara moral. Karakter yang pada umumnya dianggap sebagai keutamaan moral adalah watak baik yang ada pada setiap individu, diantaranya kebaikan, keberanian, kejujuran, dll. Keutamaan merupakan disposisi watak yang dimiliki seseorang dan memungkinnya untuk bertingkah laku baik secara moral. Ada tiga hal yang mencerminkan keutamaan, tiga hal tersebut adalah: 1. Disposisi 2. Kemauan kehendak 3. Pembiasaan diri TIGA KONSEP MORAL YANG PENTING  Hak Hak adalah suatu klaim yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Macam hak antara lain: Hak legal dan hak moral; Hak khusus dan hak umum; Hak positif dan hak negatif; Hak individual dan hak sosial; Hak absolut.  Keadilan Aristoteles mengungkapkan konsep keadilan tradisional yang terdiri dari keadilan universal dan keadilan khusus keadilan distributif, kompensasi, dan retributif. Keadilan distributif adalah keadilan dalam pendistribusian manfaat dan beban. Keadilan kompensasi berhubungan dengan masalah pemberian imbalan atau penggantian kompensasi kepada seseorang karena kekeliruan atau kesalahan yang menimpa dan merugikannya. Keadilan retributif berkaitan dengan pemberian 60 | P a g e hukuman terhadap pelaku kesalahan. Berdasarkan konsep Egalitarian John Rawls, keadilan diartikan sebagai kewajaran fairness. Keadilan menurut Egalitarian didasarkan pada 2 prinsip, yaitu: a. Setiap orang memiliki kebebasan yang sama. b. Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa. Kedua prinsip di atas disusun menurut urutan prioritas artinya menjalankan prinsip a dahulu, baru kemudian dapat menerapkan prinsip b.  Kepedulian Etika Kepedulian meliputi jenis-jenis kewajiban yang disebut etika komunitarian. Etika Komunitarian melihat komunitas dan hubungan komunal konkret memiliki nilai fundamental yang harus dilestarikan dan dibina. MANFAAT DAN FUNGSI ETIKA  Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena: a. Norma hukum tidak menjangkau wilayah abu-abu. b. Norma hukum cepat ketinggalan zaman. c. Norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak secara etis dikemudian hari. d. Etika mensyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang kejujuran, keadilan dan prosedur yang wajar terhadap manusia dan masyarakat. e. Asas legalitas harus tunduk pada asas moralitas.  Fungsi etika a. Fungsi etika dalam tingkah laku dan pergaulan hidup manusia. Etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang membingungkan. b. Fungsi etika dalam pergaulan ilmiah. Etika keilmuan menyoroti bagaimana peran seorang mahasiswa, ilmuwan terhadap kegiatan yang sedang dilakukan belajar, melakukan riset. c. Fungsi etika profesi. Etika profesi dituangkan ke dalam suatu bentuk yang disebut dengan ‘kode etik’. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. 61 | P a g e SOAL-SOAL Pilihan Ganda 1. Jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa termasuk di salam studi … . a. Etika Normatif b. Etika Terapan c. Etika Deskriptif d. Etika Analisis 2. Yang bukan pengertian etika adalah … . a. Studi tentang prinsip-prinsip perilaku baik dan benar sebagai falsafat moral. b. Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia c. Sistem yang ideal, luhur dan baik dalam teori, yang tidak ada gunanya dalam praktek. d. Norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan masyarakat tertentu mengenai perbuatan yang baik dan benar. 3. Asal mula kata etika adalah “ethikos”, yang berasal dari bahasa … . a. Latin b. Romawi Kuno c. Spanyol d. Yunani Kuno 4. Studi yang menunjukkan bahwa etika merupakan pengetahuan praktis dalam berbagai aspek kehidupan adalah … . a. Meta-Etika b. Etika Normatif c. Etika Terapan d. Etika Deskriptif 5. Siapa tokoh yang dianggap menjadi penggagas etika pertama kali? a. Plato b. Aristoteles c. Sokrates d. Phytagoras 6. Apa inti dari filsafat etika periode perkembangan Kristen? a. Hubungan Tuhan dengan dunia b. Hukum moral berasal dari Tuhan c. Moral didasarkan atas wahyu d. Adanya penilaian atas moral tiap manusia di hari akhir 7. Apa yang menjadi dasar filsafat etika Immanuel Kant? a. Akal manusia b. Hukum alam c. Hukum universal d. Moralitas sosial 8. Apa yang dimaksud etika filsafat evolusioner? 62 | P a g e a. Menganggap bahwa etika manusia adalah perkembangan alam b. Etika manusia hasil dari evolusi hewan buas zaman dahulu c. Etika berdasarkan nafsu d. Etika hasil kreasi alam 9. Salah satu teori yang mendasarkan penilaian etis dari sisi konsekuensiakibat dari suatu tindakan adalah: a. Etika Keutamaan b. Etika Deontologi c. Etika Kantian d. Etika Teleleologi 10. Tindakan yang benar adalah tindakan yang tidak hanya memiliki konsekuensi berupa beberapa kebaikan, tetapi juga jumlah terbesar konsekuensi baik setelah memperhitungkan konsekuensi buruk. Hal tersebut merupakan salah satu prinsip dalam Utilitarianisme, yaitu: a. Hedonisme b. Konsekuensi c. Maksimalisasi d. Universalisme 11. Tiga kriteria agar suatu tindakan atau prinsip adalah bermoral, kecuali: a. Universalitas b. Otonomi c. Maksimalisasi d. Menghargai makhluk rasional 12. Dalam tujuh kewajiban moral menurut Ross, salah satunya adalah Fidelity, yaitu: a. Kewajiban tidak merugikan b. Kewajiban berbuat baik c. Kewajiban ganti rugi d. Kewajiban menepati janji 13. Hal utama yang dibahas dalam teori keutamaan virtue ini adalah … a. Akhlak manusia b. Perilaku manusia c. Kewajiban manusia d. Hak manusia 14. Berikut ini merupakan tindakan yang mencerminkan sifat keutamaan, kecuali … a. Disposisi b. Kemauankehendak c. Pembiasaan diri d. Keadilan 15. Hal berikut ini merupakan contoh yang mencerminkan sifat-sifat keutamaan, kecuali… a. Kebaikan b. Rasa malu 63 | P a g e c. Kepercayaan diri d. Kelancangan 16. Tindakan berikut yang dapat dilakukan agar dalam kehidupan sehari-hari seseorang dapat melakukan tindakan keutamaan adalah … a. Mengingat kesuksesan masa lalu b. Mengingat keterpurukan masa lalu c. Mengingat masa depan yang terbentang d. Mengingat orang-orang yang ada di sekitar 17. Hak yang melibatkan klaim terhadap setiap orang, atau kemanusiaan secara umum merupakan pengertian dari.... a. Hak moral b. Hak sosial c. Hak umum d. Hak absolut 18. Berikut ini adalah kondisi dimana seseorang mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi kepada pihak yang menjadi korban, kecuali.... a. Perbuatan yang menyebabkan kerugian merupakan perbuatan yang salah atau merupakan kelalaian negligence b. Perbuatan yang membuat seseorang merasa rendah diri dan tersakiti karena tingkah laku kita c. Perbuatan orang yang bersangkutan merupakan penyebab sesungguhnya kerugian tersebut d. Orang tersebut secara sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan kerugian. 19. Salah satu karakteristik pokok sudut pandang etika adalah.... a. kreativitas b. subjektivitas c. solvabilitas d. objektivitas 20. Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena, kecuali.... a. Norma hukum tidak dapat menjangkau wilayah abu-abu. b. Norma dan hukum cepat ketinggalan zaman, sehingga sering mendapat celah-celah hukum. c. Norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak secara etis dikemudian hari; d. Etika tidak mensyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang kejujuran, keadilan dan prosedur yang wajar terhadap manusia dan masyarakat. 64 | P a g e Essay 1. Jelaskan kaitan etika terapan dengan etika pada umumnya 2. Mengapa banyak tokoh filsafat di awal terbentuknya berasal dari bangsa Yunani? 3. Berdasarkan Teori Teleleologi dan Deontologi, bagaimana kita dapat menentukan bahwa suatu tindakan itu baik atau tidak baik? 4. Sebut dan jelaskan tindakan yang mencerminkan sifat keutamaan 5. Berikan contoh-contoh hak yang termasuk hak umum 65 | P a g e BAB TEORI DAN KONSEP ETIKA II

A. Etika